webnovel

Devil's Fruit (21+)

"Aku tau aku ini hasil dari pembuahan terlarang yang tak bisa terelakkan. Bahkan aku tau kekuatanku yang sebenarnya dan aku sangat membenci itu. Aku berharap aku tak pernah ada jika hidupku selalu dalam teror seksualitas yang mati-matian aku hindari." Andrea merasa hidupnya jungkir balik saat mendekati usia 17 tahun, dimana dia akhirnya tau bahwa dia adalah keturunan salah satu raja iblis Incubus di Underworld. Cambion. Itulah sebutan baru bagi dirinya. Apakah dia nantinya akan memiliki tanduk? Apakah dia nanti akan berwajah seram? Berekor? Yang jelas, Andrea tidak menyukai kekuatan barunya. Kekuatan yang membuatnya menarik perhatian para lelaki. Kekuatan yang membuatnya harus terus lari dan dilindungi. Sedangkan Dante, seorang Nephilim yang berhasrat naik ke Surga, dia harus membunuh 100 keturunan Iblis agar bisa menjadi seorang Angel. Dan Andrea merupakan target buruan ke-99. Namun, ketika feromon gadis itu terlalu menggoda, Dante menghadapi dua pilihan: tetap membunuh Andrea? Atau justru memiliki Andrea untuk dirinya sendiri? WARNING: - HANYA UNTUK PEMBACA BERUSIA DI ATAS 17 TAHUN - ERO-FIC - TIDAK UNTUK MANUSIA SUCI & ANAK-ANAK - VULGAR & EKSPLISIT - BEBERAPA DIALOG MEMAKAI BAHASA GAUL & KASAR - TAK PERLU MEMBAWA SARA KE KOMENTAR KALIAN KARENA INI BUKAN NOVEL RELIGI!

Gauche_Diablo · Fantasi
Peringkat tidak cukup
1613 Chs

Menghilangkan Darah Iblis

Fruit 25: Menghilangkan Darah Iblis

Di tempat lain, Andrea merebahkan tubuhnya di sisi Shelly. Malam sudah sangat jauh, namun ia begitu susah memejamkan mata sejak tadi.

Sedangkan Kenzo, lelaki itu berjaga di balkon luar. Kini kekuatan Andrea sudah mulai bangkit sedikit demi sedikit. Pasti bakal menarik banyak Iblis lainnya atau bahkan para Nephilim haus darah mengincar Andrea dengan misi mereka yang ingin mencapai Surga.

Kaum Nephilim dan Iblis bagai dua penjuru mata angin. Bagai air dan minyak. Saling menolak dan bermusuhan. Kaum Nephilim yang mengetahui Succubus Hera seperti Andrea, akan berlomba melenyapkan Andrea.

Oh, sebutan Succubus Hera itu untuk para Succubus yang terlahir dari manusia. Konon Surga sangat menghargai kaum Nephilim yang sanggup membunuh jenis Succubus Hera. Apalagi jika Succubus Hera dari gen Raja Incubus, itu makin menaikkan poin di mata para Nephilim pemburu keturunan Iblis.

Kalaupun pria yang terlahir, maka disebut Incubus Zeus.

Dua jenis tadi (Succubus Hera dan Incubus Zeus) kekuatannya amat besar dan melebihi Succubi dan Incubi darah murni. Berbanding terbalik dengan kaum Nephilim yang justru lebih kuat purebloodnya.

Dan sejak dahulu kala, sudah banyak terjadi pembantaian para keturunan Iblis di dunia manusia. Itu karena sebuah mandat dari Malaikat Suci yang memberikan kelonggaran untuk para Nephilim naik ke Surga. Meski keberadaan Nephilim dibenci oleh Malaikat Agung, namun karena banyak Malaikat lain yang mendukung keputusan Malaikat Suci, maka Malaikat Agung pun diam dan tidak lagi menentang keras seperti sebelumnya.

Hanya, Malaikat Agung menciptakan para Pengawas dari cahaya murninya agar bisa membasmi para Nephilim yang bertindak vulgar dan sewenang-wenang di dunia manusia. Keputusan itu terpaksa diterima Malaikat Suci. Yang terpenting, para keturunan mereka di luar Surga masih bisa bertahan hidup.

