webnovel

Bab 28 Malam Minggu!

Ayu menghentikan motornya setelah sampai di rumah Dara. Dia mematikan terlebih dulu deru mesin motornya. Baru setelah itu melihat Dara dibalik kaca spionnya yang lagi kesusahan turun dari motor. Tubuh lima jengkal itu mana bisa mandiri turun dari motor setinggi cinta aku sama kamu. Jadi Dara cukup kesulitan turun dari motor jangkung milik gerandongnya.

Karena Ayu ini peka dan perasa. So, dia yang turun lebih dulu tapi sebelumnya menstandarkan motor KLX itu yang masih ada Dara diatasnya. Dia membantu Dara dengan mengulurkan kedua tangannya yang membuat bocil itu melihat kearah Ayu. Dara hanya bisa tersenyum dan selalu dibuat senyum sama tingkah Ayu yang kadang bikin LOVE-LOVE MOLLY!

"Apa?" Tanya Dara saat Ayu mengulurkan tangan. Dia tau gadis dingin itu pasti ingin membantunya. Tapi ia ingin sedikit menggoda manusia jelmaan es itu dengan senyuman tengilnya.

"Buruan!"

"Bilang dulu mau ngapain? Kan Dara gak tau. Siapa tau aja kan Ayu---"

"Gue bantuin." Sela Ayu menghentikan omongan nyerocos dari gadis yang sedang tersenyum mengembang didepannya. Dia hanya bisa melihat Dara dibalik kaca helm. Karena Ayu belum membukanya.

"Bilang dong." Ucap Dara.

"Lagian bawel!"

"Mana ada Dara bawel! Orang Ayu nya aja irit bicara."

"Udah buru! Kelamaan Lo ya!"

"Iya-iya galak banget deh."

Dara meraih tangan Ayu menariknya agar lebih mendekat.

Deg!

Ayu langsung mematung saat berdiri lebih dekat beberapa centi didepan tubuh Dara. Bahkan dia bisa mencium aroma tubuh serta rambut berbau strawberry dari kepala Dara. Baunya sangat khas! Ternyata gadis ini bener-bener suka sama buah merah kecil itu, pikir Ayu.

"Suka bet heran nempelin Dara." Senyum Dara.

"Pede!" Sinis Ayu mendelik.

"Terbukti kok orang Ayu diem aja pas deketan sama Dara."

Dara memajukan wajahnya ke muka Ayu yang ada berdiri didepannya hanya berjarak satu jengkal saja. Mungkin jika tidak ada helm sebagai penghalang. Wajah mereka berdua sudah bersentuhan.

"Ayu sekarang ternyata mulai suka yah nempelin Dara?" Tanya Dara membuka kaca helm dan mengedipkan sebelah matanya sama Ayu.

Tuk!

"Aahhh!!! Ihhh sakiiiiiiit...." Rengek Dara pas Ayu menyentil pahanya.

"Makanya gak usah sok godain gue."

"Kenapa karena Ayu takut tergoda, hmmm?"

"Mau turun sekarang apa perlu gue tendang langsung kedalam rumah?" Tanya Ayu.

"Serem binggo! Dasar gerandong saraf." Dara menangkup wajah Ayu yang memakai helm.

Chup!

"Dara sayang sama Ayu dan gak bakalan pernah bosen buat bilang gituh." Ucap Dara tersenyum setelah mencium bibir Ayu. Tepatnya mencium helm yang Ayu kenakan tepat dibibirnya.

"Up to you!" Ucap Ayu sedikit mengalihkan pandangannya dari muka Dara. Padahal dia pake helm. Tetap saja rasanya sangat malu saat Dara menatapnya seperti itu. Apa lagi ini sama jantungnya yang terus berdegup kencang saat Dara berhasil mencium dia. Perasaan ini selalu mampu mendobrak dan mengobak-abik seluruh hati Ayu. Geli, najis, jijik. Menjadi campur aduk kayak es kelapa. Namun sangat memabukkan.

"Dengerin Dara deh." Dara menggenggam kedua tangan Ayu masih dengan duduk diatas motor dan gerandong saraf itu berdiri dihadapannya.

"Di dunia ini hanya ada 5 orang yang Dara cintai. Mami, Papi, bang belek, kikil, sahabat-sahabat Dara. Terus yang terakhir yaitu Ayu. Mengapa Ayu, Dara letakkan pada urutan yang paling akhir? Dikarenakan Dara ingin Ayu jadi cinta yang paling akhir. Serta tidak ada cinta yang lain tak hanya cinta terakhir Dara pada Ayu."

