webnovel

Chapter 196 (Tiger Cat and Alfa Wolf)

Pagi ini, Neko tampak berada di pinggir jalan dengan duduk melamun. Lalu ia menghela napas panjang mengingat malam tadi. "(Perutku benar benar masih sangat sakit, miliknya benar benar sebesar gaban. Aku tak bisa membayangkan bagaimana wajahku saat melakukan itu... Antara memalukan dan dia juga memaksaku melakukan nya, aku harap tidak terjadi apapun karena itu adalah waktu pertama kali untuk ku.. Jika memang terjadi sesuatu, aku akan segera melakukan tindakan lain meskipun harus tidak peduli dengan perkataan nya nanti)" Pikirnya sambil memegang perut bawahnya. 

Tapi tak lama kemudian, ia melihat seorang pria yang membawa bayi nya yang sudah balita duduk di atas lehernya. Mereka melewatinya dengan aura yang bahagia. 

Neko terdiam melihat itu dan bahkan masih menatap mereka hingga benar benar berjalan melewatinya. "(Apa benar membangun keluarga itu adalah hal yang bahagia, jika itu bisa menyingkirkan masa lalu ku, aku mungkin akan menerima nya)" Tatap nya, lalu ia menundukkan wajah. Sepertinya ia ingin membangun keluarga. 

"(Entah kenapa akhir akhir ini, perut ku sering mual, tapi aku tak bisa memuntahkan nya.... Ini mungkin terjadi tanpa aku sadari sejak dia pertama kali melakukan dengan ku, yakni seks yang pertama itu, sekitar 4 hari yang lalu... Padahal masih sakit, dia memaksa untuk berhubungan dengan ku yang kedua kalinya.... Kau memang tidak merasakan apapun selain apa yang di sebut kenikmatan tapi aku lebih mengarah ke sakit... Kepala ku juga pusing...)"

Dia tadi memutuskan untuk berhenti berjalan dan lebih memilih duduk di bangku taman karena ingin menikmati suasana kota yang luas itu. Hingga saat ini, dia masih sendirian.

"(Aku benar benar begitu bosan.... Kenapa ini terjadi padaku... Seharusnya aku ada di tempat yang tenang tanpa memikirkan apapun saat ini...)" Ia kembali terdiam lalu menghela napas panjang.

Tapi tiba tiba sesuatu tak terduga muncul, yakni Felix yang berjalan mendekat dan berhenti di depan nya langsung, menghalangi cahaya dan Neko menengadah melihatnya. 

Terlihat Felix melirik menatapnya dengan merokok. Neko yang mengetahui itu menjadi terkejut. "(Apa?! Bagaimana dia tahu aku ada di sini?!!)" Ia terpaku.

--

Sebelumnya, Felix merapikan dasinya sambil keluar dari kantor pertemuan, di saat itu juga, dia melihat Kim yang ada di depan kantornya.

"Tuan Felix..." Tatapnya dengan serius.

Felix hanya terdiam menunggu dia menambah perkataan nya.

"Tuan Felix, Apa anda tak bisa menambah waktu ku bersama dengan Nona Neko?" Tatap Kim.

Felix terdiam sebentar dengan aura serius, lalu dia membalas. "Untuk apa aku melakukan itu, kau sudah setuju, jika kau hidup, kau tidak bisa mendekati nya sama seperti dulu.."

". . . Aku mengerti itu, tapi..." Kim tampak berwajah kecewa.

"Sekarang dimana dia?" Tanya Felix.

". . . Nona Neko ada di jalan kota, dia duduk di salah satu bangku jalan, aku tadi melihat nya ketika menuju kemari" Balas Kim.

Lalu Felix berjalan pergi melewatinya setelah mendengar itu tadi tanpa mengatakan sepatah katapun pada Kim.

--

"(Aku selalu saja, bertanya tanya kenapa dia selalu saja menemukan ku di manapun aku berada, apa dia semacam memiliki GPS di tubuhku, apa jangan jangan dia meletakan nya di perut ku... Karena itulah perut ku sakit...)" Neko terlalu berpikir aneh, padahal setiap informasi sedetail apapun, Felix dapat mengetahui informasi nya.

