webnovel

Chapter 105 (Caged The Beast)

"Pei Lei, temui aku di ruangan merokok" Kata Xun yang memanggilnya dari agak jauh ke meja Pei Lei.

Pei Lei terdiam bingung dan berjalan ke sana.

Ketika sudah sampai di sana, dia masuk ke ruangan itu, tapi mendadak Xun menarik kerah nya membuat nya tertarik dan terpojok di dinding dengan tertekan di bagian kerah.

"Kau sialan Pei Lei... Kau memberitahu ku untuk mengerjakan proposal sendiri itu tanpa bantuan siapapun!! Tapi kenapa kau sendiri melakukan nya dengan Luna!" Teriaknya dengan kesal.

"Apa maksud mu" Pei Lei menjadi tidak mengerti.

"Proposal itu, kita bertiga yang mengerjakan nya, Roiyan, aku dan kau, kenapa kau tidak memberitahu ku bahwa proposal itu bisa di bantu oleh Luna! Kau benar benar curang!" Xun menatap sangat marah.

"Apa?!! Tapi di sini sudah jelas apa yang harus nya terjadi!! Kau jelas tidak mendengarkan ku!! Apa kau ingat bagaimana cara mu tidak mendengarkan ku?!" Pei Lei ikut berteruak.

Lalu Xun terdiam mengingat. Itu saat ketika Pei Lei datang di meja Xun. "Senior Xun, kau mau membuat proposal? Tuan Belum meminta yang mau saja"

"Boleh saja..."

"Proposal nya di garap sendiri tanpa bantuan karyawan lain"

"Yah aku tahu itu, proposal di garap sendiri, dari dulu juga aku mengerjakan proposal pertama kali aku mengerjakan nya sendiri, dan proposal ku yang di terima..."

"Tapi, kita boleh meminta bantuan pad--

"Yah aku sudah tahu itu, sudahlah, aku yang akan memenangkan proposal nya..." Balas Xun, begitulah dia menolak mendengarkan Pei Lei.

Sekarang dia hanya bisa terdiam tapi ia tetap ingin memojok Pei Lei. "Bodo amat, tetap saja itu curang!! Karena kau bekerja sama dengan Luna, kalian berdua naik ke pangkat berikutnya dan proposal kalian benar benar terpilih, itu tetap tidak adil, yang seharusnya menang itu aku!!" Teriak Xun. Tapi Pei Lei mendorong Xun untuk berhenti.

"Ini semua sudah jelas benar kan?! Ini bukan salah ku kenapa masih tetap menyalahkan ku?! Apa aku harus salah dimata mu agar kau bisa menemukan kesalahan nya dengan jelas?!" Pei Lei menatap tajam.

"Kau!! Berani melawan ku!"

"Apa?! Jika aku berani melawan mu pun, aku juga yang akan menang di sini, ajak lah aku bertengkar dan lihat siapa yang menang" Tatap Pei Lei tanpa rasa takut membuat Xun benar benar kesal.

Tapi di sana itu juga, ada yang membuka pintu membuat mereka menoleh, rupanya Roiyan.

"Xun, kau mencoba membuat keriburan di sini?! Aku hanya mengatakan informasi saja padamu, kenapa kau sampai mebindas karyawan kecil?!" Tatap Roiyan dengan serius.

"Ini adalah sebuah masalah, jelas masalah, dan kau tak bisa ikut campur masalah kami, ini antara aku dan Pei Lei" Xun menantang karena dia benar benar masih kesal.

"Apa maksud mu, aku sudah menjelaskan nya secara detail bahwa ini bukan kesalahan ku, ini semua salah mu karena tidak mendengarkan ku sampai akhir" Pei Lei juga melemparkan kalimat ribut.

"Aku sudah bilang biarkan masalah ini berlalu!!" Teriak Roiyan langsung. "Apa kalian ingin membuat keribuatn di sini? Cepat kembali bekerja" Tatapnya dengan tegas membuat suasana diam.

Hal itu membuat Xun kesal. "Cih..." Dia langsung pergi duluan melewati Roiyan tapi Pei Lei terdiam di tempat.

