webnovel

Chapter 112 (Caged The Beast)

Hari berikutnya, Neko menatap dirinya di kaca kamar mandi, dia hanya memakai bra nya dan telanjang perut, menatap luka yang sudah di tutup kain perban di bahu kanan nya. "Ha... Sial..." Ia hanya bisa menghela napas panjang pasrah lalu memakai kemeja putihnya, setelah rapi, dia keluar dari kamar mandi. Tapi ponselnya berbunyi dari meja sofa.

"(Kenapa setiap kali aku keluar dari kamar mandi, pasti ponsel ku berbunyi)" Dia menjadi bingung, lalu berjalan mendekat dan mengambil ponselnya. Rupanya pesan dari Kikiyo.

== Neko, bisa kamu kemari, aku menemukan fakta unik soal darah mu yang sudah aku teliti ==

Neko terdiam dan mencoba mengabaikan itu dengan membalas. == Aku tak peduli, terserah mau apakan darah ku yang sudah kau ambil itu ==

== Apa?! Tapi ini fakta yang sangat penting, ini sangat berhubungan dengan seseorang apalagi Gen dari kata merah ==

Neko kembali terdiam. Dia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi.

". . . Aku masih ada waktu 2 jam untuk mengurus Direktur Geun dan Direktur Hao yang masih di gudang di jaga oleh Hyun dan Jun..." Gumam nya lalu berjalan pergi dari apartemen nya.

Sesampainya di klinik milik Kikiyo. Dia membuka pintu ruangan Kikiyo dan melihat sesuatu, Kikiyo sedang terbaring di lantai dengan darah di baju putihnya membuat Neko terdiam.

". . . (Aku tak tahu harus memasang ekspresi apa)" Ia berjalan mendekat dan menatap wajah Kikiyo yang benar benar tak sadarkan diri.

Neko berlutut dan masih menatap, tapi siapa sangka, di dalam hati Kikiyo, dia tersenyum licik.

"(Hehe.... Aku sengaja pingsan agar dia mengira aku butuh bantuan, dan hal yang harus dia lakukan adalah membuat napas buatan untuk ku.... Cium aku kau cantik)" Kikiyo sudah keterlaluan.

Tapi Neko benar benar tidak mengerti, dia tak tahu harus apa supaya Kikiyo bangun hingga ia memegang pipi Kikiyo dan Kikiyo mulai senang.

"(Hoho, dia akan mencium ku)" Ia berpikir begitu. Tapi....

Smack!!

"Ahh!!" Dia langsung bangun duduk memegang pipinya yang menjadi memar merah. Rupanya Neko menampar pipinya, bukan memberikan sesuatu seperti yang di pikirkan, dia malah menggunakan tamparan keras untuk Kikiyo.

"Ahh!! Kau benar benar sangat kejam.... Begitukah cara mu membangunkan orang yang pingsan" Kikiyo menatap memelas.

"Ha... Memang itu satu satunya cara membangunkan orang yang pura pura pingsan" Kata Neko, seketika Kikiyo terpaku karena Neko mengatakan itu, jadi dari awal, Neko sudah tahu bahwa Kikiyo hanya pura pura pingsan.

". . . Jadi.... Kamu tidak mengira aku pingsan.... Darah ini, kamu tidak mengira aku terluka atau apa gitu?" Kikiyo menunjukan bajunya yang terkena darah.

"Itu hanya darah buatan yang kau pakai, mengharapkan aku melakukan sesuatu seperti apa yang kau pikirkan, kau pikir aku tidak tahu kedok mu" Neko menatap tajam membuat Kikiyo terdiam kaku, lalu menghela napas panjang.

"(Baiklah, aku pasrah.... Sepertinya dia memang sudah terbiasa mengurusi rencana yang tidak matang seperti ku...)"

"Jadi, bisa kau langsung saja kenapa aku harus di sini?" Tatap Neko.

"Hei, kenapa harus pada intinya, kenapa tidak basa basi dulu saja" Kikiyo menatap, tapi Neko melirik tajam membuat nya terpaku.

"Intinya saja" Tatap Neko.

