webnovel

Chapter 194 (Tiger Cat and Alfa Wolf)

"Dia pria yang kuat bukan, tubuhnya sangat besar" Kata Rangga. 

"Aku tidak berpikir begitu. (Tubuhnya terlihat besar tapi sikapnya sangat lah mencurigakan)" Neko menambah sambil masih tetap melihat Felix pergi. 

Rangga yang saat itu merencanakan sesuatu memasukan bubuk obat ke dalam gelas air putih Neko tanpa di sadari Neko sendiri. 

Rangga yang saat itu merencanakan sesuatu memasukan bubuk obat ke dalam gelas air putih Neko tanpa di sadari Neko sendiri. Sementara Neko benar benar fokus berpikir.

"(Kenapa dia meninggalkan ku begitu saja di sini, apa dia ingin aku dalam bahaya lagi, dia bilang ini juga berbahaya, tapi kenapa malah mengajak ku... Apa dia tak mau aku kabur lagi?)" Ia terdiam.

Hingga Rangga selesai mencampurkan bubuk tadi. "(Aku mendapatkan bubuk ini dari penjualan ilegal, mereka bilang obatnya akan segera bereaksi dan aku bisa langsung menggunakan nya...)"

"Ehem... Bagaimana jika kau minum terlebih dahulu" Ia mengambil gelas Neko dan memberikan nya. 

"Terima kasih" Neko mengambil gelasnya dan meminumnya. 

"Jadi, apa hubunganmu dengan Felix, apa kalian menjalin kontrak?" Tatap Rangga. 

"Kami tidak melakukan apapun, kenapa kau bertanya sejauh ini?" Lirik Neko. Dia menyadari Rangga telah bertanya sangat banyak.

"Oh maaf, apa itu terlalu jauh untuk mu jika aku bertanya" Tatap Rangga dengan senyum palsunya. 

". . . " Tapi Neko meletakan gelasnya dan terdiam. "(Kenapa rasanya air nya aneh sekali....)" Ia bingung, tapi terkejut ketika melihat sekitar. "(Apa?! Kenapa?! ... Semuanya... bergerak)" Bola mata miliknya menjadi melihat ke sekitar, penglihataanya menjadi buram dan mulai bernapas panas. Dia memegang baju nya bagian dada, tubuh nya berkeringat.

"(Apa yang terjadi... Tubuhku sangat panas, jangan bilang.... Aku mengalami kontras lagi.... Bukanlah itu sudah lalu, sudah di obati tapi kenapa....?)" Ia panik dalam dirinya mencoba mencari petunjuk ada apa dengan tubuhnya. Hingga ia menyadari sesuatu setelah ingat meminum minuman yang di berikan Rangga. " (Jangan jangan.... Orang ini!! Dia sedang berpikir licik, dia memberikan ku obat, sialan.... Aku tak bisa memberontak sekarang... Mungkin aku harus pura pura tidak tahu...)" Neko bernapas sulit.

Rangga yang melihat itu menjadi tersenyum kecil sendiri. "Kau baik baik saja kan.... Perlu aku bawa ke ruang hotel untuk istirahat, gedung ini adalah hotel" Kata Rangga. Wajahnya tampak khawatir tapi sisi lain, wajahnya senang sekaligus licik.

". . . Aku.... Harus ke kamar mandi" Kata Neko berdiri dan langsung berjalan pergi. 

"Tak apa, aku akan menunggu mu, berteriak lah jika butuh bantuan....(Tak kusangka obatnya cepat bereaksi)" Gumam Rangga dengan senyum senang nya, sepertinya dia memang merencanakan sesuatu untuk Neko. 

 --

Neko membuka pintu ruangan toilet dengan lemas, dan hampir jatuh untungnya tangannya menahan wastafel disana. Lalu naik dan membasuh wajah nya yang panas. 

"(Ini mengerikan... Aku harus pergi)" Ia melihat sekitar sambil melonggarkan bajunya karena tubuhnya panas, dalam kata lain, dia hampir terangsang karena swbuah obat tadi. Lalu melihat jendela luar dan mulai berjalan kesana. Sepertinya ia memang di beri obat gairah. "(Sialan.... Sebenarnya obat apa yang di berikan tadi, kenapa aku bisa tidak tahu.. Siapa yang melakukan ini?!)" Ia mencoba mengingat ingat siapa yang melakukan hal ini padanya, lalu ia ingat Rangga. 