"Bulshit!"

"Ayu gak percaya?"

"Percuma mau sepandai apapun mulut Lo bersuara. Mau semanis apapun itu bukan apa-apa dimata gue. Kalo Lo gak bisa ngebuktiin itu semua."

"Jadi Ayu mau Dara buktiin itu semua? Apa Ayu udah mulai buka hati buat Dara?"

"Gue gak tau."

ARRRRRHHHH YA AMPUN!!!!

Ingin rasanya Dara menjerit mendengar jawaban gadis kutub itu. Setidaknya ada kemajuan bukan? Dari awal Ayu selalu bilang dia gak pernah mau jadi pacarnya bahkan buat sekedar suka pun tidak. Sekarang Ayu mengatakan 3 kata itu. Saat di atap hotel pun Ayu bilang akan memastikan terlebih dulu hatinya. Itu berarti Dara punya kesempatan untuk menjadi kekasihnya. Semoga aja Dara bisa membuat Ayu meyakini bahwa dia bersungguh-sungguh mencintainya.

"Kata yang sangat simple yaitu I. Kata yang sangat indah yaitu love. Serta orang tersayang yaitu you. That's why i love you."

"Ck!" Decak Ayu sedangkan Dara cuman bisa cekikikan melihat respon datar dari gadis didepannya.

Dara mengalungkan tangannya di leher gadis dingin itu. Astagaaa jangan baper pemirsa!!! Cukup author aja yang dibuat kejang-kejang sama Ayra:"

"Minta tolong bantuin Dara turun iya sayaaaang."

Jangan senyum! Please Nathania jangan senyum. Tetap harus bermuka flat dan tetep harus pada pendiriannya. Gak boleh mudah bawa perasaan sama apa yang dikatakan sama gadis childish itu. Ck! Tetap aja jantung Ayu entah kenapa cenat-cenut rasanya pas dipanggil sayang sama Dara.

"Hem...." Gumam Ayu memegang pinggang ramping Dara. Dan sedikit mengangkat tubuh mungil itu dari motornya. Karena tenaga Ayu cukup kuat dengan mudah dia mengangkat tubuh Dara dan menurunkannya dari atas jok.

"Makasih...." Ucap Dara tersenyum karena Ayu membantunya turun dari motor KLX hitam itu.

"Em...."

"Dara juga mau makasih buat hari ini. Ayu udah mau meluangkan waktu buat Dara. Ngajak Dara jalan-jalan pokoknya Dara mau ngucapin makasih." Kata Dara memandang teduh kearah kaca helm yang belum dibuka oleh pemiliknya. Karena Ayu masih memakai helm dan entah apa yang dilihat oleh gadis dingin itu dibalik helmnya. Apa Ayu sedang melakukan hal yang sama seperti yang Dara lakukan sekarang? Memandangnya penuh dengan memuja.

"Oke."

Jawaban singkat itu membuat Dara hanya bisa tersenyum simpul. Selalu seperti itu singkat, jelas dan padat. Entah apa yang dipikirkan gadis dingin itu yang pasti ingin sekali Dara masuk kedalamnya dan memahami segala yang ada dipikiran Ayu. Agar Dara bisa mengerti apa yang dipikirkan gerandongnya.

"Sebenarnya masih banyak makasih yang pengen Dara bilang sama Ayu. Tapi Dara gak bisa ungkapin soalnya terlalu beruntun dan banyak. Yang pasti Dara makasih karena kehadiran Ayu membantu Dara menjalani hari-hari penuh dengan semangat."

"Iya."

"Dara makasih banyak-banyak sama Ayu."

"Udah bilang makasihnya?" Tanya Ayu yang udah muak dengernya.

"Belum! Karena masih banyak yang pengen Dara omongin. Yang pasti makasih."

Ayu melangkahkan kakinya mendekati Dara yang berdiri didepan dia sambil tersenyum dengan manisnya. Senyuman itu selalu melekat pada Dara. Bahkan sudah menjadi ciri khas Pelangi Aldara Silvana sosok ceria yang selalu tersenyum kepada siapapun. Dan entah sejak kapan Ayu mulai menyukai senyuman melengkung seperti bulan sabit yang tercetak indah dibibir pinky bocil itu.

