webnovel

Bab 6 Belanja Bersama!

Mira mengumpat kesal! Kesal, kesal, kesal pokoknya! Dia menyilangkan tangan di dada sambil terus mengumpat kesal. Kesal gara-gara kakak ajaibnya itu belum juga memunculkan batang kepalanya.

Padahal tadi bilangnya, "Bentar aja Kok, Mir."

Bentar dari mana? Ini Mira udah nungguin sampe kepalanya berasap. Gara-gara dengan tega sekali Rara membiarkan Mira menunggu diparkiran depan warung yang menjadi sasaran empuk anak-anak buat nongkrong setelah pulang sekolah. Ini juga sejak kapan Rara jadi doyan nongkrong? Semenjak bersahabat dan kenal sama Agatha, Alvi dan REVA. Rara jadi doyan melakukan hal nakal.

Seperti sekarang bukannya langsung pulang. Dia malah mampir dulu ke warung yang berada didepan sekolah. Dan bodohnya Mira malah iyain aja. Padahal kan seharusnya dia gak mau di bawa ke warung yang menjadi tongkrongan anak-anak sekolah. Dia yakin sih, ini warung pasti warung remang-remang.

Kemana sih kakaknya kok gak muncul-muncul? Padahal ditungguin dari tadi juga! Dumel Mira kesel.

Dari tadi udah ngedumel kesal. Tapi kakaknya itu belum juga memunculkan mukanya. Mira udah nungguin diparkiran dari zaman nenek moyang beranak. Sampe kakinya terasa kesemutan nungguin tuh manusia yang gak muncul-muncul.

Mira terlihat makin jengkel melihat kakaknya yang malah lagi jalan santai sambil bercanda dengan kawan-kawannya. Siapa lagi kalo bukan Reva, Alvi, dan Agatha. Gak mungkin Ayu ikutan gabung. Apalagi bergabung bersama ditempat kecil seperti itu. Mana mungkin!

Emang sih semenjak masuk SMA. Rara jadi doyan kelayapan diluar rumah. Suka pulang malam dan kadang suka diomelin Umi. Kadang suka membangkang perkataan Abi dan saat beranjak remaja Rara benar-benar susah di atur. Itu yang dikatakan Abi dan Umi.

Sekarang Rara suka banget nongkrong. Yang Mira yakini kakaknya itu suka bergaul sama anak-anak nakal. Gak mungkin anak baik-baik suka keluar rumah. Dan semenjak bergaul sama Reva. Rara jadi kebawa nakal. Sekarang liat saja! Disaat Mira kepanasan menunggu. Dia malah asik bercanda bareng sama ketiga sahabatnya. Emang tuh manusia orang ditungguin juga dari tadi malah dia asik bercanda, Dumel Mira.

"Lama!!!" Ketus Mira menatap tajam.

"Maaf iya kucing liar buat Lo nunggu. Lagian tadi gue suruh ikut masuk kedalam. Lo malah gak mau." Ucap Rara melihat adiknya yang lagi berdiri di samping motor Vespa kesayangannya. Manaan tuh kucing menatap tajam plus kek mau mencakar Rara saja.

"Udah buruan balik!" Mira menarik kasar tangan Rara.

"Astajim punya a---"

"Diem nggak!" Sinis Mira membungkam mulut Rara. Hampir aja Rara keceplosan ngomong didepan Reva, Alvi dan juga Agatha yang gak tau soal hubungan Rara dan Mira. Mereka gak ada yang tau kalo Mira sama Rara itu adik kakak.

"Udah buruan lama deh Lo!" Titah Mira sambil membentak Rara.

"Iya Mir, iya bentar honey. Ini aku tuh lagi pake helm dulu." Ucap Rara naik motornya.

"Jir.... Ra, doyan sekarang sama yang melonnya gede." Ucap Agatha diiringi kekehan kecil dari bibir kecilnya.

Mira menatap tajam kepada sahabat-sahabat kakaknya itu. Mira dan Rara memang adik kakak. Tapi anak-anak SMA Nusa Bangsa tidak ada yang tau. Jika Jenny Syifa Almira si leader cheers adalah adik dari Rara manusia yang tukang tebar pesona sama para buaya lapar.

"Teh Mira jangan judes banget gituh, nanti Aa Arlo balikan lagi sama teh Reva lhoo..." Cetus Alvi membuat mata Mira langsung keluar semua.

Enak saja! Mira tidak akan membiarkan pacarnya balikan lagi sama playgirl kembang bangke kayak Revalina Putri.

"Buruan jalan!" Suruh Mira udah nangkring dibelakang jok motor Rara. Udah enek dia liat muka Reva si mantan dari pacarnya.

"Iya-iya kucing! Gue cabut dulu beib. Ketemu lagi besok kita." Cetus Rara menyalakan motornya.

"Yoi sayangku." Ucap Reva mengedipkan sebelah matanya kepada Mira yang udah duduk cantik dibelakang motor Vespa Rara.

Najis!!! Batin Mira memutarkan bola matanya malas. Malas bet liat muka sok kecantikan Reva.

Motor Vespa biru Rara melaju meninggalkan sahabatnya yang masih berdiri di warung Mpok Munah. Sebenarnya itu Reva, Agatha sama Alvi penasaran dengan kedekatan dua manusia itu yang tiap kali Mira suka bet nebeng. Setahu mereka keduanya itu gak saling ngobrol. Boro-boro ngobrol. Kalo ketemu nyapa aja jarang. Kayak gak saling kenal aja gituh.

"Rara...." Panggil Mira dari belakang.

"Hem?" Ucap Rara fokus melihat jalanan didepannya.

"Mending Lo gak usah sahabatan sama Reva deh." Cetus Mira lebih mendekatkan tubuhnya dan memeluk pinggang kakaknya. Tak lupa dia menaruh kepalanya di bahu sang kakak. Spot favorit Mira kalo naik motor sama tetehnya.

"Emangnya kenapa?" Penasaran Rara sedikit melirik adiknya yang lagi nempelin dagu ke bahunya. Biasanya Mira gak akan ikut campur dalam urusan kehidupan Rara.

"Reva itu gak baik Ra! Semenjak Lo kenal sama Reva. Lo jadi suka kelayapan. Gak betah di rumah. Yang gue tau emang pergaulan Reva dari dulu gak baik. Gue kan pernah satu kelas sama dia! Gue sering liat tuh Reva gabung sama anak-anak nakal. Dan Lo jadi ikut-ikutan nakal gara-gara berteman sama Reva. Umi sama Abi selalu bertengkar gara-gara kenakalan Lo itu." Ucap Mira yang mengeluarkan ketidaksukaannya terhadap manusia biji cabe cem Revalina.

"Lo gak kenal Reva! Yang Lo tau cuma luarnya aja. Gak berhak Mir, menilai seseorang dari covernya. Belum tentu Reva yang Lo pikirkan seburuk itu. Soal Umi dan Abi. Seharusnya mereka tau kenapa gue kayak gini."

"Maksudnya?" Bingung Mira melihat wajah Rara dari samping. Karena posisinya Mira emang menyender di bahu Rara.

"Lo masih terlalu kecil buat paham." Ucap Rara mengusap punggung tangan Mira yang memeluk pinggangnya.

Mira langsung mendengus mendengar itu. Memang umur mereka berbeda. Rara lebih tua 2 tahun dibandingkan Mira. Tapikan sekarang! Mira sama-sama SMA. Bahkan mereka berdua satu angkatan. Seharusnya Mira sudah mengerti bukan? Jika Rara berterus terang. Tapi sayangnya dewasa tidak di ukur dari umur. Dan buat Rara! Mira masih adik kecilnya yang selalu manja kepada dia.

