Keesokan harinya
Azara sudah siap untuk mengantar Lisa sampai ke bandara. Hari ini Lisa harus berangkat ke Amerika untuk mengikuti seminar dan penelitian di sana. Azara harus berbesar hati untuk hidup sendirian di rumahnya selama Lisa tidak ada.
Sesampainya di bandara, Lisa melambaikan tangannya ke arah Azara. Matanya berkaca-kaca. Sangat berat untuk Lisa meninggalkan Azara yang sudah ia anggap seperti putri kandungnya sendiri.
"Sudah sana berangkat. Kamu juga harus kerja kan?" ucap Lisa sambil tersenyum. Lisa berusaha menyembunyikan rasa sedihnya karena harus meninggalkan Azara.
"Iya. Tante juga hati-hati ya..."
"Kamu yang harus hati-hati, Azara. Jaga dirimu baik-baik selama tante nggak ada," kata Lisa pelan.
Azara mengangguk dan membiarkan Lisa masuk ke bandara. Pesawatnya sudah akan terbang, Lisa harus segera masuk ke ruang tunggu.
Azara harus kembali ke tempat kerja. Meeting dengan tim detektif masih belum selesai. Masih banyak hal yang mengganjal dan belum ditemukan bukti valid untuk menyelesaikan kasus ayahnya.
Namun tiba-tiba langkah Azara terhenti ketika ia merasa ada seseorang yang daritadi mengikutinya di belakang. Azara menoleh ke belakang tetapi tidak ada satu orang pun di belakangnya.
Azara kembali melanjutkan jalannya dengan langkah kaki yang lebih cepat.
Namun ia kembali menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.
Masih tidak terlihat ada satu orang pun di belakangnya. Azara jadi semakin takut dan merasa tidak enak. Ia semakin melajukan langkahnya untuk segera sampai di halaman parkir.
Namun kemudian ia kembali menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar suara hati seseorang yang ada di belakangnya.
'Ini perempuan jalannya cepat banget sih. Bikin capek aja,' kata seseorang itu di dalam hatinya.
Sontak Azara menoleh ke belakang dan mendapati seorang satpam sudah berdiri di belakangnya.
"Ada apa ya Pak? Kenapa Bapak mengikuti saya?" tanya Azara dengan tatapan penuh waspada.
"Maaf Mba, saya hanya ingin mengembalikan ini. Ini punya Mba kan?" ucap satpam itu sambil menyerahkan sebuah gantungan berbentuk love kepada Azara.
Azara segera mengambil ponsel dari dalam kantong celananya. Dan benar saja itu adalah gantungan ponselnya yang terjatuh.
"Oh iya... Iya makasih ya Pak," kata Azara melemparkan senyumnya.
Ternyata ia sudah salah sangka kepada satpam itu.
Azara kembali melanjutkan langkahnya menuju ke parkiran mobil. Ia harus segera berangkat ke tempat kerja sebelum terlambat.
Namun perasaan Azara masih saja tidak enak. Ia merasa masih ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Azara segera masuk ke mobil dan meninggalkan parkiran bandara.
Setelah Azara pergi, terlihat seseorang muncul dari balik deretan mobil yang terjejer di sana. Seorang pria dengan pakaian serba hitam di tambah dengan masker hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Ia melihat ke arah mobil Azara yang sudah melaju kencang.
Sesampainya di tempat kerja, terlibat semua tim sudah berkumpul. Mereka masih membahas persoalan yang sama.
Namun tiba-tiba Ali~ketua tim mendapat kabar bahwa baru saja telah ditemukan seorang mayat perempuan di dekat sebuah gedung kosong.
Ali segera menggebrak meja dan membuat semua anak buahnya jadi merasa terkejut.
"Ada penemuan mayat lagi di Jalan Anggrek, kita harus ke TKP sekarang juga!" katanya dengan penuh wibawa.
"SIAP!" sahut mereka dengan kompak.
Mereka semua keluar meninggalkan ruang meeting. Satu per satu dari mereka memasuki mobil dinas.