"Pei Lei..." Roiyan menatap membuat Pei Lei menoleh.

"Selamat... Kau mengisi posisi ku, langsung" Kata Roiyan seketika Pei Lei terkejut. Meskipun Roiyan mengatakan itu, dia menggunakan wajah yang begitu datar.

"Apa maksud mu senior?" Pei Lei menatap tak percaya.

". . . Intinya.... Kau mengisi posisi ku atas izin dari Tuan Beum, itu karena kau di pandang sebagai karyawan yang paling bekerja keras, proposal mu di terima itu sudah sangat jelas... Itu juga kebetulan posisi ku kosong karena aku akan kembali ke ayah ku, ke seoul..." Kata Roiyan membuat Pei Lei terdiam tak percaya.

Tak lama kemudian, terlihat dia berjalan buru buru di kantor Neko, dia langsung membukanya. "Luna!"

Tapi siapa sangka, Neko tak ada. "Eh... Kemana?" Dia bingung, lalu terdiam. "(Mungkin nanti saja aku memberitahukan padanya)" Ia kembali menutup pintu dan memutuskan untuk memberitahu Neko nanti.

Tapi sementata itu, di balkon gedung atas departemen itu, cahaya matahari tidak terlihat karena tertutup awan membuat suasana agak sejuk dengan angin yang bertiup. Di sana ada Neko, dia menatap pemandangan tinggi itu sambil mengemut permen nya. Dia melihat sekitar dan menatap ponselnya yang bertuliskan pesan kontak dari Roiyan.

== Setelah ini bisa aku bertemu dengan mu di balkon, aku ingin bicara sesuatu ==

Dan begitulah kenapa Neko bsia ada di balkon. Lalu kemudian, ada suara memanggil. "Kau sudah ada di sini"

Neko terdiam dan menoleh perlahan dengan tatapan dingin, rupanya memang Roiyan.

Dia datang dan berdiri di samping Neko dengan sedikit jarak, dia tak menatap Neko dan menatap di depan lalu menghembus napas panjang.

"Sebelumnya, terima kasih sudah kemari, kupikir kau tidak akan kemari.... Aku ingin mengatakan sesuatu... Maafkan aku telah membuat mu seperti ini, maafkan aku juga telah membuat mu berpikir bahwa aku ini aneh, sangat aneh... Aku dulu memang aneh bahkan karena sebuah hal yang di sebut cinta, sikap ku berubah sangat drastis untuk orang yang aku sukai, termasuk ketika aku bertemu dengan mu... Aku ingin mengatakan bahwa aku memiliki tunangan yang harus aku nikahi, dia telah menemani ku dengan setia di sini, dan aku ingin bilang, aku suka padamu sejak aku menganggap mu sebagai kakak ku yang sudah lama sekali ingin aku cari, aku suka kau karena kau mirip dengan nya" Kata Roiyan. Jadi masalah itu masih tetap ada.

Tapi Neko terdiam. "(Aku sudah menyangka bahwa dia akan mengatakan dan mengakui semua itu, dia dari awal menganggap ku Amai, padahal aku memang Amai... Sepertinya penyamaran ku sebentar lagi akan terbuka kecuali Beum tidak atau belum mengetahui nya, semoga saja dia belum mengatakan soal penyamaran ku ini pada Beum setelah aku mengaku di saat ini)"

Roiyan ikut terdiam. "Aku tahu kau akan diam saja..." Tatap nya membuat Neko menjawab.

". . . Kau suka padaku dan kau menganggapku orang yang kau sukai dulu, lalu jika perasaan itu sama, kenapa kenyataan harus berbeda, tak perlu menganggap ku orang lain jika memang kau yakin aku adalah kakak mu" Kata Neko membuat Roiyan terdiam kaku.

"Apa maksud mu?"

". . . Aku sebenarnya orang yang menyamar, informasi kematian itu palsu, jika saat nya tiba, aku bisa menunjukan dan mengatakan bahwa aku Amai Akai, bukan Luna" Kata Neko, dia lalu memegang mata miliknya sendiri dan melepas sesuatu, kemudian menatap Roiyan, tak di sangka sangka dia menatap dengan mata merah nya katena tadi dia melepas kontak lensa nya di depan Roiyan.