Rara kelayapan itu juga ada alasannya. Dia cuman butuh udara luar dan ingin menghirup kebebasan. Walaupun ia tau kenapa Umi sama Abi selalu mengatur waktunya. Karena mereka berdua menyayangi Rara dan tidak ingin jika sampai anak pertama mereka terjerumus ke pergaulan bebas sebagaimana anak muda zaman sekarang. Rara tidak boleh melakukan hal-hal di luar pantauan mereka. Tapi Umi dan Abi lupa menanyakan apa yang diinginkan Rara sendiri. Sampai membuat anaknya merasa dikekang oleh segala aturan yang ada. Yang menjadikan Rara suka muak sendiri dan berakhir membangkang. Tapi dia membangkang masih tahap wajar gak ada yang aneh dan neko-neko.

Rara dan Mira bisa seangkatan itu bukan berarti mereka kembar. Mira sama kakaknya itu gak kembar! Mira tuh nempel mulu sama Rara. Pas Rara masuk TK aja. Mira suka nyariin dan membuat dia harus menunggu Rara pulang bersama dengan Uminya. Dan itu alasan kenapa kedua adik kakak itu bisa seangkatan. Karena saat Rara masuk TK. Mira nangis-nangis melihat kakaknya sekolah tapi dia nggak. Makanya itu Umi dan Abi terpaksa memasukkan Mira ke sekolah padahal umurnya belum cukup.

Mereka seangkatan dari TK dan keduanya emang sangat dekat. Kayak saudara kembar yang tak terpisahkan. Itu kenapa sampe sekarang Rara terus menjaga adiknya dari buaya-buaya tukang modus. Apalagi Mira tumbuh sebagai gadis cantik walaupun agak JUTEK! Tapi gak bisa dipungkiri Mira salah satu angkatan kelas XII cewek yang sering diincar sama kaum Adam.

Saat Rara kelas 1 SD berumur 7 tahun, Mira masuk umur 5 tahun. Bayangkan saja betapa imut dan menggemaskannya Mira pada saat itu. Walaupun kerjaannya tiap hari ribut melulu. Tapi gituh-gituh keduanya saling menyayangi satu sama lain. Apalagi semakin remaja dan tumbuh dewasa perbedaan dari kedua kakak beradik itu makin keliatan.

Mira anaknya feminim suka berdandan sebagaimana mestinya cewek. Berbeda sama Rara yang suka main futsal dan suka tampil apa adanya. Jadi, keliatan jelas perbedaan dari kedua saudara itu. Yang satu suka bergelantungan di pohon, yang satu doyan merawat diri.

***~~~***

Kiyla melihat kakaknya yang lagi sibuk bet sama ponsel. Sampe sama sekali gak bergeming dari tadi Dara ditempatnya. Entah apa-apa yang dilakukan kakaknya sampe gak bersuara sama sekali. Biasanya Dara bakalan bawel dan cerewet banget. Satu detik aja mulut dia tuh gak bisa diem. Kini mulut itu tumben bisa rapat dan gak kedengaran apapun dari bibir pinkynya. Tapi bukan kebisuan Dara yang dipikirkan Kiyla melainkan soal omongan kedua sahabatnya.

Apa benar yang dikatakan Lala dan Tina kalo tadi mereka melihat Dara sama Ayu di UKS lagi berpacaran. Kiyla tidak percaya karena bagaimanapun dia mengenal kakaknya dari dulu. Yang dia tau Dara dari dulu seringkali menyukai cowok bahkan sering berpacaran sama manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Tapi kenapa sekarang bisa pindah haluan? Belum lagi sama gosip kayaknya itu bukan gosip. Melainkan memang kenyataannya Dara menembak Ayu secara terang-terangan di kantin didepan semua orang. Karena pada saat itu Kiyla tidak melihat langsung alias dia tidak ada di kantin saat kejadian itu.

Kiyla masih berpositif thinking siapa tau aja Dara sehabis main Tod sama temen-temennya dan menerima tantangan dimana dia harus menembak Ayu si manusia terdingin sejagat raya secara live di kantin. Tapi kalo kedua sahabatnya sudah mengatakan itu spekulasi Kiyla seketika sirna. Dia mengenal baik bagaimana sahabatnya. Walaupun mereka pada somplak tapi mana mungkin mereka berbohong. Apalagi soal Dara dan Ayu yang mereka pergoki sedang berduaan di UKS.

*Flashback on*

"Kikil pantat ayam! Lo tau gak apa yang gue liat sama si Tina toon pas tadi di UKS." Cetus Lala heboh.

"Iya ihh kikil kebo! Seriusan gue kaget." Sahut Tina ikutan riweuh.

Kiyla yang lagi menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan sedikit mendengus. Saat mendengar suara cempreng kedua sahabatnya. Apalagi kedua bocah itu datang main rusuh aja. Padahal Kiyla lagi menikmati ketentraman. Pagi-pagi seperti ini memang enaknya buat kembali ngorok. Apalagi matanya masih terasa begitu berat buat melek. Tapi tiba-tiba duo teman laknatnya bikin rame membuat Kiyla yang mau melayang ke alam mimpi kembali lagi ke dunia nyata.

"Apa sih kalian! Gak jelas banget sumpah. Gangguin waktu princess mau tidur aja." Malas Kiyla dan melihat kedua sahabatnya yang dimana Tina duduk disebelah dia. Lala duduk didepannya.

"Muka kek ingus kerbau aja sok-sokan ngakuin princess." Cibir Lala dan mendapatkan tatapan sengit dari Kiyla.

"Udah-udah gak usah pada ribut dulu! Gue mau ngasih info yang SPEKTAKULER." Teriak Tina sambil merangkul pundak Kiyla.

Pletak!

"Gak usah teriak-teriak juga! Gue gak budek!" Omel Kiyla setelah menjitak kepala sahabatnya dan Lala malah terkekeh melihat Tina yang ngelusin jidatnya.

"Tadi gue sama si Teletubbies ngeliat kakak Lo yang lagi pacaran sama kak Ayu di UKS. YA ALLAH!!!" Pekik Tina sambil mengguncangkan kedua bahu Kiyla didorong dan ditarik sama dia. Sampe bikin sang empunya keleyengan sendiri pas tubuhnya ditarik sana-sini.

Pletak!

"Waduh! Kok Lo suka banget sih jitak jidat mulus gue." Sebal Tina untuk yang kedua kalinya mengelus keningnya yang dijitak.

"Iya mulus jidat Lo tuh kayak penggorengan kuali." Cetus Lala.

"Anying! Jaga ucapan mu itu ya Jumiati!" Melotot Tina.

"Udah yah Lo berdua gak usah bikin gosip yang aneh-aneh! Mending sekarang bersihin tuh muka kalian. Kebanyakan mimpi!" Cetus Kiyla yang ingin kembali menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.

"La, kasih paham satu sahabat Lo! Masa gak percaya sama apa yang dibilang ratu jenar coba." Ucap Tina yang melihat Kiyla malah ingin ke posisi semula.

"Bunny dengerin aku deh ya! Kamu harus percaya kalo kakak kamu itu. Kak pelangi Aldara Silvana Herman Abdullah bin mustahiq itu emang berpacaran sama kak Nathania Ayu Albert Einstein bin Albert botak." Ucap Lala menangkup wajah Kiyla yang udah menatap malas sama satu sahabat ogebnya ini.

Plak!

"Anjing--- eh astagfirullah! Kok gue ditampar sih kikil kebo!!!" Sebal Lala memegang pipi kanannya. Lagian Lala berani kok sama dayang Sumbi yang kalo ngamuk suka melotot.

"Makanya jaga mulut Lo! Lo berdua gak usah ngaco deh ya!!!! Kakak gue itu straight dia normal dan lagian kakak gue suka sama kak Aldi si kapten futsal. Manaan mereka sekelas pun." Cetus Kiyla menyilangkan tangan di dada sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding belakang. Kebetulan dia duduk didekat jendela.