Ayu membuka helm yang dikenakan gadis childish itu. Sedikit membuat Dara heran saat Ayu membukakan helmnya. Dia juga membuka helm yang dikenakannya. Tanpa mengatakan apapun sama Dara yang terlihat bingung sama tingkah laku gadis kutub itu yang selalu saja secara tiba-tiba.

Ayu menaruh kedua helmnya diatas motor dan kembali melihat Dara yang masih berdiam diri menatapnya. Karena sungguh sikap Ayu terkadang sulit sekali buat Dara pahami maksudnya. Kini gadis irit bicara itu hanya memandang Dara tanpa suara yang keluar sedikitpun dari mulutnya. Dan apa maksud dari tatapannya itu? Kenapa Ayu ngeliatin Dara dalem banget, pikir Dara.

Huft!

Ayu menghela nafas dan menarik pinggang Dara agak mendekat.

Deg!

Langsung terdiam Dara saat tubuhnya ditarik dan berhadapan secara dekat begini sama gerandong sarafnya. Pupil matanya langsung membulat saat mata Ayu menatap kedalam retinanya. Digun-digun tak karuan rasanya saat mata dingin nan tajam itu menatap dia tanpa ekspresi. Bukan karena takut! Melainkan ada esensi yang mengalir dari tatapan yang Ayu berikan. Menyetrum yang membuat semua aliran darah yang ada ditubuh Dara berdesir lebih cepat. Nyut-nyutan rasanya!

Sekarang yang dilakukan Ayu hanya menatap Dara tanpa mengatakan apa-apa. Entah apa yang dipikirkan gadis kulkas berjalan itu. Yang pasti Dara hanya bisa mematung dan membeku seketika. Ditatap seintens itu oleh mata elangnya. Hitam, tajam, dingin dan datar. Namun penuh ketenangan dan kedamaian saat Dara memandangnya. Mata hazel itu mampu mengunci Dara dalam bayangan matanya.

"A---- Ayu...." Gugup Dara saat Ayu terus menatapnya seperti itu. Karena Dara gak kuat, Tuhan tolong! Kenapa manusia ini selalu membuat Dara terhipnotis.

Ayu menurunkan maskernya ke dagu. Masker yang masih setia terpasang di mukanya. Tidak pernah dibuka dari semenjak Dara memakaikannya. Entah apa yang terjadi sekarang sama dirinya. Tapi yang pasti dia ingin..... Ingin sekali menyentuhnya.

Chup!

Dara spontan melonjak kaget saat Ayu tanpa mengatakan apapun langsung saja menciumnya. Gadis ini benar-benar seperti elang pemangsa yang selalu bisa menaklukkan mangsanya. Membuat Dara tak berkutik dan hanya bisa terdiam saat bibirnya kembali dicium oleh bibir mungil, hangat dan lembutnya.

"Lo gak usah bilang makasih. Karena gue bahagia bisa jalan sama Lo." Ucap Ayu setelah itu melepaskan bibirnya.

Dara?

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA EMAAAKKK ----- EH SALAH! KENAPA JADI EMAK? ARRRRRHHHH POKOKNYA DARA PENGEN LONCAT DARI LANGIT KE TUJUH.

Ayu cium Dara penonton! Dara di cium sama Ayu? Ya ampun pen teriak sambil getokin kepala pak RT rasanya.

Dara menggigit bibir dalamnya. Tahan Dara! Jangan sampe menjerit. Walaupun dalam hati dan batinnya udah dangdutan asoy geboy ahay duuuuuuuuuuttt. Pas Ayu... Ayu cium Dara! Arrrrrhhhh. Ini mah Dara rela gak mandi seminggu juga, benak Dara.

"Ayu barusan cium Dara ya?"

Ayu sedikit mengangguk sambil melihat sekelilingnya yang pasti gak berani dia liatin kedua bola mata Dara yang ada didepannya. Dia merasa.....

Gila aja Ayu apa yang Lo lakuin barusan! Kurang ajar main nyosor aja lagian nih bibir, batin Ayu.

"Gue gak sengaja! Sorry, kalo Lo gak suka." Ucap Ayu menggaruk kepalanya yang terasa gatal padahal gak ada kutunya. Tapi kenapa rasanya dia gatal dan.... Shy-shy.

"Siapa yang bilang? Dara suka malahan. Kalo mau kapan pun boleh." Senyum Dara.