Andrea masih memandang langit-langit... meski pikirannya melayang kesana sini.

Ia merenungi takdirnya sebagai Succubus Hera, sebagai ras Cambion, keturunan Iblis Incubus. Setaunya, Succubus adalah Iblis penggoda. Apakah nantinya ia akan berakhir sebagai jalang? Iblis lacur? Andrea bergidik.

Dalam impian tergilanya pun dia sama sekali tidak mengharapkan hal demikian.

Lalu ia menoleh ke samping. Shelly sudah lelap. Raut letih tampak di wajah ayunya. Apakah Shelly bakal meninggalkannya apabila ia berubah menjadi Iblis jalang?

Iblis jalang.

=[Andrea's POV]=

Jadi... sekarang gue Iblis. Walo masih ada darah manusia, tapi gue... Iblis. Hanjeerr! Ini beneran di luar nalar sehat gue! Segila-gilanya gue, mana pernah gue mimpi jadi Iblis? Dan ini pun ternyata bukan lagi mimpi, tapi kenyataan!

Buktinya, gue bisa terbang melayang sendiri tanpa jatuh. Gue juga mulai bisa keluarin bola cahaya dari tangan gue walo itu cuma mungil imut-imut kayak kata bebeb Shelly bilang. Apalagi warnanya merah muda, ampe bebeb Shelly gemas liatnya. Ya ampun! Gue mah jijik!

Iblis. Gue bakalan jadi Iblis. Ada darah Iblis mengalir di tubuh gue. Bahkan sekarang idup gue dalam bahaya karena diuber Nephilim sialan cuma biar mereka naek ke Surga! Apaan, cobak?! Ke Surga dengan ngebunuh dulu? Aturan macam apaan itu? Di mana-mana kalo mo naik ke Surga itu karena ngelakuin kebajikan yang banyak! Bukannya ngebunuh!

Tapi... yang dibunuh kan keturunan Iblis, yah! Dan karena itu dianggap makhluk laknat, maka ngebunuh keturunan Iblis bisa dianggap kebajikan juga, yah? Tapi... kan gue kagak jahatin manusia! Kelakuan gue dari kecil tetap baik, kok! Kagak ada bau-bau jahatnya sama sekali! Malahan para manusia yang sering jahatin gue!

Hgh... Ngenes banget idup gue! Udah idup susah dari kecil, gak punya orang tua, ini malah diuber-uber mo dibunuh atas hal yang gak ada sangkut pautnya ama amal kabajikan gue!

Iblis jalang....

Hgh... rasanya itu gak enak banget di kuping. Kagak ada sebutan yang lebih elit lagikah buat gue?

Shelly... plis, ya Beb, jangan tinggalin gue hanya karena gue berubah jadi Iblis jalang.

Bangke, dah! Napa juga gue malah terus nyebut gituan?! Setan kancut!!

Dan gue jadi kagak bisa merem. Brengsek!

Ya udah. Daripada gue galon gaje gini, mending cari udara segar aja lah!

Gue pun jalan ke balkon. Kenzo masih ada di sono masih melek ngeronda. Dia emang bersikeras jagain gue karena ini udah hampir waktunya gue berusia 17 taon.

"Woi! Emangnya Iblis kagak pake ngantuk, yak?" tanya gue sambil duduk di pagar balkon dari tembok beton. Kebetulan Kenzo juga nangkring di situ. Gak tau kenapa, semenjak gue udah mahir terbang, gue kagak lagi takut ketinggian. Fobia gue itu langsung musnah tanpa sisa!

Maka, gue udah enteng aja duduk nyante di pinggir pagar dinding balkon.

Ini bukan bermaksud mo ramah-tamah ama si Kencrut ini, yak! Ini murni karena gue suntuk kagak bisa merem. Suer, dah!

"Tuan Puteri sendiri juga sudah mulai merasakan itu, bukan?" sahutnya.