"Dan yang gue tau! Kakak gue dari kelas X emang udah suka sama kak Aldi. Apalagi pas tau mereka sekelas makin gencar kakak gue deketin kak Aldi. Walaupun selalu ditolak tapi gak ada pantang menyerah di kamus kakak gue." Sambung Kiyla yang ngebuat sahabatnya saling liat.

"Terus tadi yang gue liat sama si Tina toon siapa? Masa roh kakak Lo yang ada di UKS bareng sama kak Ayu yang cantiknya gak naluriah manusiawi." Cetus Lala yang udah menopang dagu dengan kedua tangannya didepan Kiyla.

"Bisa jadi itu emang kakak Lo kikil pantat ayam! Iya orang mata gue gak katarak kok. Jelas-jelas itu kakak Lo yang lagi cmiw-cmiw sama kak Ayu yang lempeng aja mukanya kayak jembatan Ancol. Lo nya aja yang gak percayaan dan kudet. Masa kakak sendiri nembak calon masa depan gak tau? Sejagat raya udah tau kalo kakak cantik nan bahenol Lo itu nembak kak Ayu." Ucap Tina menaruh tangannya di dagu sok mau jadi peramal dia sambil memicingkan mata.

"Alay Lo!" Jengkel Kiyla yang lebih baik melihat ke arah lain dan nemunya malah muka Lala yang lagi tersenyum lebar didepannya. Bikin Kiyla kepengen jual gigi ontanya itu.

Aha!

Tina menjentikkan jari membuat Kiyla dan Lala spontan menengok cewek itu yang lagi cosplay mba You. Sok-sokan meramal.

"Gue tau kenapa kak Dara suka sama kak Ayu! Mungkin dia capek kali setelah mendapatkan hati kak Aldi yang gak dapet-dapet dan beralih sama kak Ayu yang emang hampir sama dinginnya yah kayak kak Aldi. Bisa jadi kak Dara cari pelampiasan! Tapi gue heran dan gak habis thinking gue sama kakak Lo. Kok kak Dara mau sih suka sama manusia serigala yang mukanya itu selalu disetrika lurus aja. Manaan gak ada senyum-senyumnya. Kayak mayat muka dia tuh! Mana mirip banget kayak vampir berjalan." Cerocos Tina melihat Kiyla yang disebelahnya.

"Bisa banget Lo ngatain anak orang!" Cekikikan Lala.

"Iya coba deh Lo liatin matanya! Buset.... Bisa beranak dalam kubur kalo gue dilihatin sama tuh manusia es batu. Yang kalo jalan suka gak berekspresi. Suka merinding sekujur tubuhku tau gak sih. Manaan suka berkuduk bulu Roma ku."

"Kok Lo malah baca puisi."

"Itu nyanyi sayang, bedaaaa!" Gemas Tina mencubit kedua pipi Lala.

Kiyla cuma memutarkan bola mata melihat tingkah ogeb dari kedua sahabatnya. Tapi ada benarnya juga apa yang dibilang sama Tina. Siapa tau kakaknya Kiyla cuman cari pelampiasan gara-gara selama ini perasaannya tak pernah terbalaskan oleh Aldi. Terus kenapa harus Ayu? Emang gak ada apa cowok di dunia ini. Harus banget sama cewek yang sama kayak dia.

*Flashback off*

Kiyla menghela nafas mengingat kejadian tadi pagi pas di kelasnya yang membuat dia terus kepikiran sampe detik ini. Ingin bertanya pada Dara. Tapi dia takut menyinggung kakaknya. Kalo gak nanya sampe nahan kencing berdiri Kiyla penasarannya. Apakah benar Dara memiliki perasaan terhadap gadis yang sudah dijuluki ice girl di Nusa Bangsa. Tapi bagaimana bisa Dara dekat sampe bisa berduaan sama Ayu di UKS? Padahal semua orang sudah tau kalo Nathania Ayu Albert sosok yang paling susah buat didekati. Tapi Dara dengan mudahnya dekat dan sampe bisa ketahuan sama kedua sahabat Kiyla mojok di UKS bersama Ayu. Lagian mojok kok di UKS gak ada model bet, Dumel Kiyla.

Sedangkan Dara yang duduk disebelah Kiyla. Ternyata dari tadi lagi sibuk mengulik informasi soal kedekatan Ayu dan Adam. Pokoknya dia harus cari tau itu semua di akun instagramnya. Walaupun Ayu udah gak pernah memposting pembaruan di instagramnya. Tapi yang pasti dia harus dapetin bukti. Apakah benar Ayu sama ketua osis sekolahnya berpacaran? Sampe bilang sayang gituh. Emang dikira hati Dara ini sekuat Ultraman apa? Gak Ayu! Dara ini sakit Ayu akuin orang lain pacar:''

Yang Dara mau dialah orang yang nantinya Ayu akui sebagai seseorang yang dicintainya dan sebagai pacarnya. Bukan Adam! Yang jelas-jelas selama ini dia gak pernah liat Adam dan Ayu dekat. Iya gimana mau liat? Orang Dara kenal Ayu aja baru kok:)

Kan Dara juga gak perduli sekitar! Dulu pas fokus sama Aldi cuman Aldi seorang yang dia pikirkan dan menjadi pusat perhatiannya sampe gak memikirkan orang-orang. Dan sekarang fokusnya tertuju pada sosok dingin dan manusia kutub Utara yang menjelma sebagai gerandong saraf. Aw! Cinta itu sederhana banget ya. Baru juga ketemu beberapa hari sama Ayu udah ngebuat Dara sampe kepincut hampir meninggal nabrak pintu. Cuman pengen tau siapa nama pemilik gadis pianis yang ternyata mampu merenggut perhatian dan hatinya.

Satu nama yang mampu menggetarkan hati Dara! Dan kali ini Dara gak bakalan menyerah. Dia bakalan tetap memperjuangkan Ayu sampai Ayu mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Dara. Mau Adam atau cowok mana pun yang deketin Ayu! Gak ada yang bisa menghentikan langkah kaki Dara.

Benar saja!

Bahkan di feed cerita Instagram Ayu gak ada sedikitpun postingan soal mengatakan Adam atau kedekatan mereka berdua. Selama ini yang Dara liat juga Adam selalu dekat sama cewek lain. Salah satunya Disti sahabat terbaik dan terseksi Dara. Tapi kenapa Adam dan Ayu dekat sampe ngaku-ngaku sebagai sepasang kekasih? Apa jangan-jangan itu cuman buat mengelabui Dara saja. Agar Ayu bisa mengusir Dara lewat hubungan pura-puranya dengan Adam.

Maaf Ayu! Mau sekeras apapun dia menolak dan mengusir. Dara bakalan tetap teguh! Karena Dara percaya akan cintanya pada Ayu. Dia pasti bisa mendapatkan hati dari bongkahan es Atlantik itu.

Saat Dara lagi stalker akun Instagram Ayu sampe ke akar-akarnya dia bukannya menemukan soal hubungan Ayu dengan Adam. Malah menemukan setiap foto yang Ayu unggah sebagai spot favorit dan yang menjadi kesukaannya. Seperti musik, tempat wisata, makanan favorit dan lain-lain. Ternyata dia sosok yang sangat suka mengekpresikan apa yang disukainya. Tapi kenapa sekarang Ayu benar-benar tertutup? Pikir Dara.