Murtadosnya muka dia pas ngomong gituh bikin Ayu pen culik habis itu karungin kasih ke ikan Nimo. Gak deng! Dara terlalu ucul buat jadi makanan ikan. Mending Ayu jadiin istri aja, eaakk:*

Muka Dara terlalu baby face dengan umur segitu. Seharusnya muka seimut itu lebih pantas menjadi bayi yang baru lahir. Otaknya sengklek tapi tidak dengan muka polosnya.

"Em, tadi kalo gak salah.... Ayu bilang kalo Ayu bahagia. Ayu bahagia jalan sama Dara?" Tanya Dara yang menahan debaran jantungnya supaya gak melehoy depan Ayu.

"Gue bahagia."

Dara mengalihkan mukanya. ARRRRRHHHH! MAMIIIIIII! Dia kembali melihat Ayu dengan senyuman yang menahan agar tidak sampe goyang ngebor nari monyet depan Ayu.

"Dara lebih bahagia kalo gituh." Ucap Dara tersenyum lebar.

Ingin rasanya Ayu menyentuh lembut atas kepala gadis berambut blonde didepannya. Mengelus dan merasakan kelembutan dari setiap helaian rambut Dara. Tapi Ayu tidak ingin semakin jauh dan semakin dalam menikmati momen ini. Karena dia takut.... Takut akan kebahagiaan ini hanya sementara. Ayu belum siap buat jatuh untuk yang kedua kalinya. Sakit karena mencintai. Tapi Ayu tidak dapat bisa membohongi hati dan perasaannya. Dia bahagia bersama Dara.

"Orang tua Lo masih bangun jam segini? Soalnya gue mau pamitan pulang." Ucap Ayu.

"Ayu mau ketemu Mami sama Papi? Seriusan?!!" Senang Dara mendengarnya. Ini kali pertama gadis harimau itu inisiatif tanpa harus Dara minta terlebih dulu.

"Kenapa gak boleh?"

"Bukan gak boleh Dara malah bahagia dengernya." Dara menggandeng tangan Ayu masuk kedalam rumah.

"Ayok biar Dara kenalin sama calon mertua."

"Paan deh!"

Mereka berdua berjalan beriringan memasuki kediaman keluarga Mahendra. Rumah tempat tinggal Dara sekeluarga. Saat mereka masuk ternyata rumah tidak seramai kayak biasanya. Karena biasa mansion Dara itu pasti rame sama suara kebisingan abang dan adiknya. Tapi kini hanya terdengar suara dentuman jam. Dara celingukan mencari keberadaan sosok keluarganya. Tapi nihil! Mereka tidak ada di ruang tv bahkan dia ruang keluarga sekalipun.

"Mereka kemana ya?" Bingung Dara.

"Siapa?" Tanya Ayu yang lebih heran dari kebingungan Dara.

"Keluarga Dara."

"Mana gue tau! Kan Lo keluarganya."

Dara cuman bisa cengengesan masih dengan melihat kesana-kemari membawa Ayu menelusuri ruang bawah yang luasnya hampir kayak lapangan golf.

"Kayaknya mereka ada di atas deh Ayu. Sebentar iya Dara panggil dulu."

"Gak usah! Takut keluarga Lo lagi pada istirahat."

"Gak mungkin Ayu! Ini baru jam 8. Mana pernah keluarga Dara tidur sore-sore. Sebentar Dara panggil dulu. Ayu duduk aja dulu di sofa." Ucap Dara menuntun Ayu duduk di sofa ruang tengah rumahnya.

"Dara ke atas dulu, sebentar yaaa." Senyum Dara.

Ayu hanya mengangguk sebagai jawaban. Dara melangkahkan kaki menaiki tangga. Belum beberapa jauh dia berpapasan sama pembantunya yang turun dari lantai atas. Kayaknya baru selesai beres-beres.

"Bibi, Papi sama Mami ada di atas?" Tanya Dara.

"Non ketinggalan! Orang barusan Papi sama Mami begitupun sama aden Alex sama Non Kiyla pada pergi. Katanya mau ke pantai."

"Ihhhhhh ngeselin! Dara ditinggal dong."

"Lagian Non Dara yang tadi gak ada. Katanya dihubungi juga gak bisa."

