webnovel

Chapter 110 (Caged The Beast)

"Mhp.... Mp...." Tampak Direktur Geun tak bisa memberontak dari kursi ikatnya, dia di ikat tali dan Kim berdiri menghadapnya dengan tatapan datar menyilang tangan.

Di sekitar tempat itu, pengawal yang telah kalah masih terbaring tak berdaya di sana dan Kim yang melakukan nya, bahkan masih di tempat yang sama.

"Hoaammm!!" Kim menguap se enak nya lalu melihat sekitar. "Apakah hanya ini? Ini tidak lebih dari cecunguk kecil" Dia berlutut mengusap lantai dan duduk di bawah masih menatap Tuan Geun yang mencoba memberontak.

"Wah, wah... Sepertinya aku memang harus melepaskan ini" Kim berdiri lagi dan berjalan mendekat, dia langsung mencabut isolai di bibir Tuan Geun.

Seketika dia langsung berteriak. "Kau sialan!!"

Tapi mendadak Kim langsung menarik kerah Tuan Geun membuat nya terkejut. "Cepat katakan sekali lagi huh! Ngomong apa kau!!" Kim menatap tajam membuat Tuan Geun gemetar dan menggeleng panik, lalu Kim melepasnya dengan kesal.

"Berteriak seperti itu lagi, kau akan mati di sini..." Kata Kim, lalu ponselnya berbunyi, dia berjalan agak jauh membelakangi Direktur Geun dan melihat ponselnya yang bertuliskan nomor saja membuat nya bingung, lalu ia mengangkat nya.

"Halo? Kau menghubungi orang yang salah" Dia langsung mengatakan itu tapi ada suara.

"Senior Kim, ini aku..." Suara itu tampak polos.

Kim terdiam sebentar dan seketika memasang wajah baru ingat. "Ah, Yohan!! Sudah lama tidak mendengar suara mu, gimana kabar mu Man.... Kau baik baik saja kan?" Kim sepertinya menghubungi kenalan nya.

Ia bahkan mengobrol sangat lama, hanya tertawa dan mengobrol basa basi membuat Direktur Geun menatap bosan.

"Hei.... Apa yang kau lakukan di sana? Sebenarnya apa yang terjadi di sini" Dia menatap kesal.

Lalu Kim meliriknya, sambil melirik, dia mengatakan sesuatu di ponsel. "Aku hubungi nanti lagi" Ia menutup panggilan dan berjalan mendekat ke Direktur Geun yang merasakan aura kebencian pada Kim membuat nya sendiri benar benar gemetar.

"Hei, dengar ini Direktur, aku sedang menunggu dua pengawal Nona Akai yang lain agar aku bisa pergi mencari Direktur Hao, karena mereka di sini harus mengawasi mu" Kata Kim.

". . . Direktur Hao? Mau apa kau padanya?"

"Asal kau tahu, dia berhutang sangat banyak pada Nona Akai, pastinya ini akan cepat selesai masalahnya jika Nona Akai menjalankan rencana sesuai dengan kematangan sempurna, jadi kau hanya harus diam dan patuh saja, lagipula ini bukan kerugian untuk mu, Nona Akai juga tak akan mengambil bisnis mu, dia hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi hak dan tanggung jawab nya" Tatap Kim membuat Direktur terdiam.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki datang membuat mereka menoleh.

"Tuan Tuan, mohon bantuan nya" Kata Kim, rupanya dia menatap Hyun dan Jun yang datang.

"Bos sudah menunggu" Kata Jun.

"Tentu, aku akan ke sana, jangan di tanggapi jika orang itu bicara" Kata Kim lalu dia berjalan pergi.

"Hei!! Kau mau kemana! Hei!!" Direktur menatap kesal, tapi ia terkejut ketika di kelilingi mata Hyun dan Jun yang waspada menatapnya.

--

"Nona Akai, mari, aku akan mengantar" Kim menunjuk mobil hitam di depan Neko yang berdiri. Lalu Neko berjalan masuk ke mobil. Mereka akan ke suatu tempat yang di sebut sebagai tempat persembunyian Direktur Hao. Waktu penagihan sudah tiba, siap atau tidak, termasuk waktu yang ditakdirkan.