Ternyata Ayu sama aja kayak cewek lainnya yang suka coklat. Dara pikir gadis kutub Atlantik macem Nathania Ayu Albert gak suka hal-hal berbau ciwi-ciwi. Ternyata sama saja! Ayu suka dengan makanan yang bernamakan coklat. Apalagi melihat postingan coklat yang berterbaran disetiap foto yang diunggah Ayu. Bahkan dia pernah mendatangi sebuah wahana pesta coklat yang di adakan di Perancis pada tahun 2010. Terlihat sekali dalam unggahan itu Ayu tersenyum lebar sambil menampilkan kedua lesung pipinya. Gigi kelinci depannya ikut diperlihatkan di foto. Ayu sangat menggemaskan pada saat itu. Sungguh! Hanya melihat fotonya tersenyum saja sudah membuat Dara bahagia.

Jadi ini yang namanya bahagia saat jatuh cinta? Hanya melihat dia tersenyum lewat foto saja sudah berbunga-bunga bukan kepalang. Dara benar-benar jatuh cinta pada sosok Nathania Ayu Albert. Sosok pendiam, misterius dan penuh teka-teki. Dara harus mencari tau apa penyebab Ayu bisa menjadi sosok tertutup dan dingin kepada siapapun. Dara yakin! Pasti dia memiliki alasan untuk itu semua. Dan Dara akan mengembalikan senyumannya seperti semula.

Dara janji Ayu! Dara bakalan buat Ayu bahagia. Kalo pun gak sama kayak dulu. Tapi seenggaknya Ayu bisa berbahagia dengan Ayu yang sekarang. Gak harus melulu menutup diri dari orang-orang. Batin Dara sambil jarinya mengusap layar ponsel yang memperlihatkan foto Ayu.

Bukan cuma coklat yang menjadi makanan favorit yang sering diunggah Ayu di akun instagramnya. Tapi dia juga sering memposting makanan Perancis yang menjadi menu kesukaannya. Sepertinya Dara harus menyimpan semua apa yang Ayu sukai dalam otaknya. Dan bisa saja ini menjadi langkah awal dimana dia bisa mendekati diri sama Ayu.

"Kak...." Panggil Kiyla menghentikan kegiatan Dara yang langsung menoleh kesamping melihatnya.

"Kenapa kikil?" Tanya Dara menaruh ponsel genggamnya dan fokus melihat sang adik yang lagi menggigit bibir bawah.

Terasa jontor banget rasanya mulut Kiyla pengen nanya. Tapi dia beneran takut nanti nyinggung perasaan kakaknya. Karena bagaimanapun hal itu teramat sensitif bukan? Apalagi hubungan antara cewek sama cewek. Dan bodoh sekali bisa-bisanya Dara menembak Ayu secara langsung tanpa rasa malu sedikitpun. Kan Dara mah gituh! Gak punya malu dia mah:'

"Non, bapak sebentar berhenti di supermarket gapapa? Soalnya ada yang mau di beli." Ucap sang supir dari depan.

Dara dan Kiyla kompak melihat bapak-bapak kolot yang sudah berumur setengah abad itu. Sedang tersenyum sekilas kepada mereka berdua.

"Emang bapak mau beli apa?" Tanya Dara dengan tampang polosnya.

"Biasa atuh Non, keperluan laki-laki." Ucap pak supir sedikit terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya.

Kiyla dan Dara langsung mengalihkan muka, malu! Ada-ada aja lagian Dara pake segala nanya gituh. Emang rada oon kakaknya tuh, jengkel Kiyla.

"Ya udah pak, berhenti aja gapapa kok." Ucap Dara tersenyum setelah melewati awakward bersama Kiyla dan pak supir.

"Non mau nitip sesuatu?" Tanya pak supir membuat kedua gadis itu kompak menggeleng kepala.

"Gak pak, bapak aja." Senyum Kiyla yang membuat supirnya mengangguk dan memutarkan setirnya memasuki area supermarket terbesar di kawasan Jakarta Pusat.

"Kalo gituh bapak keluar sebentar yah, Non." Senyum pak supir melirik kebelakang dan kompak kedua anak majikannya mengangguk-anggukkan kepala.

Setelah kepergian pak supir membuat Kiyla dan Dara saling diam kembali sampe lupa Kiyla mau nanya sama kakaknya. Gara-gara terhentikan sama perkataan dan kesaltingan pertanyaan Dara yang bikin mereka spontan bersemu. Apalagi disaat supirnya mengatakan keperluan laki-laki. Kiyla dan Dara juga bukan anak SMP yang gak ngerti dibalik perkataan itu. Sekarang mereka sudah beranjak remaja dan sudah akan dewasa setelah lulus sekolah. Apalagi Dara! Walaupun masih kayak anak-anak ternyata tinggal menghitung hari dia menuju kelulusan disekolahnya.

Dara celingukan ke sekitar dan saat lagi melihat kesana-kesini dia malah menemukan ide. Dimana dia punya ide buat lebih dekat sama Ayu. Ternyata benar yah! Ide tuh datang kapan aja. Buktinya Dara langsung nemuin itu disaat dia lagi celingukan doang padahal mah.

Dara menggendong tasnya kebelakang punggung melihat sang kakak yang mulai rapih-rapih. Kiyla sedikit mengernyitkan dahi dan menatap kakaknya.

"Mau kemana Lo?" Tanya Kiyla saat Dara membuka pintu mobil sedan hitam yang mereka tumpangi.

"Kakak Dara mau beli sesuatu. Kikil mau nitip?"

"Tadi bukannya gak mau."

"Iya tadi gak mau! Tapi sekarang mau." Nyengir Dara yang membuat Kiyla sedikit berpikir.

Kiyla daripada sendirian mending lebih bagus ikut kakaknya aja deh. Dia ikutan membuka pintu mobil begitupun sama Dara yang udah turun lebih dulu melihat sekeliling yang cukup ramai. Karena supermarket pada sore hari pasti sering didatangi oleh para karyawan pabrik yang baru pulang. Apalagi supermarket ini serba ada. Alias semua kebutuhan pokok, primer dan lain-lain ada disini. Jadi katakan saja! Bahwa supermarket ini cukup menarik perhatian kunjungan orang-orang buat datang kemari.

Kedua adik kakak itu mulai memasuki supermarket dengan jalan berdampingan sambil melihat sekeliling.

"Rame banget ya." Cetus Kiyla yang sedikit gak nyaman kalo berada di keramaian berbeda sama kakaknya yang malah terlihat santai dan menikmati suasana.

"Yang sepi itu hati kikil! Kan jomblo jadi cuman ada suara jangkrik doang."

"Hidih ngaca dong! Lo juga jomblo."

"Tapikan punya gebetan tuh!" Cibir Dara balik.

"Lagian gue heran sama Lo kak! Padahal udah tau kak Salman ganteng. Dia juga baik kok gue liat. Masih aja Lo suka ngejar-ngejar kak Aldi. Pantesan aja Lo di putusin orang Lo aja masih suka kegatelan sama kak Aldi."

"Kikil gak bakalan paham! Cinta itu bukan dipandang dari fisik."

"Terus apa?"

"Dari kenyamanan! Kakak Dara gak ngerasa nyaman pas sama Salman."

"Kenapa Lo mau?"

"Karena Salman yang minta dan katanya kasih dia kesempatan. Kakak Dara yang gak tega kan jadi terketuk pintu mata hatinya."

"Astaga alaynya!!!" Jengkel Kiyla dengernya sampe geleng-geleng kepala mendengar kealayan Dara.

"Kakak Dara kan rasain gimana saat mencintai seseorang tapi orang itu gak pernah ngeliat perjuangan kita kikil. Jadi, ya udah biarin Salman buat membuktikan cintanya dulu sama kakak Dara."

"Setelah itu?"

"Gak ada tanda-tanda kakak Dara punya perasaan sama Salman. Sebelum berhubungan kita sempat bersepakat kalo nanti kakak Dara gak punya perasaan apapun. Salman jangan sampe maksa apalagi nyuruh kakak Dara buat tetap berpacaran sama dia."

"Kalian putus habis itu?" Tanya Kiyla yang ngebuat Dara mengangguk menjawabnya.

