webnovel

Bab 9 Dimulai!

Kelas XII-A sedang melaksanakan KBM dengan sunyi, tenang dan damai hanya terdengar suara Bu Mia yang sedang menjelaskan materi. Kelas unggulan seperti kelas XII-A memang banyak sekali di sukai oleh guru. Karena kedisplinan dan ketaatan mereka dalam hal belajar membuat semua guru menyukai penghuni kelas.

Tak berselang lama banyak anak murid yang berlari dan meramaikan lorong sekolah yang membuat rusuh. Mengalihkan perhatian semua anak kelas melihat jendela yang sekarang udah ramai anak-anak berlarian.

"Ada apaan sih rame amat?" Tanya Reva yang heran melihat anak-anak yang berlari.

"Kok bagi-bagi sembako gratis gak kasih tau Umi gue." Cetus Rara yang menengok orang berlarian.

"Lah emang ngapa harus ngasih tau Umi Lo?" Tanya Agatha yang duduk dibelakangnya.

"Umi gue paling depan kalo ada yang bagi-bagi subsidi."

Ayu cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar kebodohan Rara. Sedikit mengerutkan kening penasaran dengan orang-orang yang berlari.

Kenapa?

Sebenernya Ayu bukan manusia kepo yang doyannya penasaran dengan apapun yang terjadi disekitarnya. Dia lebih ke bodo amatan. Tapi mendengar kerusuhan diluar dia jadi penasaran. Ada apa sih? Habis diluar ribut bet udah kayak ngantri sembako gratis. Bener kata Rara! Kayak bagi-bagi subsidi.

Anak-anak diluar begitu ribut dan berlarian. Begitupun sama Bu Mia yang langsung mengecek keributan yang terjadi. Habis itu sangat menggangu padahal ini masih KBM. Tapi seantero sekolah malah heboh berlarian keluar kelas. Kebetulan memang kelas XII-A itu berada di pojokan. Jadi kalo ada apa-apa selalu ketinggalan berita seperti sekarang ini. Mereka semua cuma bisa cengo melihat anak kelas sebelah pada ribut berlarian keluar.

"Liat nyok!" Tarik Alvi main menarik tangan Ayu yang lagi duduk anteng. Karena Bu Mia udah gak ada dikelas apalagi anak kelas juga pada berhamburan keluar melihat keributan dan apa yang menjadi penyebab utama kenapa orang-orang bisa heboh berlarian.

"Eh si Mumun main tarik-tarik kanjeng ageng aja." Cetus Rara mengejar kedua sahabatnya yang udah berlari keluar kelas. Di ikuti oleh Reva dan Agatha yang lari menyusul.

Sedangkan Ayu lagi mengumpat. Karena tangannya main ditarik paksa oleh Alvi. Ayu memberontak dan memukul tangan Alvi yang menariknya. Tapi tak dihiraukan oleh gadis selebgram itu. Alvi terus saja menariknya menuju kelas XII-D. Karena disana keributan dan biang masalah terjadi.

Mereka berbondong-bondong hanya ingin melihat pertengkaran yang terjadi di kelas XII-D. Membuat heboh anak kelas XII untuk melihat dan menonton. Apalagi yang bertengkar keduanya adalah primadona sekolah.

Alvi nongol di jendela tapi sangat kesusahan untuk bisa melihat kedalam. Karena kelas XI-D udah penuh dan ramai oleh anak-anak yang menonton.

"Ada yang berantem teh." Cetus Alvi kepada Ayu sedangkan sahabatnya malah terlihat cuek bebek dan masa bodo.

Lagian bukan urusan dia, pikir Ayu.

"Eh siapa sih yang berantem?" Tanya Alvi kepada cewek disampingnya.

Cewek itu sedikit melirik Ayu yang ikutan menatapnya. Gadis asing itu cuma bisa menelan saliva melihat aura datar dan dingin yang dimiliki oleh kanjeng ratu Ageng Ayu.

"Ada apa? Lo punya masalah sama gue?" Tanya Ayu dengan suara dinginnya. Saat cewek itu menatap dia.

Dia langsung menggelengkan kepala dan melihat Alvi yang barusan bertanya. Siapa sih yang gak kenal sultan Nusa Bangsa yang begitu arogan nan angkuh seperti Nathania Ayu Albert? Kesombongan Ayu itu sudah diketahui oleh seantero sekolah.

"I--- itu,,, anu,,, Dara bertengkar sama Cassie." Jawabnya dengan takut dan terbata-bata.

Dara? Batin Ayu.

Dan Cassie siapa? Selama Ayu sekolah di Nusa Bangsa. Dia tidak pernah mengenal satu pun makhluk di Nusa Bangsa. Terkecuali iya yang sekarang dekat dengan dia. Rara, Reva, Agatha dan Alvi. Dan satu mahkluk yang bernama Pelangi Aldara Silvana yang membuatnya malu setengah mati gara-gara tingkahnya yang menembak Ayu secara terang-terangan didepan semua orang. Karena selama dia masuk sekolah gak pernah punya teman bahkan saat kelas X. Ayu selalu sendiri dan menyendiri. Walaupun banyak yang mendekati dan ingin menjadi temannya, tetap saja! Nathania tidak mudah untuk mempercayai orang lain.

Apalagi dia memiliki firasat gak baik kepada anak-anak yang mendekatinya hanya ingin mendapatkan popularitas dan numpang nama sama Ayu yang jelas-jelas sudah terkenal teramat populer dikalangan anak sekolah. Sampai dia menemukan keempat orang yang sekarang lumayanlah deket sama dia. Itupun setelah Ayu kelas XII dan baru mau dia berteman sama Rara dkk. Karena firasatnya mengatakan bahwa Rara dan yang lainnya memang tulus ingin berkawan sama dia.

