webnovel

Chapter 150 (Flashback Kim)

Hari selanjutnya Kim memakai pakaian pelayan nya, ia melihat di tempat pelayanan bar dalam. Dia terus saja melihat banyak orang berlalu lalang dan menatapnya dengan tertawa sambil mengejek nya.

"Hei, pelayan.... Haha..."

"Itu cocok untuk mu haha..."

"Sialan kalian" Kim mengepal tangan.

"(Ini benar benar menjengkelkan.... Aku tak bisa melakukan ini...)" Dia hampir putus asa.

Lalu dia melihat ada meja pengiriman makanan dengan wanita paruh baya yang mengatur sekaligus memasak di sana.

"Bibi" Kim memanggil lalu wanita paruh baya yang ada di sana mendekat.

"Aku diminta kesini membawa sesuatu untuk mereka" Kata Kim lalu wanita itu memberinya 3 gelas dan apel sesuai permintaan Neko kemarin.

Kim menjadi terdiam bingung. "(Aku belum bilang apa apa pada bibi ini, kenapa dia tahu permintaan yang belum kukatakan?) E, Bibi.... Bagaimana bisa?" Kim menatap.

". . . Hoho, Nona Neko selalu memakan apel di sini... Jadi, tak perlu bilang" Balas Bibi itu lalu berjalan pergi membuat Kim masih terdiam. Ia juga bingung karena apel itu memang 3 tetapi yang berwarna merah hanya satu, sisa nya hijau.

Ditempat lain, tepatnya penembakan di dalam ruangan. Neko sudah duduk di dekat sana di kursi khusus dengan meja.

Di ruangan itu hanyalah hitam dan lapangan penembakan yang masih sepi.

Neko hanya menatap ke bukunya dengan tatapan datar dan biasa dan di belakangnya berdiri Jun.

Ruangan itu nampak sepi karena tempat itu hanya khusus untuk mereka yang di izinkan dan itu termasuk milik Neko sendiri.

Sembari membalik lembaran buku, ia melirik ke segala arah. "(Apa yang mau aku jadikan objek pengajaran nantinya? Mungkin aku harus memberitahunya dengan cepat agar dia langsung bisa mengusai hal ini)" Ia berpikir menyangga dagu.

Lalu Kim kebetulan membuka pintu, dia datang dan meletakan pesanan tadi di meja Neko yang menengadah menatapnya.

"Terlambat 2 menit, apa kau lupa dimana tempat ruang penembakan ini" Tatap Neko dengan dingin sambil menutup buku yang ia baca tadi.

"Aku... Sudah kemari secepat mungkin" Kim membalas dengan tatapan masih dengan tatapan membosankan. Lalu Neko mengambil satu gelas dan memberikannya pada Kim yang bingung.

"Habiskan ini untukku"

"E... Tidak aku tadi... Sudah minum sangat banyak di sana"

"Kau ingin meminumnya atau tidak?" Neko menyela lalu Kim mengambilnya dan meminumnya, perlahan menghabiskan nya.

Setelah itu gelas terlihat kosong.

Neko merebut gelas kosong itu tiba tiba lalu meletakan nya di bawah nya. Gelas itu sekarang berdiri di bawah Neko yang masih duduk di kursi nya.

"Apa kau bisa fokus menatap gelas ini?" Tatap Neko. Lalu Kim mengangguk.

"Kau bisa menghancurkan nya dengan tanganmu, jika bisa lakukanlah"

"(Apa dia mencoba mengujiku) Aku tidak bisa, jika aku menghancurkan nya dengan tanganku, tanganku akan terluka"

"Kenapa harus khawatir, bukankah ada paramedis disini, hidup mu tak akan terjamin mati hanya karena tangan mu terluka" Tatap Neko.

Lalu Kim terdiam dan membungkuk akan mengambil gelas itu tapi tiba tiba tangan Kim terinjak Neko membuatnya terlutut dan tertekan tangannya, hal itu membuat nya terkejut kesakitan.

Neko mulai menginjak tangan Kim dengan keras. Kaki nya juga memakai sepatu agak ber high heels pendek membuat tambah sakit dia menginjak Kim.