"Secinta itu Lo sama kak Aldi? Sampe terus-terusan nolak orang yang suka sama Lo kak."

Dara cuman bisa tersenyum simpul dan mengambil troli sebagai alat buat dia nanti membawa barang yang akan dibelinya.

"Ngapain bawa troli?" Heran Kiyla.

"Kakak Dara mau belanja banyak hari ini. Besok mau buatin sarapan buat seseorang." Senyum Dara.

"Gak ada capeknya emang yah idup Lo tuh kak! Udah tau kak Aldi gak mau. Masih aja ngejar-ngejar." Cetus Kiyla mending dia berjalan kearah lemari es krim kesukaannya daripada harus menemani kakaknya berbelanja buat keperluan besok bahan masakannya.

Sudah bukan hal biasa Dara sering membuatkan Aldi sarapan. Padahal Kiyla yakin kalo pemberiannya gak pernah diterima. Dari sikap Aldi saja itu sudah mencerminkan dia kurang suka dan terlihat tidak menyukai kehadiran Dara. Kakak Kiyla ini cantik loh! Incaran anak sekolah tapi masih jadi rahasia umum kenapa Aldi tidak balik menyukai Dara.

Dara cuman bisa tersenyum sama apa yang dikatakan adiknya. Padahalkan masakan dia kali ini bukan buat Aldi melainkan gerandong sarafnya yang lebih saraf dari Aldi. Tapi bagaimanapun mereka berdua orang yang sama-sama dicintai Dara. Maksudnya yang satu pernah singgah di hati Dara. Nah yang satu baru datang dan semoga saja menetap bukan cuman singgah:)

Dara berbelanja sambil melihat bahan-bahan masakan yang ingin dia masak. Melihat postingan Ayu yang memperlihatkan kalo dia itu suka banget sama makanan Perancis. Jadi Dara inisiatif buat ngasih perhatian Ayu memaksakan dia sebuah sarapan croissant khas banget orang Perancis setiap pagi. Entah apa yang ngebuat gerandong saraf itu suka banget posting-posting makanan Perancis atau mungkin dia pernah tinggal di negara itu. Dara juga sempat melihat beberapa unggahan Ayu yang bertema gedung bukan layaknya orang Indonesia.

Bisa saja memang gadis dingin itu berasal dari orang luar. Walaupun mukanya Asia able banget. Tapi gak bisa dipungkiri tingginya udah kayak tiang listrik dan seperti orang-orang bule kebanyakan.

Dara mulai melihat-lihat bahan masakan apa saja yang akan dipakai jika memasak croissant. Dan jika tidak ada boleh memakai apa. Kan gak semuanya itu sama kayak Perancis. Ini bahan-bahan Indonesia siapa tau ada yang beda. Tapi normal seperti makanan biasa! Perancis juga bahan-bahannya sama persis kayak Indonesia pada umumnya. Walaupun Dara ini anak orang kaya raya yang terlahir di negara Konoha. Dia gak ada bule-bulenya. Asli bapak sama ibunya dari negara maritim.

Saat Dara lagi asik berbelanja sambil mendorong troli. Kedua mata brownnya tak sengaja melihat sosok perawakan tinggi yang tidak asing di penglihatannya. Dia sedikit menajamkan penglihatannya jika itu seseorang yang memang sangat dia kenal. Ya emang itu kayak gerandong sarafnya atau mungkin itu memang Ayu, pikir Dara.

Dara mendorong troli mendekati seseorang yang mirip sekali sama tuh manusia jin gerandong. Dimana dia lagi kebingungan mencari alat pereda nyeri buat orang menstruasi. Padahal tadi kakaknya cuman tolong beliin pembalut. Sekarang malah menyuruh dia buat beli obat pereda nyeri segala. Emang rada lebay kakaknya tuh! Padahal cuman nyeri karena menstruasi doang sampe sudah seheboh itu. Sampe merepotkan sekali harus banget adiknya membelikan.

Dan sekarang dia lagi kebingungan gara-gara gak tau mau beli apa. Ia benar-benar tidak tau obat pereda nyeri buat orang menstruasi itu apa. Karena biasanya dia kalo lagi nyeri karena menstruasi cuman cukup diem aja nanti juga sembuh sendiri. Berbeda sama kakaknya yang malah lebay cuman sakit menstruasi sampe mau beli obat pereda nyeri segala. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan rasa sakit sampai tidak perduli dengan kesakitan apapun. Dan bahkan sepertinya tubuh dia sudah mati rasa dengan rasa sakit.

"Ayu iya....."

Sontak yang punya nama menoleh melihat seorang gadis kecil yang lagi mendorong troli dan sudah berada disampingnya dengan senyuman lebar.

"Ahhh iya Ayu ternyata! Senengnya Dara bisa ketemu Ayu disini." Senyum Dara merekah didepan Ayu.

"Lo lagi!!!" Malas Ayu melihat bocil freak ini ada dimana-mana. Perasaan ini cewek selalu ada dimana aja dan kenapa takdir selalu saja mempertemukan mereka berdua, heran Ayu dibuatnya.

Dara langsung senyum lebar sampe sudut bibirnya melebar. Dia senang bertemu sama manusia gerandong yang lagi natap sinis. Ternyata takdir memang selalu berbaik hati sama dia. Mempertemukan Dara dan Ayu di supermarket pada sore hari. Tau aja kalo Dara emang gak bisa jauh-jauh walaupun cuman satu detik aja sama Ayu.

"Hai... Ketemu lagi Dara sama Ayu seneng deh. Emang beneran tali benang takdir kita tuh jelas banget. Ayu sama Dara buktinya selalu dipertemukan dimanapun." Ucap Dara berjalan mendekati Ayu.

"Ngapain Lo disin!!" Ketus Ayu menatap tajam.

"Ayu gak dimana-mana selalu aja galak iya. Dan Dara gak gak dimana-mana selalu aja mencari Ayu."

"Kalo Lo kesini cuman mau gombalin gue mending cabut sana!" Usir Ayu yang membuat Dara semakin mendekatinya.

"Gue bilang cabut! Lo ngapain makin nempel sih!" Frustasi Ayu dan ingin rasanya dia mencopot kepalanya. Udah mah lagi pusing gara-gara titipan sang kakak. Ini segala dia harus kedatangan tamu tak di undang.

"Karena hati Daranya ada disini." Senyum Dara yang ingin sekali Ayu menarik bibirnya itu biar monyong sekalian. Suka banget senyum heran.

"Kenapa liatin Dara kayak gituh? Cantik yah Dara makanya kenapa Ayu suka perhatiin." Ucap Dara dengan penuh kepercayaan dirinya. Saat Ayu memandangnya dengan tatapan dinginnya.

"Cih!" Desis Ayu dan langsung fokus kembali mencari barang yang ingin dibelinya yaitu obat pereda nyeri.

"Ayu kenapa sih selalu aja ketus sama Dara? Padahal Dara ini gemesin lhoo jadi orang."

"Gemes pengen dibanting!"

"Ihhh tau aja." Dara nyenggol bahu yang ngebuat sang empunya langsung menatap sengit. Memancarkan aura ingin membinasakan Dara detik ini juga.

Dara cuman bisa cengengesan pas ditatap setajam itu bukannya takut dia malah terlihat candu jadinya.

"Ayu gak boleh galak-galak gituh tau sama Dara! Nanti suka."

"Udah ya! Gak usah gangguin gue."

"Dara gak ganggu kok cuman lagi pengen berduaan sama Ayu aja."

"Lo gak ada kerjaan lain apa?" Tanya Ayu yang udah mentok dongkolnya terus diikuti Dara kemanapun.

"Ada! Memikirkan Ayu itu sekarang sudah menjadi sebuah pekerjaan baru buat Dara."