"Teh Dara, teh Cassie berantem kenapa atuh?" Tanya Alvi dengan logat sundanya menatap gadis asing didepannya.

"Katanya mereka bertengkar karena rebutin Aldi. Cassie sebagai mantannya Aldi gak terima jika Dara terus-terusan deketin mantannya itu."

Ayu mengerutkan kening mendengar penuturan cewek itu. Dara dan Cassie merebutkan Aldi? Terus maksud Dara menembaknya dan sampai terus menerus mengejar Ayu. Dia masih sangat kekeh menginginkan Ayu menjadi pacarnya. Apalagi dengan perjanjian mereka kemarin. Sudah dia duga! Dara pasti hanya mempermainkannya saja. Jelas banget Dara gak terima soal awal pertemuan mereka memang kurang mengenakkan.

"Teh Ayu bukannya teh Dara kemarin itu nembak teteh kan? Kok sekarang malah rebutan Aa Aldi sama teh Cassie?" Bingung Alvi menggaruk kepalanya.

"Gak tau! Emangnya gue tau. Lagian itu bukan urusan gue!" Ketus Ayu.

"Biasa aja kali teteh, gak usah sewot gituh! Atau jangan-jangan teteh cemburu ya? Atau malahan gak suka kalo teh Dara rebutan Aa Aldi. Iya kan?" Goda Alvi dan Ayu cuma bisa menatap datar kearah gadis yang sedang memainkan alisnya.

Saat Ayu akan pergi terhenti oleh teriakkan Dara dan Cassie yang menggema didalam kelas XII-D. Bikin semua orang berdesakan untuk melihat kedalam kelas dan membuat Ayu kesusahan untuk keluar dari kerumunan. Karena tubuhnya sudah terhimpit oleh anak-anak yang mengerubungi kelas XII-D.

"LO EMANG GAK TAHU DIRI!!!"

"DARA ITU TAU YA DIRI DARA!"

"IYA TAPI LO ITU GAK PUNYA HARGA DIRI!!"

"EMANG HARGA DIRI CASSIE BERAPA SIH?"

"ARRRHHH DIEM LO!! KOK SONGONG!"

"DARA LEBIH SUKA SONGKANG DARIPADA SONGONG!!"

Kedua cewek itu masih asik jambak-jambakkan sambil terus nyerocos satu sama lain. Di tengahnya ada Aldi yang memisahkan dan jangan lupa dengan teman-teman Dara begitupun dengan teman-teman Cassie yang ikut bergabung dalam pertengkaran. Mereka semua sampai kesusahan memisahkan kedua manusia yang masih saling menjambak.

"Haduh Masya Allah! Udah jangan berantem..kalian ini apaan sih!" Teriak Bu Minah yang melihat Dara dan Cassie main jambak-jambakkan.

Tak lama Bu Mia datang dan bapak-bapak guru ikutan memisahkan Dara sama Cassie yang masih asik bertengkar. Lebih tepatnya! Saling jambak-jambak dan tidak ada yang ingin menghentikan aksi menjambak rambut satu sama lain membuat para guru geram. Walaupun guru banyakan tapi memisahkan kedua cewek yang lagi berantem emang lebih susah daripada memisahkan kucing dan tikus.

PLAK!!

"Awhhh....." Ringis Dara saat pipinya ditampar oleh Cassie.

"Cassie!!!" Sentak Mira dan mendorong tubuh Cassie. Di ikuti oleh Anna, Orin dan juga Disti. Ke empat cewek itu menjadi benteng saat Dara akan kembali di tampar apalagi di hajar oleh Cassie.

"Gue gak ada urusan sama Lo pada! Jadi awas ini urusan gue sama Dara!" Cassie mendorong tubuh sahabat Dara yang menghalanginya. Dia ingin melayangkan tamparan pada cewek centil yanng selalu menggoda mantan pacarnya.

"Lo yang gak tahu diri Cassie! Lo yang gak tahu malu! Udah tau putus. Tapi masih ngejar-ngejar cowok yang jelas-jelas udah gak mau sama Lo!" Sinis Anna.

"Diem Lo Anna! Gak usah ikut campur urusan gue!"

"Lo nyakitin sahabat kita! Sama aja Lo nyakitin kita!" Cetus Disti menunjuk muka Cassie.

"Pengecut beraninya keroyokan!!" Cibir Cassie.

Mira mencengkeram kuat rahang Cassie. Kesabarannya habis! Dari tadi dia diem aja pas Cassie nyinyir dan main jambakan sama Dara. Tapi sekarang Mira turun tangan dan ikut campur. Dia emang gak suka dengan cewek ini yang terus menerus mengganggu dan selalu mencari ribut dengan dia sama sahabatnya yang lain. Mungkin karena Mira salah satu sahabat Dara. Jadinya Cassie selalu sinis dan ngajak ribut mulu. Mana mulutnya nyinyir banget selalu saja menyindir.

"Berani banget Lo sentuh gue lonte!" Omel Cassie balik mencengkeram kuat rahang Mira.

"Cassie gak boleh gituh mulutnya!!! Masya Allah.... Itu kasar Cassie." Cetus Bu Minah. Tapi kayaknya gak dihiraukan oleh gadis itu.

Sekarang mereka malah makin mengatai satu sama lain.

"Lu yang lonte!" Tunjuk Orin ikutan mendorong tubuh Cassie.

