webnovel

Awal mula/Prolog

Di sebuah keluarga cabang 'Phos', terdapat seorang jenius muda, Zen, yang masih berumur 10 tahun.

Di usianya yang masih muda, bakatnya setinggi langit. Anak itu lebih kuat dan hebat dengan anak seumurannya.

Selain jenius, dia juga memiliki wajah yang tampan dengan rambut berwarna jingga seperti kulit harimau. Juga, di usia mudanya dia sudah bertunangan dengan gadis keluarga lain.

Tapi 1 tahun kemudian,

Disaat keluarga 'Phos' mengadakan pertemuan keluarga, dan menyelenggarakan turnamen antar anak muda dari keluarga cabang dan keluarga inti. Zen dibuat 'cacat' oleh seorang anak muda jenius dari keluarga inti, Guz.

Di hadapan Zen yang sedang tergeletak tak berdaya di atas arena, Guz mengatakan, "Keluarga cabang tidak akan mungkin bisa mengalahkan keluarga inti"

Mendengar itu, detak jantung Zen semakin cepat sampai akhirnya dia kehilangan kesadarannya.

Berita kekalahan dan hilangnya bakat Zen, si jenius muda dari keluarga cabang 'Phos' menyebar dengan cepat di kerajaan.

2 tahun kemudian..

Zen sedang duduk menikmati pemandangan kota 'Awan Biru' di bawah pohon di tepi tebing.

"Kakak.." suara seorang gadis terdengar dari belakang Zen

Zen melihat ke arah suara tersebut dan menemukan seorang gadis sedang berdiri menatapnya dengan wajah simpati.

Gadis itu mempunyai warna rambut yang sama seperti Zen, dengan warna mata seperti samudra. Paras wajahnya sangat imut, mungkin saat dewasa dia akan tumbuh menjadi wanita cantik. Dia menggunakan gaun putih panjang, dari leher sampai mata kaki layaknya seorang putri bangsawan.

"Oh? Nina, kenapa kamu kesini?" Zen bertanya sambil memberikan senyuman

"Aku khawatir, sudah 2 tahun semenjak kakak kehilangan kultivasi kakak..." Ucap Nina sambil berjalan mendekati Zen

Nina kemudian duduk di samping Zen, dan melanjutkan perkataannya,

"Kalau saja kakak.. 2 tahun yang lalu, tidak bertarung melawan jenius keluarga inti. Hal ini tidak akan terjadi... Nina... *hiks*" Nina mulai menangis saat mengatakan itu

Zen tersenyum pada Nina lalu dia memeluknya dengan erat dan mengelus kepala adiknya.

"Jangan menangis Nina, ini mungkin takdir kakak untuk menjadi orang 'cacat'.." Ucap Zen sambil mengusap air mata adiknya

Zen mendorong adiknya dari dekapannya lalu menatap lurus adiknya sambil tersenyum.

"Tapi jangan khawatir! Kakak pasti akan menemukan cara untuk menjadi kuat lagi! Oleh karena itu, Nina sekarang fokus saja melatih teknik bela diri yang ayah berikan kepada Nina, ya?" Kata Zen sambil tersenyum dan mengelus kepala adiknya

"Mm" Nina menganggukan kepalanya

"Ayo, sekarang kita kembali ke rumah, ayah dan ibu pasti khawatir dengan Nina" Zen berdiri dari tempatnya dan membantu adiknya berdiri

Nina kembali ceria dan kembali ke rumah dengan kakaknya.

Sesampainya mereka di rumah, ibunya menyambut mereka.

Perawakan ibunya sangat sempurna, meskipun dia sudah memiliki anak namun dia masih terlihat muda. Rambut hitam lurus dan matanya sama seperti anak perempuannya, Nina.

"Ah.. Nina, Zen, kalian sudah pulang? Kemari makan, mama sudah memasak untuk kalian!" Ibu mereka sangat senang

"Terima kasih, Ibu" Zen dan Nina berterima kasih dan langsung menuju ke meja makan

Saat mereka sedang makan, Ayahnya datang dengan raut wajah sedih.

Rambut jingga seperti anaknya, dengan mata merah darah dan wajahnya yang tampan, bisa dikatakan dia adalah lelaki sempurna jika dia tidak memasang raut wajah sedih sekarang.