Ayu menghela nafas kasar mendengar itu. Benar-benar depresi kayaknya dia terus-terusan dihantui sama ini manusia childish. Dimana-mana selalu ada aja ini makhluk. Padahal dulu-dulu Ayu gak pernah perasaan ketemu Dara. Semenjak memang bertemu sama ini cucunguk cilik. Hidup Ayu jadi kurang tentram. Karena dia selalu di untit kemanapun oleh Dara.

"Ayu lagi belanja ya?" Tanya Dara yang melihat Ayu lagi memilih beberapa obat pereda nyeri ditangannya. Kayaknya gadis kutub itu lagi melihat kebagusan disetiap barang yang ingin dibelinya. Intelijen juga ternyata sosok manusia gerandong ini.

"Bagusan ini! Dara sering pake itu." Ucap Dara menunjuk sebuah barang yang sedang Ayu pegang. Dan itu sukses memancing perhatian Ayu yang langsung melihatnya.

"Lo yakin?"

"Iya, Dara sering pake itu kalo menstruasi."

"Kenapa?"

"Yhaaaaaa.... Karena sakitlah! Gimana sih. Orang kalo gak sakit masa minum obat pereda nyeri. Ayu ini kadang lucu yaa pertanyaannya."

"Bawel!"

"Ayu tuh ngangenin."

Ayu memilih pergi setelah mendapatkan barang yang diinginkannya. Barang yang Dara sarankan. Karena dia udah mentok jadi udahlah pake aja saran Dara. Siapa tau kakaknya langsung membaik dari perutnya yang keram akibat menstruasi.

"Ayu tungguin Dara dong!" Ucap Dara dari belakang tapi tidak digubris sama orang didepannya membuat dia sedikit mempercepat langkah dan mengejar Ayu mensejajarkan langkahnya.

"Ayu mau belanja apalagi?"

"Bukan urusan Lo!"

"Ayu mau gak belanja bareng sama Dara?"

"Emangnya Lo siapa?"

"Kenalin....." Dara mengulurkan tangan pada Ayu yang ada disebelahnya.

"Pelangi Aldara Silvana ratu bidadari yang turun langsung dari langit ke tujuh."

Ayu langsung menatap datar gadis disebelahnya yang lagi cekikikan. Dasar aneh! Ayu udah males banget seriusan berhadapan sama ini cucunguk satu.

"Kalo Ayu lagi luang waktu mau gak temenin Dara belanja?"

"Gak!"

"Anggap aja ucapan makasih karena Dara udah bantuin Ayu."

"Bantuin apa?" Ujar Ayu melihat Dara yang disebelahnya.

"Bantuin Ayu beli itu." Tunjuk Dara ke sebuah botol yang Ayu pegang ditangannya.

"Lo gak ikhlas?"

"Bukan gak ikhlas. Selama masa pdkt segala cara di halalkan." Senyum Dara mengembang menatap Ayu yang lagi natap dia.

"Karena gue orangnya gak mau berjasa sama orang lain. Oke, gue terima penawaran Lo!" Ucap Ayu mengambil alih troli yang Dara dorong ditangannya. Dia memindahkan barang yang sedang dipegangnya ke sebuah troli barang belanjaan Dara.

YA OLOH!

Ini lagi gak mimpi kan? Dara lagi bangun dan ini semoga bukan cuman mimpi. Ayu mau di ajak belanja bersama dan menemani Dara mengelilingi supermarket. OLA-OLA OLA-OLA OLA-OLA!!!!!

Dara langsung menepuk kedua pipinya memastikan bahwa ini bukan mimpi. Ini nyata! Seriusan. Nathania Ayu Albert mau di ajak belanja bersama di supermarket pada sore hari. Gak terlalu buruk:*

Dara tersenyum disamping wajah Ayu yang lagi lurus menatap ke depan sambil mendorong troli yang isinya itu barang pembelian Dara semua. Dia cuman beli pembalut sama obat pereda nyeri. Itu pun titipan kakaknya bukan milik Ayu pribadi.

"Makasih...."

Ayu langsung menoleh melihat kepada sosok gadis yang lagi senyum disampingnya. Kenapa tuh bocah? Sinting apa udah sawan tiba-tiba bilang makasih aja.

"Makasih karena Ayu udah mau temenin Dara belanja bersama." Senyum Dara gak tau deh gak bisa banget ini bibir mingkem. Maunya senyum aja terus kalo bawaannya sama Ayu.

"Gak usah kepedean!"

"Tapi kalo Dara udah kepedean gimana?"

Ayu cuman mengalihkan pandangannya dari muka Dara yang tersenyum sambil menggodanya. Dia lebih baik melihat ke sekeliling daripada melihat Dara yang tersenyum begitu manis. Ayu ini manusia biasa bagaimanapun dia akui Dara memiliki kecantikan yang bikin semua orang pasti betah menatapnya lama-lama.

Kedua gadis itu mulai berjalan beriringan mengelilingi supermarket dengan Ayu yang mendorong troli. Sedangkan Dara sedang memperhatikan wajah datar dan dingin itu yang begitu lurus kayak jalanan puncak.

Dara seneng banget tau gak sih sumpah beneran deh gak bohong. Dia sampe gak bisa menutupi kebahagiaannya. Senyuman terus saja tercetak lebar di kedua sudut bibirnya. Berjalan bersama berdampingan dan Ayu berada disebelahnya. Itu sudah seperti angan-angan Dara yang menjadi kenyataan. Akan sangat alay mungkin mengatakan bahwa dia juga ingin sekali dicintai oleh sosok yang ia cintai. Tapi nyatanya Dara memang ingin merasakan itu. Dia ingin rasanya dicintai oleh sosok manusia kulkas berjalan disebelahnya. Walaupun mereka sama-sama cewek. Namun tidak menjadi masalah bagi Dara. Yang terpenting itu Ayu! Dara akan menerima segala sesuatu dan konsekuensi yang akan terjadi kedepannya suatu saat nanti.

Tangan kanan Dara mulai terangkat dan melingkar di lengan Ayu yang mendorong troli.

Deg!

Langsung bereaksi jantung Ayu dan tertegun ditempatnya saat dengan lancang Dara mengaitkan tangannya ke lengan dia. Ayu sontak melihat gadis disebelahnya yang lagi mengalihkan mukanya ke lain arah. Apa coba maksudnya? Padahal dia melingkarkan tangannya tapi dengan seenaknya dia main melihat ke sekeliling. Gak tau apa kalo sentuhan tangan Dara itu membuat debaran jantung Ayu tak karuan. Dia malah lagi enak-enaknya buang muka. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Padahal sejujurnya Dara juga lagi nahan kesaltingannya saat dia melingkarkan tangan di lengan Ayu. Di buang mukanya Dara itu dia lagi menahan raut muka bahagianya supaya gak nari ular cobra depan Ayu. Dara cuman bisa menggigit bibir bawah dalamnya sambil menahan senyuman yang semakin melebar.

Detakan jantungnya semakin gak normal apalagi saat kulit tangannya bersentuhan langsung sama milik Ayu. Aw! Ampun deh Dara mau pingsan rasanya. Baru juga berpegangan tangan udah keringat dingin kayak gini. Gimana nanti mereka seriusan pacaran? Dara bisa sunat gorila jantan yang ada nanti.

"Gapapa kan?" Tanya Dara malu-malu terlihat sekali mukanya memerah. Dia memberanikan diri buat melihat Ayu yang lagi menatapnya tanpa ekspresi sedikitpun.

Ayu kembali membuang muka kearah lain. Ujung bibir Ayu mulai terangkat..... Dia tersenyum tipis, sangat tipis. Bahkan Dara tidak dapat melihat senyumannya. Entah kenapa melihat muka Dara memerah seperti itu malah terasa cute bagi penglihatan Ayu.