"Kalo berani satu-satu dong! Jangan keroyokan!" Kesal Shandra saat sahabatnya didorong oleh Orin.

"Kenapa ngerasa ya cuma bertiga? Sedangkan kita berlima." Cetus Disti menyilangkan tangan di dada.

"Lagian siapa orang yang mau berkawan sama nenek sihir kek kalian bertiga." Celetuk Anna menatap sinis.

"Berani banget muncung Lo bilang kita nenek sihir!!" Marah Gina.

"Apa? Apa? Apa?" Tantang Anna memajukan tubuhnya sambil menubruk tubuh Gina.

"Hentikan! Sudah jangan--"

PLAK!

Belum sempat Pak Rudi menyelesaikan perkataannya. Lebih dulu di tampol mukanya sama mereka yang lagi tersulut emosi. Sekarang mereka malah main cakar-cakaran sambil menjambak rambut. Semakin ribet dan riweuh sekarang keadaannya. Semakin sulit pula para guru memisahkan. Untungnya barusan saat Dara dan Cassie bertengkar kelas XII-D lagi gak ada guru mengajar yang mengakibatkan kedua manusia itu cekcok sampai akhirnya main jambak-jambakkan.

"Udah!!" Sentak Aldi marah.

"Aldi, kamu belain dia?" Tanya Cassie dengan nada kesalnya. Tak lupa dia menunjuk Dara yang sedang ngumpet dibalik tubuh sahabat-sahabatnya.

"Gue gak belain siapa-siapa!! Gak belain Lo dan gak belain Dara! Lo liat dong. Kalian udah jadi tontonan sekarang. Apa Lo gak malu Cassie?!" Kesal Aldi sampai ke puncak ubun-ubun. Sebal dengan kedua cewek yang terus menerus mengganggu hidupnya. Sekali saja biarkan Aldi tenang tidak diganggu oleh mereka. Tapi kayaknya gak bisa kali ya, pikir Aldi kesal.

Cassie sebentar melihat Dara yang ngumpet dibalik tubuh keempat sahabatnya. Yang terlihat hanya pucuk kepalanya saja. Karena tubuh Dara benar-benar minimalis dibanding sahabatnya.

"Udah, berantemnya udah?" Tanya pak Rudi yang udah berantakan pakaiannya akibat memisahkan cewek-cewek itu.

"Belum pak!" Jawab Gina.

"Heh udah!!! Kalian ini bener-bener ya, memalukan tau tidak! Tingkah kalian itu seperti anak yang tidak tau didikan. Berantem aja kerjaannya! Ini lagi cuma memperebutkan lelaki sampai menghebohkan satu sekolah. Memalukan!" Bentak Rudi yang membuat mereka langsung senyap tidak ada yang berani melanjutkan aksi berantemnya.

"Sekarang semuanya ikut saya, cepet!" Perintah Rudi.

"Ini semua gara-gara Lo!" Tunjuk Cassie sama gengnya Dara.

"Lo yang mulai nenek sihir!"  Cetus Anna.

"Heh! Tapi kalo sahabat Lo gak duluan kecentilan sama Aldi gak mungkin gue labrak dia juga."

"Lo yang gak tau diri! Udah tau putus masih aja ngarep dan ngejar-ngejar. Dasar gak punya muka!" Sinis Orin menatap tajam kepada Cassie.

"Heh diem bacotan Lo!" Cetus Shandra menunjuk Orin.

"Sudah! Apa kalian tidak mendengar perkataan saya?" Kesal Rudi melihat mereka malah bertengkar lagi.

"Maaf pak." Ucap mereka tapi mata cewek-cewek itu udah saling menatap sengit.

"Udah cepet ikut saya!" Ucap Rudi pergi lebih dulu dan memisahkan keributan antara geng Dara dan gengnya Cassie.

"Inget ya Dara! Urusan Lo sama gue belum selesai." Cetus Cassie pergi di ikuti oleh Shandra dan juga Gina.

"Cabut sana! Dasar nenek sihir nyerocos aja, nyinyir doyan nyindir! Dasar...."

Pletak!!!

"Aduh!!" Ringis Disti saat dia lagi ngumpat kepalanya malah di jitak sama Orin. Membuat gadis itu memonyongkan bibirnya.

"Berisik Lo!" Sebal Orin.

"Kesal gue Rin, sama tiga nenek sihir itu. Emang dasar kurang kerjaan bet tiap hari ngajak ribut aja kerjaannya. Pengen banget gue jual jantung mereka!" Disti masih nyerocos ngomel.

"Lo diem atau gue yang jual selangkangan Lo ke om-om!" Ancam Anna, Disti langsung merapatkan kakinya dengan spontan.

Habis berisik banget Disti mulutnya gak mau diem pisan, bikin pening aja! Pikir Anin kesal.

Orang-orang yang dari tadi berkerumun didepan kelas XII-D sekarang mulai bubar barisan jalan. Sekarang yang tertinggal hanya anak-anak kelas.

"Teman-teman makasih ya." Senyum Dara. Karena sahabatnya selalu menjadi benteng utama saat dirinya diserang oleh Cassie sang mantan Aldi.

"Sama-sama Ra, lagian kita gak akan biarin tuh jalang terus-terusan gangguin Lo." Ucap Orin masih dengan nada marahnya.

Dara berganti melihat Aldi yang berdiri disampingnya. Dia senyum melihat pria tampan itu.

"Aldi makasih." Ucap Dara tersenyum.

"Buat?" Dingin Aldi.

Aldi dingin banget lhoo Di. Nanti aja pas Dara pergi nyariin:v

"Karena ikutan belain Dara."