Hal itu membuat Roiyan terdiam kaku melihat itu. "Tidak mungkin... Kau.... Kau..." Dia langsung mundur gemetar, dan tiba tiba berlutut sangat keras membuat Neko terdiam dan mendekat.

"Tak perlu memaksakan diri untuk mengetahui semuanya, dari awal firasat mu sudah benar bahwa aku adalah kakak mu yang paling aneh, bukan kakak, kita bahkan tak ada aliran darah yang benar, dari dulu aku memang membenci mu karena kau membuat ku terusir dari keluarga Ezekiel, meskipun tak ada hubungan darah di keluarga Ezekiel..." Kata Neko masih dengan tatapan datar.

"Ba... Bagaimana kau bisa memperlakukan ini padaku, kenapa ku baru bilang sekarang, kenapa baru bilang ketika aku akan pergi seperti ini??!!" Roiyan berdiri dan berteriak dengan histeris.

"Aku mengatakan ini juga demi tunangan mu"

"Apa, apa maksud mu itu?"

"Aku yakin karena aku dulu, kau masih memiliki rasa yang tak bisa di hilangkan, kau seharusnya bisa menghilangkan rasa itu dengan suka pada tunangan mu, kau benar benar lelaki yang buruk, apa kau tahu dia benar benar sangat tertekan karena kau tidak pernah peduli padanya, berhenti menganggap nya tidak ada dan katakan padanya mari menikah" Kata Neko.

Roiyan terdiam. "(Benar sekali..... Seharusnya aku lebih peduli padanya, hanya karena aku tergila gila oleh obsesi ku pada nya....)" Dia menatap Neko yang masih terdiam, dia memasang kontak lensa itu.

Lalu Roiyan menundukan wajah. "Baiklah... Aku benar benar begitu bodoh dan aku mengakui kesalahan ku.... Aku akan meminta maaf padanya... Dan aku ingin mengucapkan selamat tinggal, aku akan berangkat dua hari lagi karena besok aku menyerahkan posisi ku pada Pei Lei" Kata Roiyan.

Lalu Neko mengangguk. "Sebaiknya jaga perasaan mu menjadi utuh padanya..."

Tapi Roiyan tiba tiba memegang tangan Neko dan mengangkatnya mencium nya. "Sebelumnya, aku minta maaf.... Aku benar benar minta maaf padamu, telah membuat mu terusir... Aku tak pernah tahu akan hal itu, aku berjanji, melakukan sesuatu hingga kau tak akan mengatakan ku lelaki buruk" Kata Roiyan membuat Neko terdiam dan kembali mengangguk kecil.

"Luna" Panggil Pei Lei masuk ke kantor Neko yang duduk di kurainya.

"Luna, kamu tadi dimana saja? Aku mencarimu kemana mana" Tatapnya sambil berjalan mendekat dan berdiri di hadapan nya.

"Ada apa? Aku tadi hanya bertemu seseorang saja, apa yang ingin kamu katakan?" Neko menatap.

"Ah, proposal kita di terima, dan kamu apa yang paling baik, aku akan mengisi posisi senior Roiyan, Direktur sementara sebagai pengawasan...." Pei Lei menatap dengan senang.

Lalu Neko tersenyum kecil. "Itu bagus, sekarang usaha mu itu bisa terbayarkan bukan" Neko menatap.

"Ya, aku benar benar sangat senang.. Aku juga berterima kasih padamu Luna... Kau benar benar membantu ku"

Neko terdiam, dia lalu berdiri dan berjalan mendekat. "Tak perlu mengucapkan terima kasih, aku saja tidak melakukan apapun di depan mu, justru kau terlalu banyak berusaha dan ini adalah hasil nya, kau tak perlu di injak injak lagi, kau tak perlu lembur setiap hari lagi dan menikmati gaji yang lebih tinggi dari posisi mu" Kata Neko.

Pei Lei tersenyum senang dan mengangguk.