Uhhh iya bener juga! Dara dari tadi siang cuman fokus jalan-jalan sama Ayu sampe gak ngeh sama apapun lagi. Emang dasar lagi mode bucin mah susah:"

Sampe gak perduli apapun lagi! Sampai lupa kalo ini hari Minggu dan kebiasaan mereka bakalan berlibur ke pantai Anyer. Bermain pasir dan bergulung-gulung sama ombak. Nanti Dara sama Kiyla suka main buat rumah-rumahan pasir. Setelah itu dihancurin sama abangnya. Sebahagia itu memang kebahagiaan Dara. Sederhana namun sangat mengesankan. Karena kebahagiaannya yang paling mendalam adalah bersama keluarganya. Sekarang dia tertinggal huhuhuhu. Tapi tak apalah! Mereka bisa piknik di lain waktu.

"Ya udah bibi, makasih." Senyum Dara dan kembali turun menghampiri Ayu yang lagi duduk. Dan ternyata sudah di suguhi oleh si mbok. Nenek tua yang masih dipekerjakan di keluarganya. Karena beliau sudah terlalu lama mengabdi pada keluarga Mahendra.

"Makasih mbok." Ucap Dara diiringi senyuman kepada si mbok yang membuatkan Ayu minum.

"Iya Non Dara, kalo itu mbok kebelakang lagi." Sopan si mbok sedikit menunduk dan berlalu pergi. Sempat senyum sama Ayu walaupun dibalas anggukan kecil oleh gadis kutub itu.

"Papi sama Mami lagi gak ada di rumah ternyata. Mereka lagi liburan" Ucap Dara duduk disebelah Ayu.

"Lo gak diajak?"

"Bukan gak diajak tadi kan Dara gak ada di rumah."

"Berarti Lo gak bisa jalan-jalan?"

"Siapa yang bilang! Kan tadi Dara jalan-jalan sama Ayu." Senyum Dara merekah.

"Cuman nonton bioskop doang."

"Itukan juga sama jalan-jalan! Yang penting kalo sama Ayu Dara bahagia."

"Serah Lo!"

"Kenapa sih Ayu suka banget bilang serah?"

"Emang harus bilang apa?"

"Kalo pertanyaan itu dijawab bukan dibalas sama pertanyaan." Dara mencubit hidung mancung nan melengkung kayak patuk burung perkutut itu. Aw/ udah ada yang berani main cubit-cubitan nih:v

"Iya gue gak tau mau ngomong apalagi."

"Dasar gerandong."

"Kenapa Lo suka banget manggil gerandong?" Tanya Ayu melihat Dara yang duduk disebelahnya.

"Karena Ayu kayak gerandong."

"Maksud Lo bentukan gue item, tinggi, besar terus rambutnya berantakan gituh?"

"Eh! Kok Ayu bisa tau bentukan gerandong!" Kaget Dara terkejut dia.

"Ibarat kata."

"Gak ada siapapun yang bisa mendeskripsikan gerandong padahal cuman Ayu doang."

"Terus kenapa Lo suka manggil gue gerandong? Kalo Lo aja gak tau gerandong itu kek gimana."

"Dara suka manggil gerandong sama Ayu karena itu panggilan spesial Dara buat Ayu. Anggap aja Ayu paling istimewa diantara yang lain."

"Kok gue mual dengernya."

"Emang kesayangan Dara ini beda dari manusia lainnya."

"Kenapa Lo suka?"

"Karena cuman kamu yang bisa membuka pintu hati ku."

"Cih! Bulshit."

"Di minum minumannya buatan mbok enak lhooo." Ucap Dara mengambil secangkir teh hangat buatan pembantunya.

"Ya gue minum nanti."

"Nanti kapan?"

"Iya nanti."

"Kapan?"

"Pelangi Aldara Silvana!" Dingin Ayu menatap datar.

Dara cengengesan sedikit mendekatkan tubuhnya ke Ayu, "Inget nama Dara ternyata."

"Udah deh diem!"

"Iya diem! Di hati Ayu gak kemana-mana kok."

"Selain childish Lo nyebelin juga ya!"

Dara menyodorkan minumannya sama Ayu, "Mau minum langsung dari tangan Dara?"

"Gak!" Ayu dengan terpaksa mengambil gelas yang disodorkan Dara tapi.....

"Eits! Dara yang suapin aja."

"Gue punya tangan."

"Iya tau! Biar terasa lebih indahnya."

"Paan deh!"

"Aaaaaaa..... Buka mulutnya."

"Gue bukan anak kecil!"

"Bakalan jadi anak kecil kalo kita nikah nanti."

"Siapa juga yang mau nikah sama cewek childish kek Lo."

