webnovel

Chapter 10 (My Model)

Sementara itu Neko berada di ruangan kantor yang ada di gedung tinggi. Ia duduk di kursi putarnya sambil membaca sebuah buku kecil.

Itu adalah waktu luang yang ia isi. Ketika tak ada pekerjaan, ia akan membaca buku nya, tapi saat ini dia merasakan sesuatu dalam tubuh nya.

"(Ini muncul lagi, rasa ingin meminum darah yang tinggi)" Pikirnya dengan tidak enak lalu ia membuka sebuah kotak besi kecil. Ia berhenti dan melihat bahwa kotak itu kosong.

"[Dimana obatku,.. Jangan jangan habis..]"

"Boss..." Terdengar Jun membuka pintu. "Ketua sindikat ingin menemui anda nanti"

". ... Aku merasa sakit" Neko memegang kepalanya menyangganya di meja.

"Apa anda lupa anda punya insomnia juga"

"Ini bukan ide besar yang bagus, aku tidak menyukai ini..."

"Saya mengerti, anda harus ke klinik lagi"

"Huh, ke klinik... [Bertemu dokter aneh itu] Ha... Aku merasa terbebani saja" Neko berdiri dan berjalan melewatinya.

"[Boss sama sekali tidak minum darah kemarin, apa dia benar benar baik baik saja]" Jun menatapnya pergi.

Neko masuk ke ruangan presentasi dan mempresentasikan museum yang telah dibangun kepada para pembisnis termasuk ketua sindikat yang mengamatinya.

Setelah selesai, semua orang berjalan keluar kecuali ketua dan Neko.

"Aku sulit bertemu dengan Kin, apa yang telah kau lakukan padanya?" Dia berdiri.

"Aku hanya sedikit memajang darahnya saja" Neko membalas dengan tatapan biasa. Seketika ketua memegang kerah kiri baju Neko dengan tangan kanannya. Ketua melihat banyak bekas cupang yang tebal.

"Kau begitu aneh, jika kau mencoba menghianati aku, aku tidak akan pernah melepaskanmu dari jerat hukuman, ingat ini... Kau tak lain adalah gadis dengan kutukan yang selalu sama" Ketua melepas tangannya lalu berjalan keluar dan pergi.

"( ... Dia hanya belum mengerti saja, terserah jika kau menganggap ku kutukan... Aku memang di lahirkan begitu... Memang nya manusia mana yang suka menghisap darah secara nyata kecuali kau memang di anugrahi sebuah kutukan begini)" Neko mengambil permen tusuk di sakunya bersamaan dengan Hyun dan Jun yang datang menjemputnya untuk ke klinik.

Mendadak Neko terkaku membelakangi mereka.

"Boss, semua baik baik saja?"

Tiba tiba permen itu jatuh dari tangan Neko, dia juga menjatuhkan dirinya. "[Tubuhku tak bisa kugerakkan..]"

"Boss...!!" Hyun dan Jun terkejut.

--

Terlihat Neko membuka matanya di sebuah kursi pasien, Ia sudah ada di klinik dan ada orang berpakaian Dokter datang dengan cerewet.

"Lihatlah dirimu, kau bahkan bangun sangat lama Aku sampai harus menunggumu beberapa jam, Aku sudah disini sekarang katakan padaku berapa banyak pil yang Kau makan..." Kata Dokter wanita itu.

". . . Tidak- ada" Neko membalasnya dengan wajah tidak peduli.

"Apa... Apa maksudmu bodoh, Kau membutuhkan pil itu untuk puasa darah, Kau bilang ingin menghilangkan kebiasaan minum itu kan"

"Percuma saja, obatmu sangatlah tidak ada apa apanya, darahku sendiri yang lebih menjadi obat"

"Haizz... Ini adalah sebuah hal yang langka, kau terlahir dalam keadaan begini dan suatu tetesan telah di berikan padamu membuat mu hanya bisa seperti lintah yang memakan darah dan hewan buas yang memakan daging"

". . . Inti dari ini semua adalah aku hidup untuk mencari tahu bahwa ini adalah kutukan atau anugrah, aku tak pernah meminta untuk bisa makan darah dengan enak"

"Kau mungkin tidak meminta, tapi pastinya kutukan ini adalah sebuah pemberian untuk mu yang terlalu egois dan tak mau lepas dari menikmati melihat nya mati manusia, berbagai pembunuhan telah kau lakukan dan ini adalah balasan nya"

"Cih, sebaiknya jangan bahas itu" Neko membuang wajah. Seperti nya akan ada sesuatu hal menarik yang berkaitan erat dengan mengatakan Neko bisa suka pada Darah manusia dan ia harus memakan nya sebagai pelengkap makanan kebutuhan.