Dara jadi ikutan mengalihkan mukanya dari wajah Ayu. Ya Tuhan!!!!! Ini momen pertama kali yang ngebuat jantung Dara langsung maraton. Bisa berpegangan tangan seperti ini bersama gerandong sarafnya? Dan Ayu terlihat membiarkan hal tersebut. Sukses! Bikin Dara nahan aksi kejang-kejangnya.

"Gak usah mikir yang macem-macem!" Jutek Ayu saat Dara terlihat senyum-senyum sendiri.

"Kalo Dara udah mikir yang macem-macem gimana dong?" Goda Dara lengkap sama senyuman menggodanya.

"Belanja!"

"Iyaa ini mau." Ucap Dara yang mulai kembali fokus dan mengambil barang-barang yang ingin dibelinya.

Ayu sesekali melirik kearah gadis yang lagi berbelanja disampingnya. Untuk pertama kali dia akui. Sebagai wanita memang akan bertambah berkali-kali lipat kecantikannya saat sedang berbelanja. Dan itu terlihat dari sosok disebelahnya. Terlihat begitu mempesona saat Dara lagi asik memilih barang yang dibelinya. Kharismanya semakin terpancar saat gadis itu berbelanja. Apalagi saat kedua mata brownnya fokus terhadap barang yang dibelinya.

Ketika Ayu memperhatikan wajah Dara secara lekat-lekat ternyata dia mirip dengan boneka yang menjadi nyata. Bulu mata yang lentik. Alis yang tercetak rapih. Dara pandai dalam merias diri sampai bisa semenarik itu mukanya. Hidung yang mancung. Bibir yang tipis dan berwarna pink alami tanpa buatan sedikitpun. Walaupun memakai penambah sedikit dibibirnya agar wajahnya tidak keliatan pucet. Tetap saja! Semua ukirannya nampak sempurna. Sampai tidak ada lalat yang ingin buang tahi di wajahnya saking licin dan berkilaunya tuh muka kayak lantai Gereja.

Satu persatu bahan masakan mulai Dara masukkan kedalam troli masih dengan tangannya melingkar di lengan panjang Ayu. Sedangkan tangan kirinya mulai memilih bahan-bahan yang ingin dibelinya. Ayu juga tidak mempermasalahkan soal tangan kanan Dara. Dia malah terlihat mengamati Dara yang mengambil barang-barang. Ini sih ceritanya udah kayak pasangan beli kebutuhan belanja bulanan gak sih:"

Ayu langsung mengalihkan mukanya saat wajah Dara akan menengok kepadanya. Secepat kilat Ayu berpura-pura melihat ke sekeliling bukan kearah muka Dara.

"Ayu suka masak?" Tanya Dara menoleh melihat sosok gadis kutub yang lagi berbaik hati mau menemaninya belanja.

"Sedikit."

"Dara juga suka masak! Apalagi masakin makanan buat orang yang Dara sukai."

"Gak nanya!"

"Dara cuman mau ngasih tau aja!" Ucap Dara fokus melihat Ayu yang ternyata sekarang lagi liatin dia.

"Ayu tau Dara mau masak apa?"

"Gak tau dan gak mau tau!"

"Dara mau masakin croissant buat orang yang Dara cintai lho...." Antusias Dara bercerita tapi orang disebelahnya malah terlihat datar.

"Emangnya gue perduli."

"Tapi Dara perduli sama Ayu."

"Serah!"

"Jutek banget sih jadi makin suka."

"Udah buruan belanja! Nanti waktu gue banyak terbuang karena Lo."

"Iya sabar dong ini juga lagi belanja. Suami tenang aja yah biar istri yang belanja."

"Apaan sih!" Jijik Ayu mendengarnya sedangkan Dara malah cengengesan masih dengan memunguti bahan-bahan masakannya dimasuki kedalam troli.

Dara bilang tadi dia mau bikinin orang yang dia cintai croissant. Apa orang yang Dara cintai orang Perancis? Atau hanya suka saja terhadap makanan Perancis sama persis seperti dirinya yang memang pernah tinggal di negara itu. Saat perceraian Mommy dan Daddy. Dia gak langsung pindah ke Inggris melainkan ke Perancis terlebih dulu. Tinggal di negara Gramma. Kurang lebih 3 tahun lamanya. Walaupun Grandfa dan Gramma itu sudah menikah tetapi mereka berdua seringkali tinggal di negara yang berbeda. Ya begitu contohnya! Terkadang Gramma tinggal di Perancis dan Grandfa memilih tinggal di Inggris.

Ayu juga pernah mendengar bahwa pernikahan mereka berdua terjalin bukan karena cinta melainkan perjodohan. Jadi pas Gramma dan Grandfa nikah itu tidak ada rasa cinta sama sekali. Sudah seperti turun temurun keluarga Albert memang selalu saja menjodohkan anak-anaknya. Harus banget mendapatkan pasangan yang sepadan atau lebih kaya raya dari keluarga Albert itu sendiri.

Setelah selesai berbelanja mereka berdua mendorong troli atau lebih tepatnya Ayu yang dorong troli itu ke kasir. Sedangkan Dara lagi celingukan mencari keberadaan adiknya yang tak kunjung muncul. Padahal tadi Kiyla ikutan masuk kedalam supermarket tapi kemana tuh anak kecil? Gak mungkin hilang juga. Paling Kiyla lebih dulu masuk kedalam mobil yang penting sekarang Dara harus patut syukuri karena dia ditemani belanja sama gerandong saraf kesayangannya. Uwuw:"

"Totalnya jadi 550.000 ribu ya dek." Senyum kasir setelah menjumlah semua barang pembelian dari kedua gadis remaja didepannya.

Saat Dara akan mengeluarkan dompet kecil dari dalam tas gendongnya terhentikan sama perkataan Ayu.

"Biar gue aja!"

"Eh gak usah Ayu! Inikan belanjaan Dara kenapa jadi Ayu yang mau bayarin." Ucap Dara merasa tidak enak.

"Sekalian punya gue."

"Tapikan Ayu, Dara ngerasa gak enak kalo Ayu yang bayar."

"Anggap aja soal tadi Lo udah bantuin gue." Ucap Ayu tetap bersikukuh membayarkan belanjaan Dara dan mengeluarkan kartu kredit dari tas gendongnya. Lagian ini bukan punya dia kok. Kartu kredit ini milik kakaknya. Biar tau rasa sekalian Ayrin. Siapa suruh nyuruh-nyuruh Ayu. Dikira dia ini babu.

Dara cuman bisa tersenyum saat Ayu tetap kekeh membayarkan belanjaannya. Baik juga ini perwujudan es Atlantik. Di pikir kulkas berjalan gak bakalan punya hati nurani tapi ternyata Ayu emang orangnya baik cuman tertutupi sama sikap galak dan sangarnya aja. Saat Dara lagi senyum sambil memandangi Ayu. Tak sengaja matanya menelisik kearah keranjang coklat depan kasir. Dia mengambil itu dan menunjukkan pada kasir yang sedang sibuk memasukkan barang-barang ke plastik putih.

"Kalo ini biar Dara yang bayar." Ucap Dara tersenyum pada sang kasir dan merogoh uang dari saku roknya langsung memberikan lembaran uang itu ke penjaga kasir.

"Mau pake kantung plastik dek?"

"Gak usah Dara pegang aja." Ucap Dara yang membuat kasir mengangguk kecil dan melanjutkan kegiatannya.

"Buat Ayu." Dara memberikan coklat yang barusan dia beli langsung ke lengan Ayu yang berdiri berdampingan sama dia.

"Buat gue?"

"Anggap aja ini ucapan makasih kecil Dara karena Ayu udah bayarin barang belanjaan Dara. Ucapan makasih besarnya besok. Dara masakin croissant buat Ayu." Senyum Dara merekah.