"Liat aja nanti! Ayu yang bakalan kebucinan sama Dara."

"Ogah! Kurang kerjaan."

"Awas aja kemakan omongan sendiri."

"Gak akan pernah!"

"Dunia bisa terbalik tau."

"Cih!" Ayu buang muka dan malas berdebat sama tuh bocil.

"Nih diminum."

"Iya!" Sebal Ayu dan membuka mulutnya meminum teh yang Dara sodorkan kepadanya.

"Enak kan? Buatan mbok gak pernah diragukan." Dara menaruh kembali cangkir itu keatas meja.

"Keluarga Lo masih memperkerjakan pembantu yang udah tua kayak gituh?"

"Kata Papi sih kasihan, mbok juga udah dikasih uang pensiunan dari Papi kok. Cuman mbok nolak! Dia gak biasa katanya nerima uang tanpa bekerja."

"Keren."

"Apanya yang keren?"

"Pembantu Lo! Jarang zaman sekarang ada orang kayak gituh."

"Emang menurut Ayu orang-orang tuh kayak gimana?" Tanya Dara menyenderkan kepala di bahu Ayu. Sambil ngobrol dan menghabiskan waktu sama Ayu kayaknya bakalan jadi hal favorit buat dia mulai sekarang.

"Ngapain Lo nyender?" Tanya Ayu.

"Kenapa sih? Tadi aja kita nyender pas di bioskop."

"Kalo ada orang liat gimana?"

"Biarin aja! Bukannya bagus kan kalo semua orang tau perihal kita."

"Perihal kita maksudnya?"

"Iya kita! Ayu sama Dara."

"Jangan terlalu percaya diri! Jatuhnya sakit."

"Ayu suka gituh deh!" Dara mencubit pipi Ayu.

"Jadi sekarang minggir!" Ayu mendorong kepala Dara.

"Gak."

"Dih siapa Lo nyender-nyender?"

"Ayu mah ihhhh!!! Suka gituh."

"Apa?"

"Dara tuh heran sama Ayu kadang baik, tapi nanti jahat. Kadang lembut nanti pemarah. Kadang sweet nanti suka banget galak. Sebenarnya Ayu tuh kayak gimana sih? Dara pengen banget memahami Ayu."

"Gak usah pikirin itu! Pikir aja soal nilai Lo disekolah."

"Gak usah bahas itu bisa gak? Mentang-mentang rangking satu terus!" Jengkel Dara sama kesombongan gadis kutub Atlantik itu.

"Tau darimana?"

"Semenjak suka sama Ayu, Dara stalker semua tentang Ayu." Senyum Dara menusukkan jari jemarinya ke pipi Ayu.

"Segitunya?"

"Karena segitunya Dara mencintai Ayu."

"Omong kosong! Kalo Lo bosen juga suatu saat pasti bakalan pergi dengan sendirinya." Ucap Ayu menyingkirkan tangan Dara yang lagi bermain-main di area pipinya.

"Bisa gak sama orang tuh jangan berprasangka buruk mulu. Dara ini seriusan ya! Suka sama Ayu."

"Terserah Lo."

"Dasar gerandong!" Sebal Dara memindahkan posisinya jadi tiduran di pangkuan Ayu yang lagi duduk.

AW YA AMPUN!

Bisa bet nih bocil modusnya:v

"Ngapain Lo kayak gituh?" Sinis Ayu saat Dara malah merebahkan diri dan menaruh kepala dia di pangkuannya.

"Pengen lihat kesempurnaan fisik Ayu lebih sempurna dari sini."

"Najis!" Ayu memutarkan bola mata secara spontan mendengar perkataan menjijikkan Dara.

"Pertanyaan Dara belum dijawab lhoo...."

"Soal?"

"Soal persepsi Ayu tentang orang-orang."

"Mau denger jawaban apa dari gue?"

"Apapun itu! Dara bakalan dengerin kok."

"Oke, pada intinya gue punya trust issue sama manusia dan gara-gara itu juga gue gak percaya sedikitpun sama apa yang dikatakan dan dilakuin orang-orang."

"Gimana kalo orang itu ternyata beneran tulus mendekati Ayu?"

"Gue gak percaya sama ketulusan itu."

"Kenapa? Setiap orang kan pasti berbeda Ayu. Gak semuanya itu jahat kan?"

"Buktinya gue nemuin orang jahat. Dan karena kejadian itu sampai detik ini gue gak percaya sama kebaikan dan ketulusan orang sama gue."