"(Dia..... Sialan... Aku sudah menduganya, dia benar benar mengganggu)" Neko menjadi kesal. 

Saat ini ia akan keluar dari jendela ventilasi itu, Tapi tiba tiba kepalanya tertutup karung dan ia terculik di kamar mandi. 

Awalnya ia melawan dengan bergerak memberontak tapi yang menculiknya sudah sangat handal membuatnya tak bisa apa apa selain di bawa mereka pergi. 

Sementara itu, Felix membaca dokumen di sofa pertemuan dan di sofa lain ada direktur Han.

"Tuan Felix, selagi kau membaca revisi nya, bisa aku bertanya sesuatu? Kenapa kau terlambat tadi?" Tatap Direktur Han membuat pandangan Felix keluar dari dokumen yang ia baca.

". . . Hanya beberapa urusan kecil..." Felix membalas lalu menjatuhkan dokumen itu di meja depan mereka.

"Urusan kecil tidak akan membuat mu lupa pada pertemuan ini bukan? Dan aku dengar dari Direktur Ha Cuen, dia bercerita padaku soal termasuk gadis yang sedang di bicarakan" Kata Direktur Han tapi belum waktunya, Felix sudah berdiri berniat memotong topik.

"Aku di sini untuk mengurus sebuah bisnis" Kata Felix membuat Direktur Han terdiam dan berwajah serius. Lalu dia berjalan pergi dari sana meninggalkan Direktur Han yang terdiam.

Felix berjalan di antara orang menari mengikuti musik dan akan menuju ke tempat Neko tadi berada, tapi siapa sangka, di sana tak ada seorang pun yang duduk.

Felix terdiam sebentar lalu menoleh sekitar, di saat itu juga, dia melihat orang mencurigakan berjalan melalui bayangan, seketika ia menebalkan alis.

-

Neko terjatuh kan di ranjang hotel. Ada 2 orang suruhan yang meletakan nya tadi. "Biarkan disini, sisanya bos yang urus" Kata mereka lalu berjalan pergi dengan masih membuat kedua tangan Neko terikat dan kedua matanya tertutup kain membuat nya tak bisa membuka maupun melihat apapun.

Ia bergerak dengan lemah mencoba melepaskan dirinya. Dengan napas berat dan panas nya, ia seperti tersiksa di sana. Lalu merasakan samar samar dari telinga yang ia dengar. Seseorang datang mendekat. 

"Jangan khawatir, aku akan lembut padamu" Kata orang itu dan akan membuka baju Neko.

"(Apa yang terjadi? Apa yang mau dia lakukan padaku....Tolong lah tubuh ku, panas sekali... Aku ingin sesuatu menyentuh tubuh ku...Tapi biarkan sesuatu yang di setujui takdir saja....)" Neko tampak ketakutan.

Ketika akan menyentuh tubuh Neko, orang itu sebentar lagi akan menyentuh nya, tapi 2 orang suruhannya tadi datang. "Bos... Tuan Felix ada disini" Kata mereka. 

"Cih.... Sialan.... Kenapa dia cepat sekali. (Gadis ini memang penting tapi kenapa dia bertindak khawatir) Pergi cepat!!" Orang itu membalas dan melarikan diri di ikuti orang suruhanya tadi. 

Tiba tiba Felix membuka pintu hotel itu dengan mendobrak kan kakinya dengan sangat keras, bahkan pintu hotel itu sampai rusak engsel nya.

Ia berjalan cepat ke dalam ruangan dan melihat Neko terbaring di ranjang dengan napas panas. Ia segera mendekat ke ranjang. 

"(Sialan... Kenapa bisa seperti ini?!)" Felix melepas penutup kepala Neko. Melihat Neko yang setengah tak sadarkan diri dan bernapas panas. 

"Kau baik baik saja bukan, jangan bilang kau telah di beri obat... Lagi?!" Felix melepas tali pengikat tangan Neko dan mengangkat tubuhnya. 

"Uhk.... Aku ingin keluar... Disini panas" Kata Neko dengan masih bernapas berat. 

"(Cih.... Orang sialan mana yang melakukan ini)" Felix menjadi kesal dan marah. 

Tiba tiba Neko menarik kerah Felix untuk menatap wajahnya. Dengan napas yang berat, dia mencium bibir Felix. 

