Nindi menatap heran pada putra keduanya. Sejak kemarin, sejak pulang dari rumah Cicil, putranya itu sama sekali tidak punya semangat hidup. Sering melamun juga dan sering tidak fokus pada apa yang Nindi katakan padanya.
"Bang, kamu kenapa sih? Cerita sama Bunda kalau masalahnya berat, Bang, jangan dipendam sendiri. Kamu ada masalah apa sama Cicil? Dari kemarin juga Cicil gak ke sini dan gak mau ketemu siapa pun," Nindi mengusap rambut Julio yang duduk di sampingnya.
Saat ini mereka tengah duduk di ruang makan. Nindi tadi memaksa Julio agar mau makan karena kalau tidak, putranya itu akan betah berbaring di atas kasur saja tanpa mengisi perutnya. Bahkan Julio juga melewatkan sarapan sedangkan sekarang sudah lewat juga jam makan siang.
"Gak ada, Bun," Julio mana mungkin membicarakan hal privasi seperti itu pada Nindi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com