"Ayu punya pandangan buruk sama semua orang. Tapi Ayu juga gak bisa menghakimi apalagi membenarkan bahwa semua orang itu jahat. Dara yakin kok! Alam punya cara tersendiri untuk bekerja." Dara menggenggam tangan kanan Ayu sambil mengelus lembut pipi kanan itu dengan tatapan sayunya.

"Orang baik mengajarkan kita arti bersyukur. Orang jahat memberikan kita pelajaran. Dan setiap orang itu pasti memberikan pelajaran pada hidup kita. Itu sebagai bentuk seleksi alam dan menumbuhkan kita sebagai sosok manusia. Dibalik itu semua apapun yang terjadi pada hidup kita sudah di rancang dan ditulis oleh Tuhan yang maha esa. Semuanya pasti mempunyai hikmah dan keberkahan."

Deg!

Ayu langsung tertegun mendengar runtutan kata yang keluar dari bibir pinky yang sedang memandangnya. Baru kali ini dia mendengar perkataan Dara yang dewasa seperti itu. Sangat bijak!

"Kasih Dara kepercayaan dan bakalan Dara buktiin kalo gak semua orang itu seburuk yang Ayu pikirkan." Senyum Dara meyakinkan.

Jadi ini alasan kenapa Ayu tertutup bet. Sampe menutup diri dari orang-orang. Dia selalu dingin dan datar pada setiap orang. Karena di masa lalu ada seseorang yang pernah menyakitinya. Dara gak tau kayak gimana masa lalu Ayu. Dia juga gak tau seterluka dan seterpuruk apa Ayu di masa lalu. Yang pasti saat ini! Dia ingin membantu Ayu keluar dari itu semua. Dara bersungguh-sungguh mencintai Ayu. Dan kebahagiaan Ayu adalah suatu keinginan Dara mulai saat ini.

"Trust me." Senyum Dara membelai pipi kanan Ayu.

Dara yang memang sedang rebahan sambil kepalanya ditaruh dikedua paha Ayu dengan leluasa bisa menikmati keelokan paras dari gerandongnya. Begitupun sama gadis jelmaan kutub itu dari atas bisa melihat jelas tatapan sendu nan lembut yang sedang menatapnya.

"Gue pulang!" Ucap Ayu yang ingin beranjak dari duduknya.

"Bentar!" Dara buru-buru bangun dari pangkuan Ayu. Dia menahan agar Ayu tidak cepat-cepat pergi.

"Apalagi?"

"Ini malam Minggu kan?" Sumringah Dara.

"Terus?"

"Gimana kalo kita jalan-jalan sebentar di perumahan Dara. Tau gak sih di taman depan itu ada karnaval. Kita bisa naik sepeda ontel disana. Karena Dara sering liat orang-orang naik sepeda ontel mengelilingi perumahan. Dara jadi pengen nyoba dan gimana rasanya."

"Buat apa? Gue gak suka naik sepeda."

"Dara suka!"

"Gue gak!"

"Kalo gituh biar Dara bonceng Ayu." Dara langsung menggandeng tangan Ayu.

"Dara..."

******

Ayu menatap datar sama bocil disebelahnya yang lagi berjalan santai sambil nyengir gaje. Saat dia berhasil membawa Ayu ke taman yang udah ramai pemuda-pemudi asik berbucin ria. Belum lagi sama bapak dan ibu-ibu yang gak inget umur pake segala suap-suapan kembang gula. Bikin batin Ayu ingin mengumpat saja.

Ayu menyilangkan tangan di dada dengan muka sedatar mungkin. Berbeda sama Dara yang terus tersenyum lebar melihat orang-orang yang pada rame bet mendatangi karnaval pada malam Minggu.

"Seru iya Ayu?" Tanya Dara tersenyum lebar sama Ayu.

"Apanya yang seru? Bau sampah."

"Ayu jangan gituh! Inget kita ini manusia yang masih nginjek tanah. Jadi jangan sombong kayak gituh. Karena di langit masih ada pesawat luar angkasa."

Huft!

Susah emang kalo udah o2n, pikir Ayu.

Ayu terlihat jengah dan muak sama kebisingan disekitarnya. Bukan karena panik attack melainkan akibat dia kesel. Dara membawanya ke tempat yang sangat tidak etis seperti ini. Apaan mereka datang ke karnaval yang pasti hanya masyarakat kalangan bawah. Ayu sungguh tidak level berada disini.