"Baiklah aku tak akan membahas nya, karena sakit mu tambah parah.... Dan bagaimana dengan tidurmu?"

". . . Ti, dur..?---" Neko menatap pucat.

"Jadi kau kurang tidur, Aku sudah berikan beberapa pill untukmu, jangan sampai Kau tidak meminumnya" Tambah dokter wanita itu, di dada pin nya tertulis nama Kikiyo, dia bernama Kikiyo yang menatap penuh kesal lalu menyiapkan suntikan dan menyuntik Neko dilipatan siku nya.

Tapi Neko terkejut saat telapak tangan satunya terasa basah, Ia mengangkatnya dan rupanya ada anjing menjilati tangannya. Anjing itu bersikap lucu padanya.

Kikiyo menatap Neko yang memasang wajah aneh pada anjing itu.

"Hahah, bukankah dia lucu, kau ingat bayi anjing itu, dia sudah jadi sebesar ini" Kikiyo mengelus anjing itu.

Neko tak peduli, dia lalu berdiri dan mengancingkan bajunya kembali lalu berjalan pergi.

"Oh jangan lupa, pesan untuk pasien, Kembalilah untuk pemeriksaan lagi satu minggu"

Neko hanya cuek dan menunjukan jari tengah padanya.

Dijalan ramai pada malam hari, Neko berpikir di dalam mobil. "[Aku tidak mengerti apa yang Dia katakan, tapi Aku agak sedikit kangen pada mata hijau itu] Hm...Putar balik mobilnya...." Kata Neko.

2 Penjaganya yang ada di depan mengangguk.

Terlihat Neko masuk ke studio Matthew. "Seseorang disini?" Ia turun dan berhenti di depan sofa, rupanya Matthew tergeletak tidur di sofa.

Neko menatapnya bingung. Lalu menendang nendang pelan sofanya. "Hei, kau tidur?"

Tapi Matthew tak menjawab apapun.

"Hoi, bangun ini jumat malam ingat. [Dia tertidur...]"

"[Huh.... Aku kemari karena ingat dirinya, Dia sama sekali tidak membuka mata]" Neko berekspresi marah.

"Kau terlihat banyak lelah, jadi selamat malam...." Tambah nya lalu berbalik dan akan pergi tapi rupanya Matthew menahan bajunya.

"Tidak, jangan pergi, aku hanya... Aku hanya.." Matthew mengatakannya dengan rintih sakit. Lalu Ia akan bangun tapi Neko menahan bangunnya.

"Kamu tidak bisa bangun, tetaplah berbaring.. (Aku tahu, dia sakit)" Neko menatap lalu Ia mencubit pipi Matthew. "Bagaimana bisa tubuh se gede ini sakit huh.." Dan akhirnya Dia memangku kepala Matthew yang masih menutup matanya.

"[Apa yang Dia kerjakan sehingga membuatnya sakit? Dia membuatku seperti ini malam ini, tapi, Aku tidak membenci lelaki sepertinya]" Neko menatapnya dengan wajah dinginnya.

Mendadak Matthew memiringkan tubuh nya dan wajahnya mendekat ke perut Neko.

"Hei... Jangan provokasi Aku, karena Aku melakukan yang terbaik untuk menahannya" Neko melirik lalu memegang bibir Matthew.

"[Melihatnya seperti ini, rasanya sangatlah aneh, Aku tidak bisa berpikir sejauh mana lagi dengannya, Dia tidak bisa sakit seperti ini. Hanya Dia yang harusnya sehat]"

--

"[Tangannnya dingin, apa yang ku pikirkan, tubuhnya selalu dingin seperti es, dia tak pernah hangat, seperti mayat hidup yang imut]" Matthew masih merasakan tangan Neko saat masih memegang wajahnya. Lalu dia terbangun dengan terkejut. "Neko..."