"Gue belain Lo? Gak usah kepedean. Orang gue gak belain Lo. Gue cuma malu aja tiap hari ada aja cewek murahan yang terus-terusan ngejar gue. Padahal udah tiap hari gue bilang kalo gue gak pernah cinta sama dia. Bahkan buat suka aja nggak deh kayaknya."

Sahabat Dara terlihat kesal dengan perkataan Aldi barusan. Jelas banget perkataan itu untuk Dara. Yang notabenenya terus-menerus mengejar pria sok kegantengan kek Setiawan Reynaldi Santoso. Mentang-mentang sih kapten futsal yang digilai cewek-cewek membuat Aldi makin besar kepala dan sok tampan.

Raka sahabat Aldi sampai menyenggol lengannya. Karena keterlaluan banget emang perkataan sahabatnya itu. Dan Idan yang mendengarnya pun meringis. Pasti sakit banget perkataan sinis dari pria yang terkenal dengan aura kaku dan dinginnya itu.

Aldi entah sejak kapan begitu jahat kepada Dara. Mungkin karena risih atau tidak suka karena Dara terus menerus mengganggu hidupnya. Padahal Aldi sebenarnya gak bermulut pedas kok. Itu yang diketahui oleh kedua sahabatnya.

"Tetap aja Dara pengen ngucapin makasih karena Aldi udah ikut belain Dara." Ucap Dara masih mempertahankan senyumannya walaupun.... Suckid.

"Dan gue minta Lo tepati janji Lo." Ucap Aldi menatap kedua mata Dara.

"Janji apa?" Tanya Dara dengan tampang polosnya. Perasaan Dara gak punya janji apapun sama Aldi, pikir Dara.

"Jauhin gue! Mulai besok dan seterusnya jangan pernah gangguin hidup gue lagi. Kehadiran Lo di hidup gue itu cuma pengganggu. Gue harap ini terakhir kali buat Lo gangguin gue!"

Deg!!!

Dara sampai menutup mata mendengarnya. Sahabat-sahabat Dara pun sampai tersentak apalagi kedua sahabat Aldi sampai tertegun dengan perkataan dingin namun sinis dari mulut Aldi.

"Dara janji!" Ucap Dara tersenyum. Setelah itu dia berlari keluar dari kelas. Entah ingin kemana cewek itu.

"Dara!!!" Panggil Anna melihat sahabatnya yang pergi.

"Lo bener-bener jahat tau Di! Kalo Lo gak suka sama Dara. Ya udah gak usah sampai Lo bilang gituh sama Dara. Kalo gak suka cukupkan Lo bilang pelan-pelan gak usah sampai nyakitin Dara segitunya!" Kesal Mira menatap tajam.

"Orang aneh kayak Dara itu gak akan pernah ngerti."

Orin hampir melayangkan tamparan mendengar keangkuhan pria didepannya. Tapi tangan Orin ditahan oleh Anna.

"Lo jangan kotorin tangan Lo Rin, cuma buat menyentuh manusia gak punya hati kayak dia." Sinis Anna menarik tangan Orin untuk pergi menyusul Dara.

"Dan Lo....." Tunjuk Disti tepat ke muka Aldi.

"Gue harap Lo merasakan apa yang Dara rasakan saat ini. Bahkan semoga suatu saat nanti kalo Lo jatuh cinta sama orang. Semoga orang itu menyakiti Lo lebih dari Lo nyakitin sahabat gue."

Raka dan Idan sampai merinding mendengarnya. Pasalnya perkataan Disti seperti menyumpahi Aldi. Coba saja ditambahi dengan suara Guntur. Pasti makin seram aja tuh perkataan Disti barusan.

"Udah Dis, gak usah kita ladenin orang kayak dia. Mending kita susul Anna sama Orin yang ngejar Dara." Cetus Mira menarik tangan Disti untuk pergi.

"Gila bro!!! Lo bener-bener sadis lebih dari psikopat yang sering gue tonton di bioskop. Bener-bener bre, Aldi Lo bener Edane! Yang bener dong Di--- mplmmhh...." Akhirnya suara nyerocos Idan berakhir saat Raka membekap mulutnya dengan tangan.

"Berisik bet bacotan Lo!!" Kesal Raka mendengar mulut bawel dari sahabatnya ini.

Suara Idan tidak jelas terdengar karena mulutnya masih dibekap oleh Raka. Aldi yang malas menanggapi mereka berdua memilih berjalan duduk di tempatnya. Di ikuti oleh Raka yang masih membekap mulut Idan dengan tangan. Di seret Idan sampai ke tempat duduk.

Kelas XII-D itu memang adalah kelas yang dihuni oleh Dara dan Aldi. Mereka berdua memang satu kelas. Dan tidak tahu bagaimana bisa Cassie datang ke kelas orang dan main bertengkar saja dengan Dara.

Aldi melihat Ayu yang berada diluar kelas. Tak sengaja mata Aldi bertemu dengan kedua mata hazel Ayu yang jelas dari tadi mendengar dan melihat semua apa yang dilakukan oleh cowok itu kepada Dara. Sekarang Ayu malah memandangi wajah Aldi yang dimana Aldi juga melakukan hal yang sama. Keduanya saling bertatapan dan menukar tatapan satu sama lain.

Sampai tangan Alvi menarik pergelangan tangan Ayu agar pergi karena rombongan anak-anak yang lain sudah pada bubar barisan jalan. Ayu pun pergi bersama sahabatnya setelah pertengkaran antara geng Dara dan geng Cassie berakhir. Membuat Aldi terus memandangi Ayu yang berjalan melewati kelasnya. Mata Aldi tak pernah lepas dari sosok gadis cantik itu.