". . . (Sebaiknya aku beritahu saja langsung... Padahal aku ingin basa basi mengobrol dengan nya..) Oh soal itu, lihat ini" Kikiyo memegang tangan Neko dan berjalan ke meja yang penuh dengan alat alat maupun benda benda cairan percobaan kimia.

"Maaf, jangan hiraukan itu.... Yang ini yang harus dilihat" Kikiyo menunjuk satu kotak kecil berisi cairan berwarna hitam.

". . . Apa itu racun?" Neko terdiam bingung.

"Ah, ya, itu benar sekali sayang, kau memang lebih pandai dari aku... Ini.. Sebenarnya, ini adalah darah mu"

". . . Bukankah kau bilang bahwa darah ku berwarna sangat merah?"

"Darah mu memang berwarna sangat merah, itu karena suatu zat kelamin yang terlalu berlebihan, darah merah itulah yang membuat mata milik mu merah, darah merah juga memakan cairan maupun air yang ada di dalam tubuh mu, jadi, jikapun kau menangis, memuntahkan sesuatu dari dalam mulut, itu mungkin akan bercampur dengan darah karena darah memakan semua yang masuk ke dalam tubuh mu, jangan khawatir... Kemungkinan bahaya dalam tubuh mu hanyalah 20 persen, karena 80 persen dari darah merah adalah sebuah penawar, dengan kata lain, gen merah memiliki antibiotik yang sangat langka... Hanya sekitar 2 orang yang memilikinya di dunia ini, tercatat di... 20 tahun yang lalu" Kata Kikiyo.

"Sejak kapan sejarah itu muncul?"

". . . Sejak sebuah buku ditemukan, buku yang di tulis oleh gen merah sendiri, buku itu dulu sudah di baca oleh para peneliti tapi mereka sengaja menyembunyikan nya dan kau menemukan nya, dengan anehh nya kau membakar buku itu... Padahal dari yang aku tahu dan banyak nya informasi aku dapatkan soal ini, yang menulis nya adalah ayah mu" Kata Kikiyo membuat Neko terdiam.

"Jadi, sebelum aku, ada yang sudah membaca buku itu duluan?" Neko menatap.

"Tidak, mereka tidak bisa membacanya, aku mendapatkan kalimat bahwa buku itu terkunci dan kunci dari buku itu adalah darah dari gen mata merah sendiri... Mereka mengetahui itu dari sinopsis yang tertulis dalam buku bagian cover nya, karena buku itu terkunci, mereka menyembunyikan nya di sana, tapi aku tidak tahu juga, karena sebagian pendapat yang menyembunyikan buku itu adalah Gen mata merah sendiri yang tak lain adalah penulis nya..." Kata Kikiyo.

"(Yeah.... Aku sudah tahu itu... Yang menulisnya memang dia tapi aku tak akan pernah memanggilnya begitu...) Jadi...." Neko memasang wajah tak peduli.

". . . (Dia benar benar sudah tertekan....) Aku memberikan darah mu campuran dari darah orang lain, dan jadinya seperti itu... Sebuah racun... Jika dalam sebuah kehidupan, kau meminum darah manusia tidak dari aliran darah, itu hanya akan menjadi racun untuk mu... Jadi mungkin lebih baik, minum dari leher langsung, tapi ada banyak yang mencegah nya karena aku sudah mempelajari ini dari dulu, yakni pil darah..." Kata Kikiyo.

Tapi Neko terdiam dan menghela napas panjang. "Baiklah, aku mengerti...." Dia berdiri.

"Apa tunggu, dengarkan aku dulu..." Kikiyo menahan tangan Neko. "Jika aku katakan bahwa ayah mu masih ada, apa yang akan kau lakukan?"

". . . Meskipun dia hidup 100 tahun pun, aku tak akan pernah menganggap nya apa apa..." Neko membalas lalu berjalan pergi membuat Kikiyo terdiam.

