webnovel

Chapter 246 (Snow and Hug)

Tak lama kemudian, Felix terbangun pada sore hari, ia melihat ranjangnya tak ada Neko di sampingnya, ia melihat sekitar dengan masih telanjang dadanya.

"Kau bangun terlambat seperti biasanya" Kata Neko menatapnya sambil bersender di meja dekat ranjang.

Felix berdiri dan mendekat ke Neko lalu mencium bibirnya.

"Kau tidak butuh itu" Lirik Neko.

"Aku membutuhkan semuanya" Felix mengangkat Neko dengan satu tangan nya, dia berjalan dengan masih mencium bibir Neko.

"Aku berpikir sampai kapan kita akan tinggal bersama seperti ini" Tatap Neko yang terpangku Felix yang duduk di samping ranjang.

"Entahlah, mungkin aku hanya berpikir untuk selamanya"

"Apa maksud mu?"

"Yah... Mungkin membuat keturunan lagi, Hwa butuh adik lagi" Felix menatap membuat Neko sedikit berwajah merah.

"Lalu apa yang kau pikirkan untuk pertanyaanmu?"

". . . Aku hanya berpikir aku tak bisa duduk di sini lagi nanti, atau kau yang tidak akan bisa lagi menyentuhku" Kata Neko dengan wajah khawatirnya.

Di saat itu juga Felix mengingat apa yang di katakan Beum soal Neko tidak akan hidup lama. "(Kupikir itu hanya kiasan, semoga saja hanya kiasan) Kau terlalu banyak berpikir, bukankah kau tidak lagi menderita, apa aku harus mengulangi penderitaan mu lagi?" Tatap Felix. Neko hanya terdiam menatap nya lalu mencium bibir Felix.

Saat Felix akan mencium leher Neko, Neko malah mendorong kepalanya. "H... Ini bukan waktunya" Ia beranjak dari pangkuan Felix Membuat Felix terdiam bingung. Tapi di ekspresi nya itu, Hwa bangun dan menangis dari ranjang bayinya di ruangan yang hanya ada Felix. Lalu Felix berdiri dan berjalan mendekat, ia mengambil Hwa dengan masih telanjang dada.

Saat Hwa ada pada Felix, Hwa tersenyum dan perlahan menatap ke Felix. "(Sudah sangat cepat, Hwa sepertinya tumbuh sangat cepat...)" Felix menatap Hwa yang tersenyum padanya.

"A.... A... A..." Tatap Hwa. Mendengar itu Felix terdiam dan langsung mengangkat Hwa menatap padanya. "(Apa dia mencoba mengatakan sesuatu?) Felix menatap tak percaya.

Sementara itu Neko terlihat berdiri di balkon rumah dengan menghela napas panjang menikmati angin sore yang menjelang malam. "(Aku menerima semua kenyataan yang telah terjadi... Dari semua hidupku dimulai dan sampai sekarang, aku hanya perlu memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya... Aku Benar benar tidak tahu apa apa sama sekali soal ini. Kelak Hwa akan menjadi Lelaki yang besar dan bisa menutupi kesalahan dan kekecewaan terpurukku... Aku tahu sebagai orang yang membawanya ke dunia ini aku benar benar tahu apa yang harus aku beritahu padanya. Kehidupanku harus berbeda dengan kehidupan Hwa. Aku berharap dia akan mendapat kehidupan yang berbeda denganku... Aku tidak mau dia mengalami seperti apa yang terjadi dalam hidupku.. Aku akan menemaninya hingga dia tahu dan bisa menerima dunia yang seperti ini)"

Ia benar benar diam memandang langit yang sebentar lagi gelap. "(Aku tidak menyangka, aku hidup sampai sekarang, jika tak ada dia pasti aku sudah mati di tangan Viktor, aku mungkin akan lebih tersiksa ketika aku benar benar bersama nya)" Ia memikirkan sambil menutup mata dengan adanya angin yang berhembus menggerakkan rambut dan bajunya.

Ia berpikir lebih baik ia bersama Felix dari pada bersama dengan keluarga Viktor.