Aldi sampe memegang dadanya yang bergemuruh dan tersenyum sendiri saat barusan dia sama Ayu sempat bertatapan. Momen itu yang selama ini Aldi tunggu! Dimana Ayu bisa melihat Aldi walaupun hanya sebentar. Tapi efeknya udah sampe tembus ke DNA. Aldi ingin sekali mendekati Ayu sekedar saling berkenalan. Agar mereka bisa bertegur sapa jika berpapasan ataupun bertemu. Tapi sayang! Ayu bukan orang yang mudah didekati bahkan banyak cowok yang mencoba. Nihil! Semuanya hanya sia-sia dan yang ada malah sakit hati karena mendengar runtutan kata pedas dari gadis yang terkenal dengan julukan manusia kutub.

******

Ayu dan kawan-kawannya kembali duduk didalam kelas setelah menonton dan menyaksikan sendiri keributan antara geng primadona sekolah. Sampe bikin heboh! Namanya juga cewek-cewek terkenal dan populer pasti apapun selalu diikuti oleh sejagat sekolah.

Sedangkan Bu Mia sekarang pasti sibuk sama kegiatannya yang mengurusi pertengkaran barusan. Jadi sekarang anak kelas XII-A gak ada gurunya. Karena Bu Mia lagi ngurusin geng Dara dan gengnya Cassie yang bertengkar hebat.

"Gue gak nyangka si Aldi bakalan sekejam itu. Padahal Dara tuh cantik weh, masih aja ditolak." Cetus Reva yang udah duduk di kursinya sambil menghadap Ayu dan Rara yang duduk dibelakang tempatnya.

"Gue kasihan tau sama Dara! Katanya Dara mati-matian ngejar Aldi dari kelas X sampai kelas XII. Padahal kalo kata gue, Dara itu cantik ngapain coba ngejar cowok kulkas kayak Aldi. Jujurly kalo gue jadi cowok yang dikejar Dara. Gue gak bakalan sia-siakan cewek secantik dan seimut Dara. Malah enak kali gue buat dia bergoyang." Celetuk Rara.

"Otak lu emang bokep mulu isinya." Cibir Ayu dengan nada sinisnya.

"Tapi malahan kalo kata Mumun ya, teh Dara beneran cinta sama teh Ayu." Cetus Alvi ikutan bergosip.

"Paan sih!" Sinis Ayu menatap tajam sama Alvi.

"Iyalah Ay, maksud Dara kemarin nembak Lo apa coba?" Tanya Agatha ikutan muncul dari belakang tempat Ayu dan Rara.

"Udah deh gak usah bahas yang gak penting."

"Ah, masa sih? Malah gue pikir ada yang kebawa suasana pas di kantin waktu itu." Cetus Rara ingin menggoda Ayu.

"Iya lho, sampe langsung pergi dari kantin saking saltingnya ditembak sama Dara." Timpal Reva.

"Pura-pura pergi! Taunya salting parah." Sahut Alvi cekikikan melihat tatapan maut dari Ayu.

"Udah deh gak usah bahas tuh manusia."

"Kenapa? Bukannya dia calon masa depan Lo." Celetuk Agatha.

"Males gue sumpah kalo bahas yang gak penting gini." Ucap Ayu yang lebih memilih memainkan handphonenya.

Memang SMA Nusa Bangsa memperbolehkan setiap murid membawa ponsel asal di pakai saat tidak pada jam pelajaran. Kalo seperti Ayu ini tak masalah! Karena gak ada guru yang mengajar.

"Tuhkan! Pura-pura mengalihkan perhatian ke ponsel taunya emang lagi nahan kesaltingannya." Cetus Reva membuat Ayu mendelik tajam melihatnya.

Pletak!

"Untung pala gue No bocor-bocor." Cetus Reva memegang kepalanya setelah ditakol pake handphone sama Ayu.

Sedangkan sahabatnya malah cekikikan. Sekarang mereka lebih memilih diam daripada menggoda Ayu yang memang ganas kalo udah marah gituh. Masih untung sama handphone! Coba Ayu takol kepala Reva pake kursi? Bisa dibayangkan gimana rasanya nanti.

"Eh, tapi Ay! Tumbenan amat Lo tadi pake segala kepo kek punya polo." Cetus Rara yang melihat Ayu gak langsung pergi. Malahan nonton dulu! Habiskan biasanya kanjeng ratu Ayu masa bodo dengan urusan orang lain.

Bahkan mau ada gempa, tsunami atau mungkin dunia belah duren pun Ayu terlihat masa bodo dan cuek bebek. Yang penting hidup dia tidak terusik dan aman-aman saja.

"Apa urusannya sama Lo!" Sinis Ayu mendelik tajam.

"Biasa aja kali mata Lo!" Sebal Rara habis mata Ayu kayak punya laser mematikan membuat Rara merinding. Tapi Rara  cengengesan waktu Ayu menatap sinis. Ini nih yang Rara sukai dari manusia kulkas. Jutek pisan, kan enak buat digodain.

"Tapi enak juga lho jadi Aldi." Ucap Reva.

"Kenapa emangnya?" Tanya Agatha.

"Bisa di rebutin sama kedua cewek seksi." Cekikikan Reva sama ucapannya.

"Emangnya teteh Rere lempeng aja kayak remot tv." Cibir Alvi.

"Heh anying! Seenggaknya masih ada bentuk daripada Lo lempeng kayak tiang listrik."

"Kesetrum dong!" Cetus Rara.