Felix terdiam dengan wajah tak percaya karena Neko langsung menciumnya. Tapi ia mendorong bahu Neko. "Apa yang kau pikirkan, aku harus mengikat mu sampai obat itu berhenti atau kau akan merayu ke sana kemari" Tatap nya tapi Neko hanya bisa bernapas cepat dan berkata terbata bata. "Kau...bilang... Kau ingin membuat.. Bayi dengan ku.. Ini sebuah... Kesempatan" Tatap nya. 

Felix yang mendengar itu menjadi terkejut dan seketika menekan bahu Neko dengan kencang membuat Neko kesakitan. "Ahh...."

"Jika bukan karena obat itu, kau tidak akan bersikap seperti ini padaku, tapi karena kau sudah bersikap seperti ini.. Aku akan melakukan nya jika kau tidak keberatan" Kata Felix lalu ia mendorong Neko ke ranjang dan mencium bibirnya. 

"Uhm.... (Aku tidak percaya ini, aku melakukan ini dengan setengah sadar, kenapa aku juga tidak bisa menggerakan tangan ku untuk mendorong nya, kakiku juga lemas tak bisa menendangnya untuk menjauh. Kenapa dia melakukan hal ini padaku?)" Neko terdiam dengan napas rangsangan nya. 

Lalu Felix perlahan membuka semua baju Neko yang terbaring di bawahnya. 

"Lihat, dari atas sini aku bisa melihat mu seutuhnya" Tatap Felix. 

"(Dia benar benar terlalu banyak bicara, aku seharusnya tidak meminum minuman itu, kenapa rasanya aku ingin cepat cepat melakukan nya, apa ini karena tubuhku tak terkendali karena obat itu yang sangat sialan)" 

"Aku akan membuat mu merasa enak di sini" Bisik Felix yang memegang buah dada kiri Neko sambil mendekat ke leher. "Pertama tama, mari jadikan kau adalah milikku" Tambahnya, seketika ia menggigit leher Neko. 

"Ehkk ... Ahhh" Neko berteriak kesakitan. 

Lalu Felix melepas gigitan nya, terlihat bekas gigitan nya namun tidak sampai berdarah. 

"(Pertama kali dia melakukan ini padaku, kenapa rasanya sangat sakit.. Apa ini karena pengaruh obat itu juga, semua tubuhku yang ia sentuh rasanya sangat sakit)" 

"Aku akan mulai pelan pelan, karena ini adalah pemanasan" Kata Felix. Tiba tiba ia membalik tubuh Neko membuat Neko terkejut memeluk bantal di bawahnya. 

Felix yang ada di atas Neko bisa menatap punggung Neko yang terdapat bekas luka ukiran itu. "Sudah berapa lama ini di sini, kenapa tidak hilang hilang.... Oh benar, ini adalah bekas luka.. Bukan tato, kenapa kau tidak membuat tato saja daripada harus melukai dirimu sendiri" Kata Felix sambil memegang punggung Neko lalu mendekat mencium dan menggigit nya beberapa kali. 

"A... Ada alasan kenapa aku melakukan itu" Kata Neko. 

"Baiklah, dari suara mu saja.. Kau sudah tidak sabar ingin melakukan seks dengan ku... Vagina mu itu sepertinya sangat imut jika aku melihatnya" Felix membalikan tubuh Neko lagi tapi Neko menutup selangkangannya dengan merapatkan kakinya. 

"Kenapa.... Kau bilang ingin melakukan seks dengan ku, bagaimana bisa aku melakukan nya tanpa kau membuka kakimu, bukalah seperti ini"

Felix memegang kedua kaki Neko dan membuka kakinya membuat Neko terkejut. 

"(Sialan.... Aku benar benar sangat tersiksa)" Neko hanya bisa memasang wajah kesal meskipun ia terpaksa harus menikmati nya. 

Tapi Felix malah menariknya dan duduk membuatnya memangku Neko. "Kenapa... Kenapa posisi ini?" Neko terdiam menatap. 

"Posisi ini akan membuat mu nyaman" Balas Felix seketika di antara celana Felix yang masih tertutup, ada yang naik menyentuh selangkangan Neko. 

"Ah...." Neko terkejut merasakan itu. "(Dia berdiri* .... Kenapa rasanya miliknya sangat besar, aku tak yakin itu bisa masuk, terakhir kali melakukan nya, itu tidak masuk semua...)" Neko terdiam dengan wajah agak malu.