"Suamiku, ada apa? Kenapa kamu terlihat sedih?" Tanya Ibu dengan khawatir

Ayahnya menelan ludah sebelum mulai berbicara,

"Tuan putri dari keluarga 'Dyamon' akan membatalkan pertunangannya dengan Zen besok" Ucap Ayahnya

Zen tersedak karena terkejut mendengar itu.

"Apa? Kenapa mereka ingin membatalkannya?" Ibu bertanya dengan sangat panik

"Soal itu-"

"Kakak!" Teriak Nina

Belum sempat ayahnya berbicara, Zen langsung melarikan diri keluar lewat pintu belakang.

Kedua orang tua Zen dan adiknya panik, kemudian ayahnya langsung berteriak memanggil pelayan dan memerintahkannya untuk mengejar putranya.

Zen berlari entah kemana kedalam hutan, dia hanya asal berlari karena kecewa mengetahui pertunangannya dibatalkan,

Mengetahui bahwa yang lemah tidak akan mempunyai kesempatan,

Mengetahui betapa liciknya manusia dan betapa tidak berguna dirinya.

Zen terjatuh tersandung akar pohon dan kepalanya terlebih dahulu membentur ke tanah.

Setelah dia kehilangan kesadarannya, ada suara yang berbicara padanya.

"Hmph! Apa ini? Aku tidak pernah tahu aku mempunyai rekan yang tidak berguna! Dia bahkan tidak mempunyai tingkatan kultivasi, dia hanya seorang manusia biasa!"

Kemudian setelah suara itu, terdengar suara lainnya, namun suara yang satu ini tidak dapat terdengar jelas dan tidak dapat dimengerti suara ini mengatakan apa.

Dan setelah suara yang tidak jelas selesai bicara, suara yang pertama mendesah lalu mengucapkan beberapa kata,

"Hei kau bocah tak berguna! Kau beruntung, aku akan membantumu menjadi orang terkuat di dunia ini"

"『Huh.. Apa maksudnya.. Itu?』" Zen bertanya melalui pikirannya

"Kau akan tahu nanti, sekarang bangunlah!"

Zen membuka matanya dan menemukan dirinya masih berada di hutan tempat dia pingsan.

Dia berdiri lalu melihat sekitarnya, langit sudah menjadi berwarna jingga.

"Eh, sudah sore? Aku harus pulang" ucap Zen

Saat dia mau berjalan pulang, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Sebuah batu hijau kecil ukurannya masih dapat digenggam oleh tangan, mempunyai bentuk segi lima dengan simbol ukiran naga di tengah batu tersebut.

"Benda ini.. Kelihatannya, ini akan membawa keberuntungan untukku. Akan kubawa ini bersamaku"

Zen menyimpan batu itu di dalam cincin spasialnya.

Cincin spasial adalah cincin yang mempunyai ruang untuk menyimpan barang, bentuk cincin itu hampir mirip dengan cincin biasa. Yang membedakannya biasanya cincin spasial memiliki beberapa simbol tanda di permukaan kristalnya.

Zen kemudian berlari pulang ke rumahnya,

Ibu dan ayahnya bersyukur karena Zen tidak melakukan tindakan ceroboh seperti bunuh diri dan sebagainya.

Di kamarnya, Zen mengeluarkan batu hijau kecil yang dia bawa tadi dan memeriksanya.

Saat dia sedang memeriksanya, dia tiba-tiba merasa ngantuk berat.

"Eh.. Kenapa jadi ngantuk begini, apa ini obat ti-" Zen tertidur

Saat membuka matanya, Zen menemukan dirinya berada di ruang spasial batu itu.

Pemandangannya hanya langit gelap dengan beberapa tanah terapung di langit, benteng besar yang terlihat mengelilingi membentuk lingkaran.

"Tempat ini, aku pernah membacanya saat sedang membaca buku di perpustakaan.." Ucap Zen

"Tempat ini adalah dimensi 'Takdir bela diri naga'!" Mata Zen bersinar-sinar saat mengatakannya

(TLnote: Takdir bela diri naga = Destiny Dragon Martial)

Bersambung..