Dan mereka semua malah ketawa membuat Ayu memutarkan bola mata, jengah! Perasaan gak ada lucu-lucunya tapi kenapa coba mereka malah ketawa ngakak.

"Cowok cungkring gituh aja kok pake segala direbutin!" Cetus Ayu menghentikan aksi ketawa dari sahabatnya. Spontan mereka langsung melihat Ayu yang masih asik memainkan handphonenya.

"Eh anjay! Lo orang pertama yang menghina Aldi beneran deh suer gak boong. Sampai pantat si Mumun monyong juga Lo orang pertama yang bilang Aldi cungkring." Rara cekikikan, Ayu emang paling bisa menghina orang.

"Lagian cowok kayak gituh jadi bahan rebutan! Gak ada bagus-bagusnya sama sekali." Sinis Ayu memutarkan bola mata malas. Kirain Aldi tuh seganteng apa? Tau nya cuma.... Cih mukanya sama persis kayak lap dapur, pikir Ayu.

"Emang cuma Nathania Ayu Albert yang bilang Aldi cungkring." Cetus Reva cengengesan.

"Tapi kalo Mumun jujur! Kasihan tau sama teh Dara. Sampe berlinangan air mata gituh pas ngedenger omongan Aa Aldi yang menurut Mumun emang nyakitin banget. Mumun gak nyangka Aa Aldi bakalan sekejam itu sama teh Dara. Padahal tau sendiri teh Dara cantiknya kayak gimana. Eh, Aa Aldi malah tolak mentah-mentah. Ari Mumun mah ntos yakin pisan, Aa aldi bakalan nyesel saumur-umur ntos nolak teteh Dara nu geulis te katulungan." Ucap Alvi yang ikutan menyumpahi Aldi.

"Mumun, sia ngomong apa? Aing gak ngerti." Cetus Reva yang kesel ngedenger perkataan Alvi pas diakhir kalimat kayak menyumpahi tapi gak ngerti bahasanya. Karena itu udah pake bahasa logatnya yang bikin Reva dan Agatha angkat ketek.

Berbeda sama Rara yang malah cekikikan mendengar sumpah serapah dari Alvi kepada Aldi. Udah kayak emak dukun yang lagi menyumpahi manusia. Begitupun sama Ayu yang sedikit pusing mendengar perkataan nyerocos dari Alvi. Tapi gak ngerti bahasanya dia. Karena bahasa Alvi suka campur-campur kayak es cendol.

"Emang si Aldi mah gak pernah pake semvak!" Sebal Rara ikutan kesal sama Aldi sama kayak Alvi yang jengkel.

"Emang Lo tau kalo cowok cungkring itu gak pernah pake semvak? Oh atau jangan-jangan Lo sering di Bo iya tiap malam sama dia." Celetuk Ayu.

"Anying iya kalo ngomong!" Kesal Rara melotot.

"Habis muka Lo mukanya orang open Bo, Ara." Cetus Agatha ikutan meledek.

"Ndas mu!"

***~~~***

Berakhirlah sekarang gadis-gadis itu di tengah lapangan. Di teriknya matahari yang sudah di atas kepala membuat kulit mereka terasa terbakar. Apalagi kedelapannya memiliki kulit yang sangat putih, mulus dan terawat. Membuat mereka berdecak kesal saat kulit mereka terasa terbakar. Setelah setelah apa yang mereka lakukan, bertengkar dan sekarang berakhir berdiri didepan tiang bendera.

Mereka sedang hormat di bawah tiang bendera yang menjulang tinggi. Belum lagi kepalanya harus mendongak melihat bendera yang berkibar di atas sana. Muka putih mereka langsung memerah akibat terkena pantulan cahaya matahari yang begitu panas.

Setelah masuk kedalam BK mereka berakhir di lapangan hormat kepada bendera. Dan itu mengharuskan mereka menjadi tontonan. Apalagi sekarang udah jam istirahat. Membuat semua orang menyaksikan bidadari-bidadari yang sedang di hukum di terik matahari di siang bolong.

Hampir 3 jam mereka berdiri didepan tiang bendera dan belum ada tanda-tanda kalo pak Rudi akan menyelesaikan hukumannya. Belum lagi sekarang mereka di perhatikan oleh pak Tarigan guru kesiswaan yang amat sangat killer setelah Pak Hartoyo guru BK.

Barusan emang pak Rudi meminta pak Tarigan untuk mengawasi kedelapan gadis yang lagi hormat depan tiang bendera sambil kepalanya mendongak melihat keatas. Kalo gak diawasi takut aja kedelapannya bakalan bikin ulah lagi. Sedangkan pak Rudi sedang mengajar dikelas XII-C. Kelas yang bersebelahan dengan kelas Dara.

"Panas banget." Keluh Cassie dari tadi dia gak bisa diem ketika kakinya kesemutan.

"Emang Lo doang nenek sihir! Gue juga sama." Sahut Anna.

"Ini semua gara-gara Lo pada." Ucap Shandra menyalahkan gengnya Dara.

"Kita gak akan mulai kalo kalian gak duluan." Ucap Mira.

"Gue juga gak akan mukul kalo bukan karena Lo yang berani melawan." Ucap Cassie tak mau kalah.

"Gue gak akan diem aja ketika di injak." Cetus Disti.

"Gue....."

"Udah cukup!" Sela Dara ketika Gina akan angkat suara ikutan menyudutkan teman-temannya.

"Bisa gak kalian itu gak usah berantem terus. Sadar dong! Gara-gara kalian Dara yang imut kembaran Selena Remez harus panas-panasan di terik matahari." Cetus Dara

"Selena Gomez!" Koreksi mereka maklum aja kalo Dara masih kecil jadi suka keseleo kalo lagi ngomong.

