KRINGGG... KRINGGG...
Suara jam weker berbunyi memekakkan telinga. Jam weker itu terus berbunyi dengan nyaring dengan jarum panjang yang menunjukkan jam lima pagi.
Hingga tangan Jun terulur mematikan jam weker itu yang akhirnya berhenti berbunyi dengan nyaring.
Jun menoleh ke samping kanan nya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah cantik kekasihnya dengan kedua mata yang terpejam.
Wajah itu terlihat sangat damai... benar-benar sama damai.
Jun memiringkan badan nya, kedua mata hazel itu melihat dan menatap bulu mata lentik, hidung mancung, dan terakhir bibir se-merah cherry itu.
Ia tidak pernah merasa bosan menatap betapa indah nya wanita yang ada di hadapan nya itu.
Wanita yang telah bersamanya selama tiga tahun lamanya. Yang menemaninya saat senang, sedih, maupun duka.
Yah, Hana telah menemaninya selama ini. Saat dia dalam keadaan sangat terpuruk kala itu. Yang bahkan kala itu ia sempat ingin mengakhiri hidupnya.
Perlahan tangan Jun terangkat, sedikit lagi ia akan menyentuh pipi Hana. Namun ia menghentikan tangan nya sehingga melayang di udara.
Kemudian tangan nya bergerak seolah-olah ia menyentuh pipi Hana. "Kim Hana..." gumam Jun.
"Apa kau benar-benar sudah melupakan kejadian saat itu..." gumam Jun kembali.
Jun menjauhkan tangan nya. Ia kemudian terdiam tetapi dengan sorot mata yang berbeda. Entahlah... sorot mata itu sulit untuk ku jelaskan.
Ia kemudian menyibakkan selimut yang menutupi tubuh nya, dan turun dari ranjang berukuran king size itu.
Ia keluar dari kamar itu lalu berjalan ke arah kamar mandi yang tidak jauh berada dari dapur.
Yah, ia akan mandi di pagi-pagi buta seperti ini. Tentunya kalian tidak lupa bukan, kalau hari ini ia akan pergi ke perkebunan untuk memanen apel.
Dua puluh lima menit kemudian Jun telah siap. Ia menggunakan baju lengan pendek dan celana selutut berwarna hitam.
Satu kata...
TAMPAN.
Mau se-simpel apapun pakaian yang Jun kenakan. Ia tidak akan pernah terlihat jelek, bahkan jika kalian melihat wajah Jun saat bangun tidur tadi, kalian pasti akan terpanah.
Ia saat ini berdiri di samping ranjang yang mana terdapat kekasihnya tidur di atas ranjang itu.
Jun menunduk. "Honey... honey..." panggil Jun.
Ia menepuk-nepuk tangan Hana dengan pelan. "Honey, time to wake up," ucap Jun.
Yah, inilah kebalikan dari mereka. Jun selalu bangun pagi dan tidak perlu tunggu untuk di bangunkan. Sedangkan Hana, kekasihnya itu sedikit susah untuk di bangun kan.
Contoh saja, tadi jam weker yang ada di dalam kamar itu berbunyi dengan nyaring. Tapi Hana sama sekali tidak terbangun.
Kenapa Jun selalu bangun pagi? Tentu saja ia harus bangun pagi! karena pekerjaan yang harus ia lakukan.
Tepatnya karena dirinya yang harus mengurus perkebunan miliknya itu.
Jun menghela nafas. Tangan nya kemudian menarik pipi Hana. "Honey! open your eyes honey!" ucap Jun.
Percuma... masih tidak ada tanda-tanda Hana akan membuka kedua matanya.
Jun lalu terdiam, kemudian ia menatap Hana. Tidak ada cara lain, terpaksa ia melakukan ini.
Ia menunduk menyamakan wajah nya dengan wajah Hana. Dan...
CHUP
Jun mencium bibir Hana, dengan perlahan ia melumat bibir se-merah Cherry milik Hana. Ia melumat bibir itu dengan lembut.
Menggigit nya depan pelan, dan menelusup kan lidah nya masuk ke dalam goa hangat itu. Mengabsen setiap sisi goa hangat itu.