Dia benar benar terdiam melihat Neko berjalan keluar, lalu menoleh ke kotak darah itu. "(Kenapa sangat sulit untuk memberi tahu fakta bahwa ini semua penting untuk nya, dia memang di bilang haus akan pengetahuan, tapi... Soal hal ini, dia benar benar menghindari nya, dia memang akan dan selalu tahu asal usul semua orang, tapi tidak dengan dirinya sendiri... Dia tahu dimana orang lahir tapi tidak dengan dirinya sendiri... Sampai kapan kau akan memasang hal seperti ini untuk tubuh tertekan mu, kau seharusnya tahu, tidak hanya aku yang mencemaskan mu, tapi juga banyak orang yang mengenal mu... Kau istimewa dimata para obsesi karena kau berbeda dari yang lain.... Seseorang yang sudah lama terlahir menjadi penjahat dan butuh pahlawan untuk mengulurkan tangan padanya yang sedang duduk di bawah tetesan darah...)"

--

"(Benar benar membosankan)" Neko memasang wajah datar sambil berjalan keluar dari klinik besar itu. Tapi siapa sangka ia melihat seseorang yang ia kenal, yakni Matthew yang berbicara pada seseorang pria membuat Neko terdiam menatap itu dari jauh.

Ia melihat pria itu melambai dan berjalan pergi di akhiri Matthew agak membungkuk sedikit. Lalu menurunkan senyum nya dan melihat ke sekitar sambil menghela napas lega.

Tapi dia merubah wajahnya, menjadi terkejut ketika melihat Neko memandang nya dari jauh.

"(Neko...)" Ia berwajah tak percaya bisa bertemu dengan Neko.

". . . (Ha... Kenapa dunia ini begitu sempit sekali... Apa ada hal yang bisa membuat ku tidak bertemu dengan nya selama berlama lama... Kenapa ini begitu buruk sekali jika takdir terus mempermainkan pertemuan ini, padahal aku sudah berusaha menghindar dengan cara yang tenang tapi ini semua sia sia... Takdir bilang, dia bukan lah orang yang dipilihkan, kenapa takdir malah mempertemukan ku di dunia yang sempit...)" Neko terdiam, dia lalu berbalik badan membuat Matthew terkejut, dia langsung melangkah besar.

"(Yang harus aku lakukan hanyalah menghindar tanpa hal yang di sebut tenang)" Pikir Neko sekali lagi hingga ia juga melangkah cepat, dia berlari pergi nembuat Matthew tak percaya melihat, bahwa dia di tinggalkan Neko secara sengaja tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Neko!! (Kenapa kau berlari pergi meninggalkan ku...) Neko, aku mohon, berhentilah!" Dia masih mengejar Neko.

Sementara Neko berlari sangat panik. "Sialan... Berhentilah berlari kau kaki panjang!!" Neko kesal karena Matthew sudah mengejar tepat di belakang nya.

Hingga ia menangkap lengan Neko membuat Neko tertarik berhenti, seketika dia tertarik dan Matthew memeluk nya tapi mereka jatuh, Neko ada di bawah dan Matthew memeluk nya di atasnya. Mereka jatuh di antara pejalan kaki yang melihat mereka.

"Sialan... Kau benar benar sialan! Lepaskan aku!!" Neko mendorong dorong wajah Matthew yang tak mau lepas.

"Neko, jelaskan padaku, kenapa kau berlari menghindari ku" Matthew menatap. Dia benar benar memasang wajah yang sangat sedih itu.

"Ck, kau harus pergi dari ku, aku sudah bilang padaku, aku membenci mu, pergilah dari ku, meskipun takdir berubah sekalipun, aku tak akan mau!! Aku lebih baik punya pria yang lebih buruk dari pada kau!!" Neko benar benar kesal sambil menendang wajah Matthew. Tapi Neko masih tetap bersikeras. "Neko.... Kenapa kau begitu, bagaimana janji mu untuk menyingkirkan Suzune.."

". . . Kau bertemu dengan siapa tadi, bukankah kau bisa saja bertemu dengan nya..."

". . . Pria tadi hanya klien museum.... Dan aku ingin mempersalahkan ini" Tatap Matthew, dia benar benar tak membiarkan Neko menolak nya.

"Tetap saja.... Aku tak akan mau bersama mu, jika perlu bunuh saja aku agar aku tidak lelah menghindari mu" Kata Neko, dia berdiri dan berjalan pergi. Kalimat nya tadi membuat Matthew benar benar terdiam. "(. . . Jadi kah memang menginginkan ku untuk membunuh mu...)"