"Kau lebih memilih babak belur dari pada berdarah, ini yang kau minta, kau pikir aku sedang menguji kepintaran mu" Kata Neko melepas tangan Kim yang kesakitan.

Kim masih kesakitan memegang tangan nya yang terluka, bahkan sampai merah gelap. "(Sialan, ternyata benar, dia sedang menguji ku)"

Neko masih terdiam dingin menatap, Lalu ia memberikan pistol pada Kim.

"Pakai tanganmu itu, bidik kertas ituitu" Tunjuk Neko di papan tembakan yang sudah ada di jarak bermeter jauh nya.

"(Sial...Dia benar benar menghancurkan tulang jariku)" Kim hanya bisa menahan sakit di tangan nya lalu berdiri menyesuaikan posisinya akan menembak tapi karena tangan nya yang kesakitan itu bidikan nya menjadi meleset, di akhir peluru ia menjatuhkan pistolnya sambil kesakitan pada tangannya.

Neko hanya terdiam dingin menatap itu, lalu ia mengambil gelas kosong tadi yang masih di bawahnya, ia memegang dengan satu tangan dan tiba tiba, ia memecahkanya dengan remasan tangan kanannya membuat Kim terkejut. Pecahan itu menempel di tangan nya membuat tangan nya terluka dan mencucurkan darah, Neko mengambil pistol pelatihan dan dengan cepat tanpa membidik dan langsung melempar peluru itu terkena tepat di tengah kertas target itu.

Hal itu membuat Kim terkejut tak percaya. "(Dia.... Dia membidik dengan sangat tepat padahal tangan nya benar benar terluka parah. Dia tidak merasakan kesakitan sama sekali.

"Lemparkan apel itu di depanku" Kata Neko.

Lalu Kim mengambil apel utuh itu. Tapi Neko berhenti. "Hei, jangan ambil yang merah, ambil yang hijau" Tatap Neko membuat Kim terdiam, lalu ia mengambil apel yang hijau dan langsung meleparnya di atas dengan cepat apel itu hancur tertembak oleh Neko.

Dia meletakan kembali pistol itu dan menatap ke Kim, ia menunjukan tangan nya yang terluka pada Kim.

"Jika kau ingin bersama ku nanti, saat kau melihat sesuatu yang terbuka dan merah di bagian tubuhku, segeralah ambil sesuatu untuk menutupinya" Kata Neko.

Kim agak terdiam, dia antara masih belum percaya dengan apa yang terjadi dan ia lihat, tapi ia menggeleng sadar dari hal itu, lalu melihat sekitar dan menemukan kain, ia mengambilnya dan menutup tangan Neko yang berdarah itu.

"Apa kau sudah mengerti apa yang aku lakukan tadi"

" . . . Kau tidak melakukan pembidikan karena kau sudah sangat hafal tempat dimana kertas itu hal itu membuatmu tak ragu membidik sama sekali" Kata Kim.

Seketika Neko merubah wajahnya menjadi kesal.

"Kepintaran Mu sama sekali belum terlihat, aku tak bisa melakukan ini. Kira kira lah dalam penembakan. Kau tak perlu menggunakan otak untuk mengatur target tapi gunakan mata dari lirikan kanan dan kiri, jika kau ingin tepat, sekarang kau hanya harus fokus pada kertas itu" Neko menunjuk lalu Kim menatap kertas target itu.

"Kunci itu dimata mu" Kata Neko. Saat masih mengamati, Neko menarik kerah baju Kim dan mendekat ke wajahnya membuat Kim terkejut.

"Sekarang... " Neko memberikan pistol lalu Kim menoleh dan langsung menambak kertas itu dan siapa sangka itu mengenai target.

Neko tersenyum kecil lalu mengambil potongan apel metah tadi yang sudah di kupas Jun tadi dan memakan nya dan berjalan pergi dari sana sambil di ikuti Jun yang meninggalkan Kim yang masih didalam.

"Aku... Melakukanya... Itu beneran?" Kim masih tak percaya.