Hingga ketika sampai pada tempatnya, mobil itu berhenti di depan hutan gelap. Neko terdiam bingung melihat itu.

"Baiklah, um... Nona Akai, sebelumnya maafkan aku, mobil nya tak akan bisa masuk, jadi mari jalan kaki" Kata Kim, dia mengambil senter terang.

Neko masih terdiam hingga ia keluar dari mobil. Tapi ia hampir menginjak sesuatu yakni lubang kecil membuat nya hampir akan jatuh, tapi Kim menahan tangan nya dan menarik nya berdiri. "Anda baik baik saja" Kim menatap.

"Yeah, aku baik baik saja" Neko melepas tangan Kim.

". . . Nona Akai, aku bisa membawa mu jika anda tidak suka berjalan, karena jalan di depan itu berbahaya seperti tadi" Tatap Kim.

"Aku baik baik saja, cepat jalan dan jelaskan kenapa kita di sini?" Neko menatap.

"Ah, anda ingat aku memberikan banyak dokumen satelit dimana tempat itu pernah di tinggali Direktur Hao untuk lari dari anda, tapi ketika aku kehilangan dia, aku mencoba mencari di sini, dan yang benar saja, dia benar benar memilih tempat tanpa terdeteksi" Kata Kim.

Setelah itu mereka keluar dari hutan di sisi lain, di sana ada villa besar membuat Neko terdiam.

"Villa di tengah hutan?" Ia masih bingung.

"Yeah, nama nya juga Direktur, mari Nona Akai" Kim memegang tangan Neko dan mengajak nya masuk ke dalam villa itu.

Sebelum mereka masuk, Kim memberitahu sesuatu. "Nona Akai, aku ingin memperjelas keadaan Direktur Hao, di dalam villa ini ada keluarga nya, istri maupun putrinya yang masih berumur 18 tahun, mereka bertiga ada di sini, apakah kita langsung menyergapnya?" Kim menatap.

"Yeah, lakukan saja" Neko membalas.

Sementara itu, di dalam Direktur Hao sedang menatap CCTV villa nya. "(Kenapa aku merasa ada orang di luar? Apa itu bahaya...)" Dia fokus menatap komputer itu, tapi mendadak, dia terkejut karena salah satu CCTV di luar memperlihatkan bahwa CCTV telah rusak sehingga tak bisa merekam apapun di susul teriakan wanita.

"Hah...." Ia terkejut berpikir istri dan putrinya dalam bahaya. Ia segera berlari keluar dari ruangan itu.

Tapi siapa sangka, di hadapan nya, ketika sudah keluar dari ruangan itu, Neko berdiri menghalangi jalan nya dengan tatapan datar.

"Direktur Hao" Tatap Neko.

Seketika direktur gemetar, dia tak bisa bergerak dan langsung berlutut, menempelkan kedua tangan nya dan memohon. "Nona Neko.... Aku mohon... Aku mohon..."

Neko terdiam masih dengan tatapan datar lalu dia menatap ke bawah tangga membuat Direktur juga ikut menoleh, dia terkejut karena istri nya dan putrinya di tahan Kim di sofa, mereka sudah terikat di sana dengan isolasi menutupi bibir mereka.

"Aku mohon lepaskan mereka" Dia berteriak dari tangga pada Kim. Tapi Kim mengeluarkan sesuatu dari kedua sakunya di terima oleh kedua tangan nya dan menariknya keluar, itu adalah dua belati hitam di kedua tangan nya siap mengarahkan nya di kepala istri dan putrinya.

"Direktur Hao, dia tidak akan melakukan nya kecuali jika kau hanya mengarahkan pandangan mu padaku" Tatap Neko.

"Nona Neko, aku mohon" Dia tampak seperti pengecut di depan Neko dan memohon tanpa memikirkan harga dirinya.