"Siapa yang suruh kalian ngobrol?" Tanya pak Tarigan sinis kepada gadis-gadis itu membuat mereka berdecak.

Coba aja dia rasain gimana rasanya nahan panas di tengah teriknya matahari siang bolong. Berdiri selama 3 jam bahkan tidak di berikan istirahat sejenak. Untuk mengobrol pun mereka tidak di perbolehkan. Dasar guru pohon pisang. Punya jantung tapi gak punya hati. Umpat mereka serempak.

Saat Dara lagi ngedumel kesel sama pak Tarigan yang gak punya hati. Dia melihat bidadarinya yang sedang berjalan di koridor sekolah. Pastinya gadis itu akan menuju kantin apalagi sekarang sudah waktunya istirahat. Dia tersenyum melihat Ayu betapa cantiknya dengan rambut lurus sepinggangnya.

"Baiklah sekarang kalian boleh---"

"Yes!!!" Teriak Dara kesenangan dan langsung ngacir sebelum pak Tarigan menyelesaikan perkataannya.

"Idih, itu bocah ngapa ya?" Bingung Pak Tarigan yang melihat Dara main cabut gituh aja. Begitupun sama sahabatnya yang terlihat aneh dan gak tau kenapa Dara main langsung lari padahal pak Tarigan belum selesai sama perkataannya.

"SWEETHEART!!!" Teriak Dara berlari di koridor sekolah.

Orang-orang langsung menoleh kebelakang termasuk gengnya Ayu yang tadi lagi anteng jalan sekarang berbalik melihat Dara yang berlari kearah mereka. Tepatnya kearah Ayu!

Hap!

"Mau ke kantin kan? Dara juga mau ke kantin. Yuk barengan aja." Ucap Dara mengalungkan tangannya di leher Ayu sambil tersenyum manis.

Sahabat Ayu cuma bisa saling pandang saat Dara langsung nempel dan nemplok sama Ayu.

Ayu melepaskan tangan Dara yang melingkar di lehernya. Setelah itu menatap Dara masih dengan tatapan yang sama, dingin!

"Berhenti buat gangguin gue."

"Dara gak bakalan berhenti sebelum Ayu mau jadi pacar Dara."

"Setelah gue mau jadi pacar Lo. Apa Lo bakalan jauhin gue?"

"Enggaklah! Pastinya Dara bakalan buat Ayu bahagia bersama Dara."

"Bulshit!" Dingin Ayu dan berbalik akan pergi. Tapi Dara lebih dulu memegang pinggangnya dan menghadapkan Ayu kembali agar menatapnya.

"Gak sayang, Dara seriusan." Ucap Dara menatap kedua mata Ayu sangat lekat dan dalam.

"Dara udah pernah jatuh di jalanan. Udah pernah jatuh di tangga dan semua itu gak enak. Tapi ada satu jatuh di dunia ini yang paling enak. Yaitu jatuh cinta sama Ayu."

"Asik!" Sorak sahabat Ayu. Kenapa jadi mereka yang greget padahal Ayu yang di gombalin.

"Ya udah yuk! Kita makan ke kantin." Ajak Dara menggandeng tangan Ayu.

"Gak!" Ayu menarik tangannya melepaskan pegangan Dara dan menatap bocah cilik itu tajam.

"Sekali lagi gue bilang berhenti buat gangguin gue!" Ucap Ayu kepada Dara.

"Dara gak bakalan berhenti!" Kekeh Dara menatap Ayu.

Ayu mendengus, kali ini dia benar-benar terlihat kesal oleh tingkah Dara yang bener-bener sangat kekanak-kanakan dan sangat mengganggu dia dengan kehadirannya. Ayu tiba-tiba saja pergi bukan kearah kantin melainkan kembali lagi.

"Ay, bukannya kita mau ngantin?" Tanya Reva dan Ayu tidak menjawab malahan tetap pergi.

"Kalian aja yang makan nanti biar Ayu, Dara yang bawain makanannya." Senyum Dara kepada mereka dan langsung mengejar Ayu.

"Heran gue sama tuh kedua bocah! Yang satu kayak ngebet banget ngajak pacaran. Yang satunya udah kayak burung merpati, setiap dikejar malah makin lari." Cetus Reva melihat Dara dan Ayu yang sedang main kejar-kejaran.

Ayu yang selalu menghindari Dara sedangkan Dara yang terus mengejar Ayu. Gituh aja terus, sampe es Atlantik mencair.

"Dimana-mana burung itu terbang bukan lari!" Celetuk Rara.

"Itu istilah bege!"

"Tapi Mumun pikir! Teh Dara suka sama teh Ayu cuma boongan doang ternyata beneran atuh sampe di kejar-kejar terusan." Ucap Alvi ikutan nimbrung.

"Namanya juga cintong!" Cetus Agatha manusia tercuek sejagat bumi ikutan bersuara melihat Dara yang gak main-main mengejar Ayu. Sampe gak kenal lelah! Padahal Ayu udah nolak beberapa kali. Tetap saja! Gak ada kata pantang mundur untuk Dara.

"Tapi masalahnya Dara cewek kalo cowok sih gak masalah! Lo liat dong tuh anak-anak udah pada ngegosip sampe jontor bibirnya." Celetuk Rara melihat orang-orang yang pada berbisik-bisik di koridor sekolah.

"Udah ah, yuk! Laper perut Mumun." Ucap Alvi dan menarik tangan sahabatnya agar melanjutkan jalannya dan makan di kantin.