"(Aku mengerti sekarang, jika target tak memiliki suara maka pasti memiliki tempat terbuka, hanya target jarak jauhlah yang berisik karena mereka menyerang dengan suara pistol. Saat hal penyerangan itu terjadi, dia memanfaatkan pendengaran nya untuk suara penguncian. Saat aku fokus tadi, dia mencoba menghancurkan fokus ku dengan menarik ku tapi dia sangka hal itu membuatku bisa membidik dengan cepat... Siapa dia?)" Kim masih berpikir diam.

Tapi ponsel nya berbunyi dari saku nya membuat nya mengambil dan melihat dari siapa itu yang rupanya bertuliskan Chay, adik nya.

Dia lalu mengangkat nya dan Chay langsung bicara.

"Halo kakak, bagaimana kabar mu hari ini?"

"Ah, aku baik baik saja, bagaimana dengan mu? Kau sedang ada di kampus?"

"Ya, aku sedang berjalan ke kelas. Oh ya, hari ini aku ingin bilang bahwa akan ada ujian peningkatan, jadi, aku ingin meminta kakak mendoakan aku agar aku bisa mendapatkan nilai yang baik kedepan nya" Kata Chay.

Lalu Kim tersenyum sambil mengangguk. "Ya, pasti akan aku lakukan...." Kim membalas.

"Terima kasih, apa kakak ada di tempat kerja? Kakak sedang apa sekarang?" Tanya Chay.

Kim terdiam sebentar melihat sekitar lalu kembali membalas. "Aku berlatih di sini"

"Wah, kakak berlatih fisik, pasti pulang pulang langsung kuat"

"Apa maksud mu, aku sudah kuat dari lahir... Aku sudah melindungi mu hingga sebesar sekarang kan"

"Hehe, iya, iya.... Kakak memang yang terbaik, kalau begitu aku pergi dulu" Kata Chay.

"Ya, hati hati dan semoga lulus ujian nya" Kim membalas lalu panggilan tertutup dan dia kembali menyimpan ponselnya sambil menghela napas panjang.

"(Benar benar sangat melegakan mendengar nya bisa ke kampus, biaya nya memang belum di mintai, tapi tetap saja harus di bayar segera.... Aku harap dia sama seperti yang lain nya, di perlakukan baik meskipun kita sama sama tak memiliki orang tua....)" Ia terdiam. Lalu mengingat sesuatu yang membuat nya kesal tapi pandangan nya terdiam ketika melihat buku di meja dekat apel tadi. Tepatnya buku yang di baca Neko tadi.

Ia terdiam lalu mengambil buku itu yang berjudul seuatu yakni. == Kupu Kupu Yang Tidak Pernah Terbang ==

"Apa maksud nya?" Ia bingung lalu membuka lembaran nya dan menemukan suatu kalimat.

== Seorang kupu kupu yang memiliki sayap sobek dari lahir, mampu menjahit sayap nya sendiri dengan daun dan benang laba laba, laba laba adalah kenalan tanpa terbang nya. Dia bisa melakukan sesuatu, bukan karena kemampuan dari lahir, tapi karena terpaksa ==

"(Terpaksa? Apa maksud nya?)" Kim menjadi terdiam lalu kembali membaca hingga tak tahu bahwa ada yang datang.

"Hei, pelayan!!" Panggilnya membuat Kim terkejut dan langsung menoleh pada yang memanggil.

Rupanya beberapa orang penjaga maupun pengawal yang akan berlatih menembak. "Hei, kau, dari pada diam saja, kau harus menembak" Mereka melemparkan pistol menbuat Kim menerima nya.

"Hei, apa yang kau lakukan, dia pasti tidak bisa.... Wkwkwk" Satunya meremehkan lalu mereka tertawa.

Kim menjadi kesal, seketika dia langsung mengarahkan pistolnya di bagian agak jauh target papan, alhasil itu benar benar mengenai target membuat beberapa penjaga itu terkejut melihat nya.

Lalu Kim tersenyum sombong. "Ini yang nama nya usaha.... Dari perkataan kalian yang tak berguna" Tatapan yang lalu meletakan pistol itu dan berjalan pergi sambil masih memegang buku tadi, sementara beberapa pengawal tadi masih terdiam tak percaya.