"Ikutlah dengan ku" Tatap nya membuat Neko terdiam bingung. 

"(Ikut dengan nya? Bukankah aku belum di jadwalkan bekerja lagi di tempat nya? Ini bisa dikatakan hari libur ku...)" Neko terdiam bingung.

"Ikutlah aku, kau harus menuruti perintah ku ini, jika kau tidak menuruti perintah ku, kau akan kusebut Kucing Loyal" Tambah Felix lalu ia berbalik dan berjalan duluan. 

"(Kucing... Loyal!!)" Neko menjadi kesal mengepal tangan. "(Sialan, kenapa ini sungguh sangat sialan!! Kau pikir aku peliharaan mu... Sialan...)" Meskipun kesal, lalu ia mengikutinya meskipun kesal. 

Tapi Neko terdiam ketika ada mobil hitam di pinggir jalan. Felix menoleh dengan mengangkat satu alisnya. "Masuklah" Kata dia yang masuk duluan. 

"(Kemana dia akan membawaku?)" Neko terdiam hingga ia harus masuk di bangku tengah. 

Felix yang ada di bangku mobil supir menjadi menghela napas panjang. "Haa.... Kenapa kau ada di bangku tengah?" Tatap nya dari kaca tengah. Tapi Neko hanya memasang wajah polos dan tak tahu apa apa. 

"Haa..... Duduk lah di samping bangku supir" Tambah Felix lalu Neko keluar dan masuk duduk di bangku samping supir. 

Setelah itu Felix bisa menjalankan mobilnya. Suasana mobil menjadi hening hingga Felix memasukan mobilnya di gang agak sempit membuat Neko terdiam bingung. 

"(Kenapa dia masuk ke gang sempit, apa jangan jangan dia ingin membawaku lagi ke jalanan saat itu, dia bahkan mengambil dagangan wanita tua dan juga mengangkat kucing, apa dia akan melakukan itu lagi?)" Neko terdiam agak terpucat.

"Amai...." Panggil Felix seketika membuat Neko menoleh padanya. 

"(Apa?! Dia ingin mengatakan apa?! Jangan sampai dia mengatakan hal yang aneh....)" Neko tampak berwajah kesal.

Tapi Felix mengatakan hal lain. "Apa kau masih bisa berbicara dengan ku ketika aku mengakui sesuatu padamu"

"Mengakui? Mengakui apa?"

"Mungkin kesalahan"

"Kesalahan? Memang nya kau selalu melakukan kebenaran..." Neko langsung mengatakan hal itu.

"Maksud ku, soal kesalahan ku yang begitu dulu sehingga kau menyebut ku takdir dari masa lalu" Kata Felix membuat Neko terdiam.

Lalu mobil berhenti dan Felix melepas sabuk pengaman nya. "Baiklah, ayo turun" Tatapnya membuat Neko terdiam dan terpaksa menurutinya.

"Kau membawa ku kemari? Untuk apa?" Neko menatap bingung. Dia melihat ada tempat yang sungguh sepi seperti permukiman yang sangat kecil, hampir lebih jauh dari kota yang memiliki banyak gedung tinggi.

"Tempat ini.... Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di kota yang luas..." Neko terdiam.

"Yah begitulah... Ngomong ngomong apa kau bertanya tanya kenapa aku membawamu kemari?" Kata Felix sambil mengambil rokok dan meletakan nya di mulutnya.

". . . Aku dari awal sudah bingung, kau tidak perlu mengatakan itu" Balas Neko sambil melihat ke arah lain. Dia seperti tak mau fokus pada Felix. Tapi Felix terdiam dengan rokoknya. "Ehem... Kau membawa korek nya?" Tatap Felix.

Neko terdiam bingung, seketika ia terkejut dan merogoh sakunya. "(Dimana aku meletakan nya...) Ah, ini" Neko membawa korek zippo itu lalu mengulurkan nya pada Felix.

Felix mendekatkan wajahnya, di saat itu juga Neko menyalakan rokoknya.