"Bukannya Lo mau masak buat orang yang Lo cintai?"

"Iya Ayu orang yang Dara cintai."

Deg!

Sepertinya bukan cuman Ayu yang tersentak melainkan kasir juga. Semua orang yang ada di kasir langsung kaget dan terkejut mendengar penuturan Dara barusan. Dengan teramat berani tanpa rasa beban dan malu sedikitpun. Dara mengatakan itu didepan umum. Kalo orang lain mungkin akan segan tapi tidak dengan Pelangi Aldara Silvana. Dia kalo udah suka sama seseorang gak bisa buat ditahan-tahan. Ingat! Dara orang yang ekspresif segala apa yang disukainya pasti dengan mudahnya dia ekspresikan.

Ayu entah mengapa dibuat tersentuh bukan karena perkataan Dara melainkan perlakuannya. Dia rela ingin membuatkan sarapan buat Ayu apalagi memasakkan croissant. Dia tau betul tingkat kesulitan dalam membuatnya. Tapi Dara dengan suka rela dan teramat bersungguh-sungguh ingin membuatkan Ayu makanan kesukaannya. Sampai sejauh itu niat Dara ingin mendapatkan perhatiannya. Dia sampai rela mencari tau semua tentang apa yang disukai sama Ayu. Dan darimana gadis itu tau kalo dia suka sama croissant? Apa Dara stalker semua tentang dia, pikir Ayu.

Ekhem!

Dehem kasir yang mengalihkan perhatian dari kedua gadis yang lagi saling memandang. Mereka langsung beralih melihat kearah penjaga kasir yang sedang tersenyum.

"Selamat datang kembali adek dan terimakasih sudah berbelanja di toko kami." Senyum ramah kasir.

Dara membalas senyuman hangatnya sedangkan Ayu cuman mengambil kantung plastik yang diberikan kasir tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tak lama Ayu langsung berjalan keluar dan membiarkan orang-orang yang mengantri maju ke depan. Di ikuti Dara yang berjalan dibelakangnya keluar dari supermarket.

Kedua gadis itu sebentar berdiri didepan supermarket. Ayu juga mengambil terlebih dulu barang yang dibelinya. Dia mengambil pembalut dan obat pereda keram pas menstruasi. Untungnya dia gak seribet Ayrin pas lagi datang bulan.

Setelah mengambil barang-barangnya Ayu memberikan kantung plastik yang dipegangnya ke tangan Dara diterima dengan senyuman mengembang dari gadis mungil itu.

"Ayu sendirian aja pas ke supermarket?" Tanya Dara sekalian nambah waktu buat ngobrol banyak sama tuh manusia yang emang kalo ngomong irit bet.

"Iya sendirian tapi gak sih! Berdua tadi sama Lo."

Eh!

1

2

3

Ayu yang tersadar atas apa yang dikatakannya barusan langsung melotot sempurna. Apaan sih? Kenapa dia jadi ngomong gituh sama Dara coba. Pasti bocil freak itu makin kege'eran, pikir Ayu.

"Gak usah mikir aneh-aneh!" Ketus Ayu pas melihat Dara udah senyum selebar kuda joget.

Ayu langsung membuang muka dari pandangan Dara yang udah mesem-mesem gak karuan.

"Gue pulang." Ucap Ayu yang ingin menuruni tangga supermarket. Tapi ditahan pergelangan tangannya sama Dara.

"Sekali lagi makasih yah Ayu." Ucap Dara diiringi senyuman manis dibibirnya.

"Buat?"

"Karena udah mau temenin Dara belanja."

"Hmm...." Gumam Ayu sekalipun dia membantah buktinya memang ia menemani Dara pun. Tapi sekalian sama apa yang tadi dibelinya.

"Sekarang mending Lo pulang! Inget, besok Lo masih punya hutang ucapan makasih buat gue. Gue tunggu makanan dari Lo besok." Ucap Ayu sambil melengos pergi dan menuruni anak tangga.

Dara yang mendengar itu spontan langsung tersenyum senang. Ayu bilang apa tadi? Apa dia bilang menunggu makanan Dara besok. ARRRRRRHHH!!!!!! Ternyata gadis kutub itu menunggu masakannya. Apakah Ayu menantikan sarapan croissant yang akan dia buatkan.

Dara mengejar Ayu yang sedang menuruni tangga. Tak pake lama dia langsung memeluk tubuh jangkung Ayu dari belakang.

Deg!

Ayu sedikit mematung merasakan lingkaran tangan Dara yang memeluk pinggangnya dan wajahnya yang mengenai punggungnya. Apalagi hembusan nafas Dara yang begitu terasa di seragamnya. Itu membuat sensasi tersendiri bagi seluruh darah yang mengalir di setiap tubuhnya.

"Sampai ketemu besok! Dara janji bakalan buat makanan paling enak. Dara pulang ya. Ayu hati-hati bawa kendaraannya. Liatin jalan baik-baik." Ucap Dara.

Deg....

Deg....

Debaran macam apa ini? Kenapa jantungnya memompa sangat cepat.

"Gue bukan anak kecil! Gak perlu diwanti kayak gituh." Dingin Ayu melepaskan tangan Dara yang memeluk tubuhnya. Dia membalikkan badannya dan melihat Dara dengan tatapan seperti biasa, datar.

"Dara cuman ngasih tau aja. Dara gak mau kalo Ayu sampe kenapa-kenapa di jalan."

"Jangan sedikitpun Lo sentuh-sentuh gue!"

"Iya maaf, Dara cuman bahagia aja tadi pas bilang Ayu nunggu makanan Dara besok."

Saat Ayu akan pergi pergelangan tangannya dicekal sama Dara. Masih berdiri ditangga depan supermarket. Mereka kembali saling bertatapan dan memandang satu sama lain.

"Ayu tau kenapa lobang hidung itu atau dua?" Tanya Dara mendekatkan mukanya ke wajah dingin Ayu yang lagi natap dia tanpa sedikitpun ekspresi diwajahnya.

"Soalnya yang satu itu cuman Ayu di hati Dara."

Chup!

"Selamat ketemu besok sweetheart...." Bisik Dara di telinga Ayu.

Detik itu Dara langsung ngacir setelah mencium pipi kiri Ayu. Kemarin pipi kanan sekarang pipi kiri pula.

Dara bi like : biar gak sirik yang kiri.

Ayu memegang pipi kirinya yang barusan sekilas di kecup sama Dara. Melihat punggung Dara yang semakin ngacir masuk kedalam mobil sedan. Didalam mobil Kiyla dan pak supir udah pada melotot kaget melihat Dara yang mana meluk cewek terus sekarang main nyosor ngambil kesempatan aja.

Bruk!

Dara tersenyum setelah masuk kedalam mobil sambil memegang dadanya yang bergemuruh. Ya ampun! Jantung dia beneran gak aman setelah mencium tuh manusia gerandong. Matanya melihat kearah Ayu yang masih berdiam diri sambil melihat kearah mobilnya. Mata dia beralih melihat Kiyla yang sepertinya tercengang melihat kelakuan kakaknya.

"Jalan pak." Pinta Dara membuat sang supir mengangguk kecil dan melajukan mobilnya meninggalkan supermarket.

Ayu melihat mobil hitam yang tadi dimasuki Dara mulai meninggalkan parkiran supermarket. Dia masih memegang bekas ciuman di pipinya. Entah kenapa Ayu kayak kesetrum atas apa yang dilakukan Dara. Entah karena kaget atau ada sensasi lain dari dalam dirinya.

Dara.... sosok gadis childish yang mencari tau Ayu tanpa harus Ayu katakan apapun tentang dirinya. Memberikan perhatian tanpa Ayu minta. Dengan sendirinya dia begitu perduli terhadapnya. Sampe mau mencari tau segala hal tentang dirinya.