"Istri dan putri mu itu sangat cantik yah, mereka cocok mengisi pekerjaan di bar ku" Kata Neko.

"Apa?! Tidak!! Jangan lakukan itu, aku... Aku akan memberikan uang nya.... Aku akan melakukan nya sekarang..." Direktur menatap.

"Aku beri kau waktu 10 detik, serahkan secara bersih" Neko menatap tajam. Lalu Direktur mengangguk cepat dan langsung berlari pergi ke ruangan nya.

Neko terdiam, dia lalu berjalan turun melalui tangga dan menatap Kim yang menatap serius padanya.

Lalu Direktur Hao berlari buru buru mendekat pada mereka ke sana. Dia memberikan tas ransel kotak besar, dia langsung berlutut mendorong tas itu pada Neko yang menatap nya.

"Totalnya sesuai yang di inginkan.... Jika kurang, beri aku waktu karena aku sudah menjual apa yang aku bisa... Aku sudah tak punya apa apa... Selain vila ini dan mereka" Direktur menatap istri dan putrinya yang tak berdaya.

"Ini cukup, sekarang ikutlah dengan ku" Tatap Neko.

"Apa?! Tapi.... Tapi..."

"Ikut saja dengan ku, kita ke tempat dimana kau hertemu kembaran mu" Kata Neko.

"Tapi putri dan istri ku"

"Jangan khawatir, aku akan melepas mereka, duluan saja, aku akan menyusul kalian di mobil" Kata Kim dengan ramah.

Direktur Hao terdiam dan dia berjalan mengikuti Neko.

Ketika mereka sudah pergi. Kim menatap kedua perempuan itu. "Hei, maaf ya" Tatap Kim pada mereka yang mulai mengalirkan air mata tanpa bicara apapun karena isolasi itu.

"Sebelumnya kalian sudah dengar perintah atasan ku tadi, aku di minta membunuh kalian di sini setelah dia membawa wali kalian... Sekarang, katakan permintaan maupun perkataan terakhir kalian pada nya..." Kim membuka isolasi mereka dan membuka rekaman ponselnya, meletakan nya di paha istri Direktur Hao yang terdiam menangis. Layaknya mereka tahu ajal mereka sekarang dan pasrah dengan menangis.

"Ayah.... Jaga diri ayah baik baik saja, Kami sudah baik baik saja di sini, terima kasih sudah bekerja keras untuk ku dan ibu, kami tidak akan pernah meninggalkan ayah sampai kapan pun" Kata putrinya.

Ibunya masih menangis dan menghirup napas mengatakan pesan nya. ". . . Suamiku.... Tetap lah menjaga harga diri mu.... Aku tak akan malu jika kau di paksa begitu, jangan khawatir... Kami tak akan meminta apapun lagi padamu"

Kim yang mendengar itu hanya bisa terdiam, dia lalu menutup rekaman nya dan menyimpan kembali ponselnya.

Dia mengeluarkan dua belati tadi di kedua tangan nya. Kedua perempuan itu masih mengalirkan air mata dan menutup kedua mata mereka. Seketika darah mengalir dari tubuh mereka dan Kim melemparkan kedua belati penuh darah itu, dia benar benar cepat membunuh lalu mengambil tas penuh uang tadi dan berjalan pergi dari sana.

Setelah itu, langsung di tempat dimana Direktur Geun menunggu bersama Jun dan Hyun. Mereka menoleh ketika sudah datang Kim membawa direktur Hao yang di dorong nya.

Direktur Hao terkejut melihat sekitar apalagi melihat Direktur Geun di sana.

Lalu Jun mengangkat kursi di samping Direktur Geun. "Direktur Hao, mohon  patuh dan duduk di sini" Tatap Jun lalu Direktur Hao dengan ketakutan, duduk di sana. Seketika Kim mengikat nya.

"Hehe, Direktur hao, kau benar benar patuh ya, tidak seperti nya" Kim melirik Direktur Geun yang terkejut. "Sialan--

Dia akan berteriak tapi terdiam gemetar karena Kim sudah menodongkan belati padanya bermaksud diam.