"Kita pakai mobilku saja!" kata Azka mengajak Azara untuk membawa mobil sendiri karena mobil dinas terlihat sudah penuh oleh anggota tim.
"Iya kamu ikut mobil Azka aja. Di sini sempit," ucap Angga setuju.
Mobil dinas dikendarai oleh Ali dengan kecepatan tinggi, disusul oleh mobil Azka yang mengikuti dari belakang.
Mereka akan menuju ke tempat lokasi dimana telah ditemukan mayat perempuan lagi.
Sesampainya di tempat kejadian, sudah terlihat garis kuning yang mengelilingi tempat itu. Penduduk setempat juga sudah ramai mengerumuni tempat itu untuk melihat mayat perempuan yang ditemukan tanpa busana.
Ali dan anak buahnya segera memasuki ke area garis kuning untuk melihat secara langsung.
Sementara Azka dan Azara yang tertinggal di belakang justru mendapat pencegahan dari pihak polisi untuk tidak masuk ke area kuning.
"Maaf, yang boleh masuk ke area kuning hanya yang berkepentingan saja!" katanya sambil menahan Azka.
"Anda tidak lihat tanda pengenal saya? Saya dan teman saya ini juga tim dari detektif di bawah tim Pak Ali," ucap Azka sambil memperlihatkan ID pengenalnya.
Akhirnya Azka dan Azara mendapat izin untuk masuk ke area kuning.
Di atas rerumputan terlihat seorang mayat perempuan tanpa busana sedang ditangani oleh badan forensik. Tubuhnya dipenuhi luka tusukan di bagian perut. Tim badan forensik tampak sedang memotret dan mencari sidik jari yang masih tertinggal di badan mayat itu.
Setelah tim badan forensik selesai, kini giliran tim detektif yang mendekat untuk lebih mengamati mayat itu.
Anggota tim membagi tugas mereka, ada yang memotret ada juga yang mencatat luka yang terlibat pada bagian tubuh si mayat itu.
"Mayat ini sama persis seperti mayat yang kemarin ditemukan di sungai itu. Luka di bagian perutnya juga sama."
"Lihat! Jari kakinya juga menghilang. Sama persis dengan mayat yang kemarin ditemukan di sungai," ucap Angga sambil mencatatnya.
Azara juga tampak masih mengamati lebih dalam lagi tentang luka yang ada pada tubuh korban.
Melihat luka pada bagian perut korban yang sudah mendapat jahitan dengan begitu rapi, Azara yakin kalau pelaku ini bukanlah orang yang sembarangan. Bahkan ia bisa menjahit luka sampai rapi seperti itu.
Pelaku juga membawa pergi jari kaki korban. Sepertinya pelaku memang suka sekali dengan motif pembunuhan seperti ini.
Belum selesai Azara mengamati tubuh mayat itu, Ali memberi kode agar semua anak buahnya ikut dengannya dan kembali ke mobil.
Semua anggota tim akhirnya berbalik badan dan pergi mengikuti Ali.
"Saya, Arya, Angga, dan Dion akan kembali ke kantor untuk membuat dokumen tentang kasus ini. Sedangkan Azka dan Azara kalian cek semua CCTV yang ada di dekat lokasi."
"SIAP!" jawab mereka dengan kompak.
Mereka segera menjalankan tugas masing-masing.
Azka dan Azara segera mendekat ke area gedung kosong yang dijadikan tempat pembunuhan itu.
Di sana sangat sepi dan jauh dari pemukiman warga. Tidak ada CCTV yang terpasang di daerah sana.
"Sebaiknya kita kembali ke kantor saja, sambil menunggu informasi selanjutnya!" ucap Azka mengajak Azara kembali ke mobil.
"Sebentar! Sepertinya aku melihat seseorang yang bisa dijadikan saksi dalam kasus ini," kata Azara melihat ke sebuah gubug terbuat dari kardus. Gubug itu terletak di samping gedung kosong.
Azara melangkah menuju ke gubug tersebut. Azka hanya diam dan mengikuti langkah Azara mendekat ke gubug tersebut.