Tanpa Jun sadari perbuatannya itu berhasil membuat Hana terusik. Ia merasakan sesuatu yang aneh.
Karena merasa terusik, Hana membuka kedua matanya dan mengedipkan matanya beberapa kali. Pandangan nya kemudian melihat ke bawah, dan saat itu juga ia membulatkan matanya.
Tangan nya langsung memegang dada Jun. "Hmmphh... J-Jun... hmmmph..." gumam Hana di tengah-tengah ciuman itu.
Ia berusaha mendorong dada Jun agar menjauh dari nya. Namun sayang... bukan nya menjauh, Jun semakin memperdalam ciuman itu.
Jun semakin melumat bibir Hana dan membelit lidah Hana yang terasa hangat itu. Sementara Hana, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima ciuman dari kekasihnya itu.
Ciuman itu pun berakhir, Jun menjauhkan bibir nya dari bibir milik Hana. Terbentang benang saliva yang menghubungkan bibir keduanya.
Jun melihat wajah Hana yang merah, dan juga tengah berusaha meraup oksigen yang berada di sekitarnya.
Jun lalu tersenyum. "Good morning honey..." ucap Jun.
"Hah... c-chagi kenapa kau mencium ku..." ucap Hana dengan terengah-engah. Tidak menghiraukan sapaan Jun.
Jun tersenyum. "Jangan salah kan diri ku. Itu karena kau yang tidak kunjung bangun honey," ucap Jun.
Yah, cara ini lah yang ia maksud. Yaitu dengan mencium Hana hingga membuat kekasihnya itu terbangun.
That's the only way that came out from his brain.
"Tapi kan ada cara lain chagi..." ucap Hana.
Ia bukan nya tidak suka dengan Jun yang menciumnya. Mana mungkin ia tidak suka ciuman dari kekasihnya.
Hanya saja ini kan masih pagi-pagi buta, tidak baik untuk kesehatan jantung nya yang sudah mendapatkan perlakuan manis yang mendadak seperti ini.
Jun mencubit dengan pelan hidung Hana. "Tidak ada cara lain honey. Hanya ini satu-satunya, kalau aku tidak mencium mu kau tidak akan bangun."
Jun mengusap rambut Hana. "Apakah kekasih ku ini seorang putri tidur hmm?" ucap Jun.
Hana cemberut mendengar perkataan kekasihnya itu. Mana mungkin ia seorang putri tidur!
"Tidak! aku bukan seorang putri tidur!" ucap Hana dengan sewot.
Jun menaikkan satu alisnya. "Kenapa? Bukan kah seorang putri tidur sangat cantik? Putri tidur juga sangat cocok untuk mu honey," ucap Jun.
Yah, itulah gelar yang akan ia berikan kepada kekasihnya itu. Seperti yang ia katakan, kekasihnya itu sangat mirip dengan putri tidur baginya.
Jun kemudian merangkul pinggang Hana dari samping. "Baiklah, kalau begitu... what kind of princess you want to be honey?" tanya Jun.
Hana terlihat berpikir. "Hmmm... i want to become Cinderella," jawab Hana.
Jun mengerutkan alisnya. "Cinderella? Dan alasan nya honey?" bingung Jun.
Hana tersenyum ia kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Jun dengan manja nya. "Kau chagi..." ucap Hana.
Jun menunduk lalu menatap Hana. Merasa bingung dengan apa yang di katakan oleh Hana. "Karena aku?" bingung Jun.
Hana mengangguk. "Iya. Karena kau pangeran yang datang kepada ku memakai kan sepatu kaca untuk ku. Dan membawa ku keluar dari keterpurukan yang ku alami," ucap Hana.
Terdengar sangat cheesy bukan? Tapi seperti itulah Jun di mata nya.
Jun bagaikan seorang pangeran yang di kirimkan untuknya dan merubah segala kesedihan serta keterpurukan yang ia alami selama ini.
For Hana... Jun is her prince of happiness.
Jun tersenyum dengan tipis mendengar ucapan Hana. "I'm not your prince honey. I'm your savior," ucap Jun sambil menatap Hana.