Tapi tak ada siapa pun hanya ada mantel hitam yang diselimutkan padanya. "[Dia tidak ada disini saat aku tidur, seharusnya Aku tidak tertidur]" Ia melihat ada obat flu disana dan kembali duduk sambil memeluk dan mencium aroma mantel itu. "[Aku merindukannya]"

-

"Bos, Bos....Bos.." Jun memanggilinya yang sedang tidur di meja kantornya. Tapi Neko tak bangun bangun.

"Bos... Anda harus laporan pada ketua, Dia sudah menunggumu, Bos.."

Slide....!

Neko terbangun dengan cepat dan berwajah terkejut. ". . . Kenapa Aku ada disini??"

Sebelumnya....

"[Kau tidak bisa sakit Matthew]" Neko menatapnya, lalu ia menggigit tangannya sendiri hingga berdarah, lalu menghisap darah itu dan mencium Matthew.

Begitulah yang terakhir kali Neko lakukan sebelum dia pergi dari tempat Matthew dan membiarkan Matthew melanjutkan istirahat nya, dia tidak memberikan obat flu pada Matthew, tapi malah menyuapi darah nya sendiri, seperti yang dia katakan sebelumnya. "Darah ku lebih bisa menjadi obat"

"Ah, benar, aku sudah ingat.." Ia menatap tangannya sendiri yang terluka bekas gigitannya.

Lalu berdiri dari kursi meja kantor nya dan berjalan pergi. Setelah dia mencium Matthew yang tertidur itu, dia pergi ke kantornya dan malah tidur di sana.

Setelah selesai menemui Ketua saat ini, Neko berjalan masuk rumah, Ia melepas mantelnya tapi Ia terkejut saat melihat Direktur Cheong didepannya. Bisa bisanya Direktur Cheong ada di dalam rumah nya menatap nya dari masuk pintu tadi.

"Selamat datang, Candy..."

"Kenapa kau ada di rumahku?"

"Rumahmu sangat bagus, jadi aku mampir kesini sebentar, semua warnanya hampir hijau ya seperti mata lelaki itu" Kata Cheong seketika Neko terkejut dan menggertak giginya menatap tajam dengan matanya.

"Apa yang kau tahu tentangnya huh..?"

"Tidak ada, Aku hanya melihatmu berpapasan dengannya, sepertinya Kalian sangat dekat"

"Aku peringatkan padamu, jangan dekati Dia..."

"Hm... Ada apa, apa Kau sedang menyukainya? Kau yang tidak pernah menyukai laki laki, suka padanya begitu saja, Aku bisa menghadiahimu mata hijau miliknya, kau hanya suka matanya bukan, aku bisa mencongkelnya untukmu"

"Diamlah.." Neko menyela. "Pergilah dari sini, sebelum aku membunuhmu" Tambahnya, lalu berjalan masuk kedalam. Cheong menjadi tersenyum licik.

Sementara itu di tempat Matthew. Dia meletakkan sebuah mantel hitam milik Neko, yang ditinggalkan semalam untuknya.

Ia menatap mantel itu begitu lama, mantel hitam yang panjang dan hanya cocok untuk Neko saja, mantel itu juga sangat pas untuk tubuh Neko, dia menatap mantel itu yang sudah dilipat rapi di meja dekat sofa dan ia duduk di sofa dengan menghela nafas panjangnya.

"(Aku tidak mengerti kenapa ini terjadi, aku hanya berpikir dia ingin memikirkanku setiap saat dan aku tak mau hanya aku sendiri yang memikirkannya, ini semua benar-benar membuatku sakit. Dari awal kita bertemu aku mungkin berpikir dia adalah orang yang bisa melakukan segalanya dengan uangnya saja, aku ingin menganggap hubungan ini adalah suatu hubungan yang dekat dan aku tentunya juga harus menunjukkan suatu benda yang dapat membuatnya sadar akan hubungan ini, karena pekerjaan konstruksiku dihentikan, manajer akan bilang bahwa aku akan dipanggil pada malam hari Jika aku memang dibutuhkan, sehingga sebagian waktu kosong untuk bekerja, dengan kata lain aku harus mencari pekerjaan lain pekerjaan sambilan yang dapat menambah uang ku nanti)"

Pikirannya dengan diam, dia benar-benar memikirkan sesuatu seperti itu, wajahnya sangat menggambarkan keputusannya dan sama sekali bukan lelaki yang tipe pergaulan tinggi.

Ia lalu menghela napas lagi lalu berdiri dan meninggalkan mantel itu di sana.