"(Yang nama nya balas dendam di dunia ini pastinya memang ada, dari awal aku suka melakukan balas dendam tapi aku tahu... Bahwa melakukan balas dendam pada orang salah itu adalah sebuah kebodohan besar)"

Tak lama kemudian, Neko terlihat terdiam berdiri di depan jendela dengan matahari yang terbit dan satu tangan nya yang memegang buku yang belum di buka.

Tangan yang satunya kini memegang kaca jendela. Di sana dia bisa melihat pantulan wajahnya yang samar samar.

"(Mereka semua mengatakan aku sangat cantik... Tapi sebagian dari mereka benar benar menganggap ku seperti seorang monster yang hidup di dunia ini.... Aku takut aku akan hidup di bawah darah yang menetes lagi. Aku masih belum bisa merasakan apa apa...)" Dia kembali terdiam.

Di sisi lain Felix berjalan biasa seperti biasanya dan membuka pintu tepat dimana Neko ada di dalam ruangan itu yang masih menatap jendela. Felix juga menoleh ke ranjang bayi yang di mana Hwa masih tertidur di sore itu.

Neko menoleh sedikit dan kembali menatap ke jendela. Felix menjadu terdiam melihat ekspresi Neko yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu.

"Apa yang kau pikirkan lagi?" Tatap Felix mendekat di belakang Neko.

"(Sekarang apa.... Aku ingin merasakan sesuatu yang lebih dari ini)" Neko hanya terdiam menatap dingin.

"Kau ingin pergi ke suatu tempat.... ?"

"Entahlah.... "

"Katakan padaku saja.... Aku memiliki waktu sekarang" Tatap Felix yang mulai bersandar di dinding dekatnya. mendengar itu Neko kembali terdiam dan tersenyum kecil meletakan bukunya di meja dan mendekat ke Felix.

"Aku ingin tahu sesuatu"

"Katakan saja padaku" Felix juga menatap dengan senyuman kecil itu.

"Apa kau benar benar senang jika aku ada di sini?"

"Jika aku tidak senang... Aku sudah membunuhmu dari awal kita bertemu... Kau mau mengulangnya hm... "

"(Sudah ku duga, bertanya hal seperti itu hanya membuat ku memasang wajah kesal, aku ingin bilang sesuatu juga.... Aku katakan saja lah)" Neko menjinjitkan kakinya dan Felix juga membungkukkan badan nya untuk Neko bisa mendekat ke wajahnya karena kau tahu lah Felix benar benar tinggi.

"Aku ingin pergi... Ke tempat yang aku inginkan... Denganmu... Selama waktumu... Tidak ketat" Bisik Neko. Sekarang dia benar benar sudah bisa sedikit merayu Felix. Di saat itu juga Felix tersenyum kecil lagi dan memegang pinggang Neko dengan tangan besarnya.

"Kemana kau akan pergi? Tempat kesukaan mu?" Tatap nya, ia kembali menundukan tubuhnya sambil memegang dagu Neko lalu mencium bibirnya.

Dari kaca itu terlihat dari luar, Arthur tengah datang sore itu dari taman setelah bekerja di rumah Felix. Ia menjadi berhenti berjalan ketika melihat dari jendela bahwa Felix dan Neko melakukan ciuman yang terlihat dari jendela. Lalu Arthur tersenyum dan berjalan lagi masuk ke dalam rumah besar Felix.

-

"(Sangat menarik)" Neko terdiam memandangi sebuah lautan yang sangat indah. Di belakangnya ada villa kecil dan di sampingnya agak jauh ada Felix yang duduk merokok di bawah pohon dengan bangku panjang di sana.

"Ini keingan mu bukan... Kupikir tempat ini juga cocok hanya untuk kita berdua" Tatap nya.

"(Padahal aku benar benar tidak serius mengatakan nya... Tapi ini sangat bagus)" Pikir Neko yang terus memandangi lautan luas itu.