"Kau seharusnya lebih tanggap soal hal ini" Kata Felix setelah rokok itu menyala. Neko hanya menatap dingin dan kembali menyimpan koreknya.

"Tempat ini.... Ada suatu alasan kenapa aku membawa mu ke tempat ini" Kata Felix, lalu dia berjalan ke tempat kotak mesin penjual minuman otomatis.

". . . Sebelum kau mendekati mesin itu, kau harus berpikir bahwa kau membawa uang tunai" Tatap Neko menatap Felix yang nanti akan kesal karena mesin kotak itu hanya menerima uang sementara Felix selalu menggunakan kartu.

"Tentu saja aku sudah sedia" Felix menunjukkan selembar kertas yang lalu memasukan nya di mesin penjual itu dan membeli minuman di sana.

"(Aku benar benar tidak mengerti, kenapa dia sudah siap sedia, kupikir dia tidaka akan mengulangi hal ini, apa dia ingin menbelikan ku minuman kaleng?)" Neko terdiam bingung menatap nya.

Lalu Felix berdiri setelah mengambil dua kaleng dan memberikan Neko minuman kaleng. Minuman itu adalah minuman jus apel. Neko terdiam, ia melihat soda di tangan Felix. 

"Kenapa kau memberiku jus sementara kau sendiri soda?" Ia melirik dengan rasa tak terima. 

"Aku tahu kau ingin soda juga, tapi perlihatkan kondisimu... Apa kau belum mengecek kondisi mu, minuman seperti ini kau tidak boleh minum dari sekarang, mulai sekarang kau tak bisa meminum soda maupun alkohol, minumlah jus saja" Balas Felix. Lalu Neko menerimanya dengan masih tidak Terima. 

Kemudian Felix menoleh ke sekitar dan tertuju pada rumah yang tidak terlalu besar di sana. "Lihat itu" Ia menunjuk membuat Neko ikut menoleh. 

"Itu adalah rumah ku saat aku masih menjadi orang yang menyedihkan" Tambahnya. 

Neko terdiam melihat rumah itu yang sudah lama ditinggalkan, tua dan tak terawat. "(Apa maksud nya... Dia mencoba menunjukan ku rumah nya...) Kau memberitahu ku begitu, sayang sekali, aku tidak mempercayai nya" Kata Neko.

". . . Kenapa kau tidak mempercayai nya?"

"Aku juga tidak mengerti, hanya saja, naluri ku bilang, aku tidak mempercayai mu.... (Bagaimana dia bisa tinggal di rumah buruk itu... Tidak mungkin bukan)"

"Aku sedang tidak berbohong, bukankah aku sudah bilang aku dan kakak ku hanya menjadi gelandangan dan aku di asuh oleh seorang pelacur..."

"Lalu bagaimana kau menyebut diri mu di asuh oleh ayah mu?"

". . . Sebenarnya, aku menganggap nya bukan ayah, dia memang bukan ayah ku karena ketika aku lari dari orang tua ku, aku di asuh oleh nya" Kata Felix membuat Neko terdiam.

"(Sepertinya aku harus lebih tahu kisah milik nya itu...)" Neko terdiam.

"Saat kau tahu tempatmu sendiri nantinya, apa kau akan memasang wajah yang sama seperti itu?" Tatap Felix. 

"Huh.... Kau tahu tempatku dulu? Bukankah dulu aku di asuh oleh--

"Aku tahu tempat mu saat kau masih kecil dan di mana saat aku membunuh orang yang kau sayangi" Felix menyela membuat Neko terkejut mendengarnya. 

"Kau bercanda!! Di mana tempatnya sekarang?" Neko menatap panik. 

"Aku akan memberi tahu mu sampai kau setuju ingin bersama ku, selama nya" 

"(Orang ini)" Neko menjadi kesal, ia menggerutu lalu meminum minuman kaleng nya tadi. 

"Kau sudah meminta ku tidur denganmu, seharusnya kau juga menuruti permintaan ku ini" Kata Felix. 

"(Cih persetanan... Apa jangan jangan memang benar, dia yang telah merubah hidup ku....)" Neko menjadi kesal.