"Ohh..." Cuma itu doang respon awal gue. Ternyata Iblis tak kenal tidur. Pantesan ada ungkapan : 'Iblis tak kenal lelah untuk menjerumuskan manusia ke dalam lembah dosa'.

Harusnya ditambah : 'Tak kenal ngantuk' juga.

Jadi, bentar lagi gue bakalan kayak vampir yang konon kagak tidur. Bener, gak sih mereka gitu? "Hgh!"

Kenzo ngelirik gue. "Kenapa, Princess?"

Gue malah tatap dia. "Sedih aja idup gue malah kayak gini," tutur gue jujur, sebodo amat Kencrut tersinggung. "En plis, jangan panggil gue pake sebutan jijay tadi, dong!" Gue kasi muka cemberut en kalimat protes. Padahal sebelumnya kan udah gue wanti-wanti ke Kencrut untuk kagak manggil kayak gitu ke gue.

Walo gue—konon—puteri dari salah satu Raja Incubus, tetap aja gue yah gue, risih tetiba dipanggil begituan. Apalagi kesannya dipanggil Puteri... Princess... kesannya gue kayak Barb** demenan bebeb Shelly. Iuuhh~ serem!

Dia malah terkekeh. Sialan. Gue berasa macem badut aja. "Berjuta maaf, Princess, aku harus memanggilmu demikian. Karena aku bisa dipenggal kalau ketahuan atasanku."

"Hah! Brengsek banget, sih peraturan alay gitu?!" Gue peluk lutut yang ditekuk ke atas.

"Nanti juga Princess akan terbiasa," Kenzo tersenyum sok imut. Gak ngaruh juga senyum lo ke gue, Kencrut!

"Gimana cara membuang darah Iblis di tubuh gue?" Tetiba aja mulut gue ngasih omongan gitu.

Kenzo langsung menoleh kaget ke arah gue, yang tadinya dia udah natap ke langit.

"Kenapa? Gak boleh? Apa gue kudu modar dulu?" Mata gue nantangin Kenzo. Nah lo!

Kenzo kayak yang kebingungan gitu, sih. Gue bisa denger dia neguk ludahnya sekitar dua kali. Heh! Kok gue bisa ngerti? Emangnya kuping gue macem superman, gitu? Ciyus loh?! Gue bakalan punya kekuatan super kayak Kang Perman? Bisa liat nembus pandang, bisa denger suara selirih apapun... iya, kah? Wow!

Tapi... tetap aja gue masih ogah jadi Iblis walo diiming-imingi super power kayak gitu. Gue masih kepingin jadi manusia biasa aja, kagak pengen ribet apapun! Gue ini kan pribadi yang sederhana dan bersahaja, cieee~

"Ken!"

Kencrut noleh gugup mandang gue. Aha! Pasti ada! Passsti ada, kalo ngeliat ekspresi dia.

"Princess... kenapa musti dihilangkan?" Shit! Dia malah balik nanya.

"Lo kagak liat gue menderita, apa?! Hidup gue aman sentosa sebelum elo atau si Dante kancrut itu dateng. Gue lebih demen kalo gue tarung matematika ama Beni Bolang. Atau tarung dapetin tiket ke olimpiade sains ama Shagita sialan. Bukan malah tarung lempar-lemparan bola antah-berantah ama si Dante, bitplis Zo," papar gue panjangan dikit ke dia. Tumben loh gue bisa ceramah banyak di depan Kenzo.

Lah dia malah hela nafas.

Oh, itu baru permulaan.

"Princess, kita tak bisa menentukan di rahim siapa kita terlahir. Tak bisa menentukan siapa orangtua kita. Memang menyebalkan. Terkadang yang bernama takdir itu menyebalkan. Tapi..."

"Ahh males gue, Zo, lo malah ceramah kayak pak ustad. Gue kan nanya gimana cara ilangin darah Iblis gue, bukan minta pencerahan untuk nerima takdir gue. Aelah, Zo."

"Maaf, Princess... bukan wewenangku bicara dan menjawab itu." Begitulah akhirnya Kenzo membungkam gue dengan kalimat sok diplomatisnya. Sialan!