"Ayu!" Panggil Dara dan meraih tangan Ayu saat dia berhasil mengejar.

Astaga!

Gak bisa banget apa manusia ini membiarkan Ayu tenang. Karena Dara terus menerus mengganggu dia seperti ini. Rasanya mumet lama kelamaan otak Ayu. Bagiamana caranya agar mengusir gadis ini? Karena Ayu bener-bener risih dan sangat terganggu oleh kehadiran Dara akhir-akhir ini yang selalu menghantuinya.

"Mau Lo tuh apa sih sebenarnya?!" Kesal Ayu dengan mata yang berapi-api melihat Dara.

"Mau Dara cuma satu! Ayu jadi pacar Dara." Ucap Dara didepan Ayu membuat Ayu spontan menghela nafas frustasi.

Ini bukan kali pertama Dara menembaknya. Entah sudah berapa kali Dara mengatakan hal itu dan Ayu selalu dihantui oleh gadis childish ini. Sampe pusing sendiri kepala Ayu sama kehadiran Dara.

"Dengerin gue baik-baik! Gue normal. Gue gak suka sama cewek. Gue bukan homo ataupun lesbi. Jadi sekarang jelas! Gue gak suka sama Lo apalagi mau jadi pacar Lo." Ucap Ayu mencoba untuk memberikan pengertian kepada gadis didepannya.

Dara malah tersenyum yang membuat Ayu mengerutkan kening, heran! Heran dia melihat Dara yang malah tersenyum menatapnya. Manaan menatap Ayu terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan Dara gak ada ngomong sama sekali sama Ayu setelah apa yang barusan Ayu katakan kepada dia. Yang dilakukan gadis itu hanya menatap Ayu dengan retina brownnya. Melihat Ayu dalam-dalam dan lekat banget.

Ayu membalas tatapan teduh Dara dengan tatapan dingin dan datar yang dia miliki. Saat ditatap seteduh itu oleh Dara. Belum lagi dengan tatapan Dara mengingatkan Ayu kepada seseorang. Iya, seseorang yang selama ini sangat dia rindukan! Sudah cukup lama mereka berpisah. Bagaimana keadaannya? Dan apa kabarnya? Ayu sungguh sangat merindukan dia.

Ketika melihat kedalam mata Dara entah mengapa dia malah mengingat seseorang yang sangat dicintainya. Mata Dara hampir mirip sama orang yang bersemayam di hati Ayu. Belum lagi melihat sikap Dara yang hampir mirip sekali sama manusia yang selama ini Ayu cintai. Bagaimana dia sekarang? Ayu sangat merindukannya.

"Ayu..." Panggil Dara membuat Ayu terlonjak kaget. Karena dia sedikit melamun barusan.

"Dara juga bukan lesbi! Bukan pula homoseksual. Tapi soal jatuh cinta sama Ayu. Dara gak pernah tau dan kira sebelumnya. Karena cinta ini datang sendiri. Dara gak pernah tau apa alasannya kenapa cinta ini datang menghampiri Dara." Ucap Dara menggenggam erat kedua tangan Ayu.

"Kasih Dara kesempatan buat membuktikan itu semua!" Dara menarik tangan Ayu yang digenggamnya dan beralih memeluk tubuh jangkung itu kedalam dekapannya.

Ayu?

Dia malah diam dan seperti benda yang tidak bernyawa saat Dara memeluk. Bukannya melepaskan dia malah mendiamkan Dara. Yang terkadang Ayu juga bingung sama perasaannya. Katanya risih dan merasa terganggu. Tapi kini? Hati dan otaknya tak sinkron.

"Ayu itu pencuri! Tapi Dara gak marah dan gak mau laporin Ayu ke polisi. Karena yang Ayu curi hati Dara. Di jaga baik-baik ya."

"Apa sih!"

"Bakalan Dara buktiin sebesar apa Dara mencintai Ayu." Ucap Dara yang masih memeluk tubuh jangkung Ayu.

"Perasaan Lo sama Aldi gimana?" Tanya Ayu yang tiba-tiba mulutnya main melontarkan itu. Entah kenapa dia penasaran dengan perasaan Dara sebenernya.

"Awalnya Dara emang mencintai Aldi dan Dara pikir! Dara gak bisa jatuh cinta lagi sama orang. Ternyata Dara salah! Pas ketemu Ayu buktinya Dara jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Gak ada istilah jatuh cinta pada pandangan pertama!" Sanggah Ayu.

"Ada kok! Buktinya Dara sama Ayu."

Dara melepaskan pelukannya berganti menggenggam tangan Ayu dan memandang lekat-lekat wajah dingin itu.

"Boleh kan Ayu ngasih Dara kesempatan? Setelah itu Dara janji. Kalo Dara gagal Dara gak bakal gangguin Ayu lagi."

"Oke! Selama 3 bulan."

Dara mengangguk dan tersenyum setelah itu kembali memeluk tubuh jangkung Ayu.

"Makasih...."

"Buat?"

"Karena udah mau ngasih kesempatan buat Dara. Dara janji gak bakal menyia-nyiakan kesempatan yang Ayu kasih buat Dara."

Entah ini salah apa benar tapi kenapa Ayu memberikan kesempatan? Sama saja dia membiarkan Dara terus menerus mengganggunya. Tapi Ayu juga ingin tau sebesar dan setulus apa cinta Dara. Apakah dia bersungguh-sungguh atau hanya bermain-main. Dan apakah Dara mampu membuat Ayu percaya akan cinta? Akankah Dara berhasil atau malah gagal nanti.