webnovel

Detektif Qaroline (I Remember It)

Ciiiiiiiiiiittttttttt, Brak! Mobil itu hilang kendali, dan menabrak sebuah pohon, setelah menghindari truk yang ada di depannya. Semua menjadi gelap, dan aku tidak ingat apa-apa setelah itu. "Qa, besok sudah siap training detektifnya?" seorang wanita paruh baya, membuyarkan lamunannya calon detektif berusia dua puluh tiga tahun itu. "Siap mah, besok aku berangkat pagi." Qaroline menghabiskan makanannya. "Mah, bayangan itu melintas lagi." "Bayangan seorang remaja itu? Sudah biarkan saja. Nanti juga hilang sendiri." "Bukan hanya itu, aku juga terbayang sebuah kecelakaan yang hebat mah." mamahnya terkejut mendengarnya. Dia selalu teringat peristiwa itu, yang membuat semuanya berubah. 'Maafkan mama nak, mama belum siap menceritakannya.

Evi_Kurniasari_4316 · Sci-fi
Peringkat tidak cukup
6 Chs

Bab V

Cle melajukan mobilnya ke sebuah kafe, setelah dia selesai mengantar adiknya ke sekolah. Dia menikmati secangkir ekspresso hangat, sambil menunggu seorang yang ingin bertemu dengannya.

"Detektif Cle."

"Siap pak."

"Wah masih ingat suara saya ya?" mr. Arnold, pembimbingnya dulu, dia mengundang Cle untuk sekadar menikmati kopi, atau mengobati rasa rindu. "Bagaimana tugasmu di luar negara sana? Apakah kamu bisa mengatasinya?"

"Siap pak. Bisa."

"Jangan terlalu formal, detektif Cle. Kita sedang santai di luar."

"Siap. Eh iya pak. Bagaimana dengan adik saya pak? Apakah dia bisa mengikuti trainingnya?"

"Dia mewarisi sifat dari papanya, Cle. Dia sangat mandiri, tapi prestasinya lumayan baik."

"Apa yang harus saya lakukan, agar prestasinya dia naik pak?" mr. Arnold menarik napas panjang, seolah ada banyak yang ingin dia sampaikan.

"Kamu masih ingat kan, kalau siswa ingin naik prestasi, caranya harus membuktikannya dengan ujian akhir tahun itu?"

"Iya, lantas bagaimana pak?"

"Kelasnya Line, terbagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok, ditugaskan di satu negara, salah satunya Indonesia. Saya khawatir, kalau dalam undian itu, kelompoknya Line yang mendapatkan kasus di Indonesia." mr. Arnold meminum kopinya. "Mengingat, Line punya trauma di negara itu, Cle."

*****

Malam ini, pak Danish langsung pulang ke rumahnya. Dia harus mempersiapkan segalanya untuk besok pagi. Dia harus pergi ke Brazil untuk menyelesaikan sebuah kasus yang diberikan oleh atasannya.

Keesokan paginya, setelah semua dirasa cukup, pak Danish pun berangkat. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena dia harus mengejar pesawat yang take off jam sembilan pagi. Awalnya keadaan mobil dan penumpangnya, baik-baik saja, tetapi setelah sebuah truk oleng, mengejutkan mobil keluarga tersebut. Ciiiiiiiiiiittttttttt, braaakk! Mobil yang ditumpangi pak Danish sekeluarga, terpental ke luar jalur dan menabrak sebuah pohon. Kecelakaan itu mengakibatkan luka yang cukup parah, anak pertamanya Cleo Danisha terluka di bagian tangannya, sedangkan si bungsu Syiqa, mengalami benturan yang cukup kuat di kepalanya.

"Bisa bicara dengan keluarga korban?" pak Dito, pamannya Syiqa, ikut bertanggung jawab atas kecelakaan itu.

"Iya dok, saya paman dari keluarga mereka."

"Kondisi para korban cukup parah, tabrakan itu mengakibatkan luka yang cukup parah. Terutama bagi anak perempuan, dia mengalami amnesia, akibat benturan yang cukup kuat." Dokter membaca analisanya lagi. "Keadaan psikologinya juga lumayan terganggu pak, jadi tolong diberi bimbingan psikologi yang cukup ya, sementara itu saja yang bisa kami sampaikan." dokter itu berlalu, setelah menyampaikan keadaan korban.

Semenjak kejadian itu, Cleo Danisha mengalami trauma yang cukup besar, setiap kali dia pergi menggunakan mobil, dia merasa ketakutan. Orang tuanya berinisiatif untuk pindah ke luar negeri, untuk menghilangkan trauma anak-anaknya itu.

*****

Cle memegangi kepalanya, dia merasa pusing ketika mengingat kejadian itu. "Detektif Cle, anda baik-baik saja?"

"Saya baik pak, hanya teringat kejadian itu saja." drrttt ddrrrttt, sebuah pesan masuk ke smartphonenya Cle. "Terima kasih atas waktunya pak, saya senang bisa bertemu dengan anda lagi."

"Saya lebih senang, karena siswa saya jadi lebih baik dari saya." jabatan tangan itu mengakhiri pertemuan singkat mereka.

"Kakak! Aku harus sampai kapan menunggumu disini!" Teriakan di seberang sana, membuat Cle sedikit tertawa.

"Iya, maaf, kakak mau otw ke sana."

"What! Lagi mau otw kak?"

"Kakak tidak dari rumah, kakak ada di kafe dekat sekolahmu, mau kesini langsung?"

"Kak, aku sudah lelah menunggumu."

"Ok, segera meluncur tuan putri." Cle melajukan mobilnya ke sekolah Line, yang jaraknya tidak jauh dari kafe yang baru saja dia kunjungi. Cle melihat bibir manyun adiknya itu, dan tersenyum mengajaknya naik ke mobil. "Silahkan tuan putri, limo-nya sudah siap."

"Limo? BMW tau kak."

"Hahahaha, maaf ya dik." suasana di dalam mobil, menjadi sunyi. Pasalnya Line masih marah sama kakaknya itu. "Ehem, bagaimana sekolahmu Line?" tanya Cle memecah keheningan.

"Entah. Aku masih marah sama kakak."

"Kakak kan tadi sudah minta maaf, lagian kakak sedang bertemu dengan mr. Arnold."

"Kakak, aku di sekolah itu baik-baik saja, jadi tidak usah menemui mr. Arnold deh."

"Ye, siapa juga yang ngomongin kamu, kakak sama dia sedang bahas kasus yang kakak kerjakan di luar negara, jangan percaya diri gitu deh."