webnovel

Our Love Story 1

"Selamat malam,"

Jeda setelah memainkan beberapa lagu secara marathon dimanfaatkan Marcus untuk berdiri dan menyapa orang-orang yang sedang memadati gedung konser. Tersenyum lebar saat tatapan matanya bertemu dengan sosok tampan yang duduk dibagian VVIP bersama mentornya dan sejumlah tamu undangan. Jantung Marcus berdebar kencang dan seluruh tubuhnya gemetar karena diselimuti kebahagiaan. Tidak pernah disangkanya jika konser tunggal yang menandai kembalinya dia dalam dunia music akan disambut seantusias ini.

"Semoga kalian menikmati setiap detiknya." Serunya dengan senyum tulus sebelum sedikit membungkuk dengan gaya anggun yang membuatnya menjadi idola para penggemar music klasik modern. "Saya bahagia sekali bisa kembali berdiri di panggung ini walau tadi jantung ini hampir meledak karena takut." Aku Marcus dengan ekspresi pura-pura sedih yang sontak membuat beberapa pemain orchestra mengulum senyum lebar mereka.

Salah satu yang membuat public tidak pernah melupakan pianist kebanggaan Juilliard ini adalah sikapnya yang mampu membuat semua orang mendengarnya. "Takut jika kalian sudah lupa pada Marcus Stewart yang angkuh dan selalu keras kepala ini!" tambah Marcus lagi dengan tawa kecil dan sambil mengedipkan matanya, kebiasaannya yang selalu berhasil menimbulkan kesan nakal yang sudah menjadi ciri khasnya.

"No, we always love you..."

"I love you, Genius boy!"

"The best pianist!"

Dari sanggahan cepat, pujian langsung, tawa keras dan senyum lebar yang dilihatnya terbit diwajah semua penonton yang terdiri dari para fans, beberapa kritikus music yang dikenalinya, bahkan sejumlah artis dan politikus, Marcus menyeringai tipis. Memang ini respons yang diharapkannya. Beberapa bulan yang lalu dengan cerdik mentornya yang selalu mendukungnya merancang konser tunggal untuknya di Australia.

Tepat setelah Marcus memutuskan untuk kembali dalam hidup Max yang ternyata tidak pernah menikahi si jalang yang sudah ditendangnya itu!

2 tahun menjauh dari semua hal dan tempat yang mengingatkannya dengan Max, hampir saja menghancurkan dirinya. Karena kebodohannya dan sikap kekanakkannya yang selama ini terbuai dalam perlindungan Max dan sang ayah, Marcus kehilangan 2 tahun waktu paling berharga dalam hidupnya dan sekarang dia tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu hidupnya. Apalagi berusaha merebut pria yang sudah kembali dalam pelukannya.

"Konser malam ini tidak akan pernah terwujud tanpa dukungan besar dari orang yang paling berjasa dalam karir saya."

Marcus kembali tersenyum lebar saat melayangkan tatapannya pada pria asing bertubuh ramping yang duduk tepat disamping Max. "Saya sangat berterima kasih pada Mr. Mrvica, guru sekaligus sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya. Yang selalu mendorong saya untuk terus berlatih tanpa lelah. Yang sudah membuka mata saya jika music adalah perwujudan dari semua isi hati kita. Karena dia...."

Perlahan Marcus menatap ke sisi kiri pria Kroasia yang sedang tersenyum bangga itu, tepatnya pada petenis terbaik dunia yang juga sedang menatap kearahnya dengan senyum lebar penuh cinta. "Karena Mr. Mrvica dan semua keyakinannya itu, hari saya bisa kembali berdiri disini. Kembali memainkan music yang sudah menjadi bagian diri saya. Kembali mengambil apa yang sebelumnya lepas dari genggaman saya." Seraya mengungkapkan semua isi hatinya, tanpa sadar mata Marcus yang sedang menatap tajam pada Max menghangat dan setetes air mata jatuh dipipinya.

"Lagu selanjutnya adalah Eternal Love. Persembahan special untuk pria yang saya cintai."

Mengabaikan suara terkesiap dan dengungan samar dari para penonton yang pasti sangat terkejut dengan pernyataannya, Marcus mengumumkan judul lagu yang diciptakannya sambil tersenyum lebar pada Max yang tanpa sadar sudah berdiri dan balas menatapnya penuh arti. Setiap goresan not balok dalam lembaran partitur yang selalu tersimpan dibawah bantal Marcus adalah bukti dari kerinduannya, cintanya dan kesedihannya karena harus pergi meninggalkan Max disaat hubungan mereka baru saja dimulai.

"Aku mencintaimu, Max. Hanya kau dan akan selalu kau!", teriak Marcus dalam hati sebelum berbalik dan kembali duduk didepan piano dengan ekspresi dingin. Melemaskan jemarinya sesaat sebelum mengangguk kecil pada composer yang memimpin konsernya.

Sekarang semua kesedihan dan keraguan yang membuatnya hampir gila itu sudah berganti dengan kebahagiaan yang mengikuti setiap langkahnya. Max sudah bersamanya lagi, mereka sudah merajut kembali apa yang dulu sempat terputus karena salah paham dan manipulasi licik wanita jalang yang saat ini pun mungkin sedang mengutuknya.

Sambil memainkan jemarinya diatas tuts piano yang mengalunkan melodi indah dengan tempo cepat yang mendebarkan, Marcus menutup matanya dan membiarkan dirinya kembali mengingat apa yang terjadi hampir 1 bulan yang lalu di Amerika. Dia mungkin tidak akan pernah melupakan ekspresi wajah Lisa Gilbert, sepupunya yang licik itu saat melihatnya pulang bersama Max yang dengan santai merengkuh intim bahunya.

.

.

Sambil memainkan nada-nada akord yang membuat semua kritikus musik berdecak kagum sedangkan para penggemarnya terpana, Marcus menepis semua bayangan buruk yang sudah tersimpan dalam buku kenangan yang akan dibakarnya. Saat ini yang terpenting adalah masa depan yang akan mereka rajut bersama.

Dengan senyum manis yang setia terukir dibibirnya dan tatapan yang terpaku pada wajah aristokrat Max yang juga sedang tersenyum lembut padanya, Marcus mulai memainkan Exodus sebagai lagu penutup konser dan masa lalu mereka.

"Aku sangat mencintaimu, Sweetheart..."

Dengan mudah Marcus bisa membaca gerak bibir Max. Tanpa ragu dia mengangguk cepat, terlebih saat dia bisa melihat sang ayah yang berdiri dibalik layar panggung mengacungkan jempol kearahnya. Gelombang kebahagiaan seperti menyelimuti Marcus, jantungnya berdebar kencang dan bola matanya kembali menghangat saat mengumamkan kalimat yang sama bertepatan dengan jemarinya bergerak lincah untuk memainkan bait terakhir dari partiturnya.

"Aku juga mencintaimu, Max...."

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

AphroditeThemiscreators' thoughts