"(Kupikir ide ku selalu bagus, menyewa pulau untuk Gadis itu memang benar benar membuatnya senang)" Lalu Felix menjatuhkan rokoknya dan menginjak mematikanya lalu mendekat dan memeluk Neko dari belakang. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Bisiknya. Lalu mengulur tangan. "Pertama ke marilah bersamaku"

Lalu Neko menerima uluran nya dan mereka benar benar berjalan di bibir pantai. Neko melihat ke bawah dan ke belakang melihat jejak kakinya dan Felix. Karena mereka berdua tak memakai alas kaki, jejak kaki mereka benar benar terukir di pasir yang basah.

Neko terdiam dengan wajah polosnya. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya untuknya bisa merasakan sensasi berada di tepi pantai dan juga berjalan bersama Pria nya.

"Apa kau terlihat terkesan ketika melihat jejak kaki kita, kaki ku terlihat lebih besar dari milik mu" Tatap Felix.

"Itu memang sudah jelas, kau bertubuh besar"

"Apa tinggi mu masih 157?" Tatap Felix.

"Kenapa kau begitu akurat" Neko menatap datar.

"Haha, aku memang selalu benar" Kata Felix lalu ia kembali menatap kedepan masih memegang tangan Neko untuk mengikuti nya.

"Amai.... Dengarkan aku" Felix melepas tangan Neko dan menghadapnya. "Aku benar benar senang jika kau tersenyum bisa menerima semua ini... " Tatap nya membuat Neko terdiam.

"Biarkan aku mengatakan sesuatu... Aku yang membuat hidupmu benar benar terpuruk, aku yang membuatmu menjalani semua kepahitan dunia gelap dan aku yang membuat mu tersiksa... Itu karena ku ingin melihat sampai mana kau bertahan untuk tubuhmu... Aku melakukan itu karena menjadikanmu gadis yang tidak suka pada Lelaki.

Karena yang membunuh orang terdekatmu pertama kali adalah Lelaki sepertiku. Sekarang kau benar benar membuatku sangat senang dan bangga karena kau benar benar hanya menyerahkan tubuhmu padaku... Apa kau tidak tahu seberapa senang perasaan seseorang jika mendapatkan perempuan yang istimewa sepertimu, Dari awal aku ingin bilang... Aku benar benar minta maaf" Kata Felix. Seketika Neko terdiam kaku tak percaya apa yang ia dengar itu.

"(Dia adalah Pria besar yang terlihat sangat kuat... Tapi kenapa aku merasa hatinya juga sama sepertiku... Sudah hancur tak tersisa)"

"Jika kau berpikir untuk mati maka kau harus ingat... Kau harus mati bersama denganku atau aku yang mati bersamamu... Karena aku membuat hidupmu dan yang mati bersamamu... Amai... Tetaplah berada di dekat Ku"

"(Di hari itu... Dia benar benar telah mengatakan semuanya... Dia mengatakan yang sejujurnya di saat matahari terbenam itu. Matahari itu mendengar dia begitu saja dan langsung turun pergi begitu saja menyisakan langit yang gelap.

Aku tahu ia terlihat sangat menakutkan... Tapi... Bagaimana jika aku senang dia membuat hidupku terpuruk dan lalu meminta maaf padaku begitu saja. Mungkin aku akan bisa menerima ini sedikit demi sedikit)" Neko terdiam dan sedikit mengepal tangan.

"(Aku sudah mengatakan segalanya... Hanya dia yang belum membalas apapun... Aku anggap dia sudah bisa menerima segalanya dariku)" Pikir Felix mendekat dan memegang dagu Neko membuat Neko menengadah dan ia mencium Neko di tempat dengan ombak yang perlahan datang membasahI kaki mereka.

"(Dia membawa ku ke tempat yang kuinginkan setiap kali aku bilang 'ingin' apakah ini yang di namakan Pria yang baik, tapi aku tidak tahu... Terkadang dia mencurahkan perasaan nya dengan kata kata dan wajah yang biasa, ini seperti dia tak peduli dan asal minta maaf padaku, tapi mau bagaimana lagi.... Aku menilai itu adalah wajahnya, tapi jika hati nya, pastinya lain hal...)" Pikir Neko, ia juga memegang baju Felix dan menariknya untuk terus mencium bibir dengan dalam.