Walaupun perumahan Dara memang cukup elit dan besar. Tapi terlihat rumah warga sekitar tidak sebanding dengan rumah besar kediaman Mahendra sekeluarga. Jadi bisa dikatakan Dara orang paling berada diantara perumahan sini.

"Kak Dara....." Sapa anak kecil yang lagi naik komedi putar berdadah sama Dara.

"Hai Cici!!!!" Dara ikutan melambaikan tangan menyapa ramah anak tetangganya.

"Lo kenal?"

"Iya itu temen Dara." Senyum Dara melihat Ayu.

"Lo temenan sama anak kecil?"

"Seru tau temenan sama mereka. Lagian bukannya temenan itu gak pandang umur?"

"Terserah Lo deh." Ayu lebih memilih mengamati sekeliling daripada menanggapi pikiran absurd Dara.

"Kata Mami Dara kita boleh kok berteman sama siapa aja. Dan lebih baik berteman daripada harus bermusuhan kan?"

"Hmm...."

"Ayu sendiri punya temen siapa aja?"

"Gak tau."

"Berapa pun teman Ayu pasti pada intinya Ayu bakalan memilih Dara."

"Kok gituh?" Ayu sontak secara langsung menatap Dara yang berjalan disebelahnya.

"Karena kan Dara teman hidup Ayu."

"Mulai kumat!"

Dara cekikikan melihat gadis disampingnya yang muterin bola mata, jengah! Jengah rasanya sama omongan non faedah dari Dara. Entah kenapa Dara mulai menyukai kejutekan dari gadis kutub itu.

"Kita berhenti sebentar." Ucap Dara.

"Mau ngapain?" Heran Ayu tapi tangannya ditahan Dara supaya tidak pergi kemanapun. Dipegang sama gadis childish itu. Sedangkan dia hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ayu barusan.

"Pak boleh sewa sepedanya?" Tanya Dara sama bapak-bapak yang lagi duduk merokok sambil ngupi.

"Boleh neng." Senyum si bapak ramah. Dia langsung bangkit dan menghampiri kedua gadis remaja yang nyamperin tempat penyewaan sepeda ontel miliknya.

Lagian zaman sekarang masih jaman apa naik sepeda ontel, gerutu Ayu dalam hatinya.

"Ayu yang gowes ya?" Tanya Dara sama Ayu yang udah pasang muka entah mau kayak gimana. Yang pasti dia.....

"Bukannya Lo yang mau gowes! Barusan kan Lo bilang!" Kesal Ayu.

"Hihihihi.... Tapi Dara sebenarnya gak bisa bawa sepeda."

"Lo..."

Ishhh! Ayu udah gak habis pikir dan kehabisan kata-kata buat mengumpat keogeban Dara. Yang pasti dia..... INGIN SEKALI MENCINCANG BADAN KECIL DARA!!!! Ishhh.... Kesel bet sumpah. Anak ini beneran mancing emosi. Tau sendiri kan kalian? Dia yang ngajak kenapa jadi Ayu yang harus gowes.

"Ayok kita naik! Mau diem-dieman terus kayak gini?" Tanya Dara.

"Tadi Lo bilang mau Lo yang bonceng bukan gue!" Dingin Ayu tak terima.

"Gak tau kalo setinggi itu sepedanya. Lagian Dara kan gak bisa bawa sepeda." Senyum Dara tanpa dosa.

Ayu cuman bisa mendengus kasar. Dia naik keatas sepeda dengan perasaan dongkol sampe ingin sekali membanting tulang belulang Dara. Karena dengan seenak jidat aja memperlakukan Ayu kayak babunya gini. Dan bodoh Ayu mengiyakan lagi. Emang double kill!

"Buruan!" Omel Ayu.

"Iya sweetheart ini Dara mau naik kok. Tapi gimana caranya, hehehe...." Cengengesan Dara depan Ayu.

"Astagaaa!!!" Geram Ayu ingin rasanya dia menggali kuburan detik ini juga.

"Kalo Lo gak tau kenapa pake segala ngajakin naik sepeda tadi, hah?!"

"Iyakan Dara cuman mau naik sambil jalan-jalan."

"Buruan naik!!!"

"Iya ihhh sebentar, galak banget." Dara berjalan ke depan tepat di setang sepeda. Menaiki setang itu dan duduk membelakangi Ayu.

Tok!

Ayu yang kesal memukul belakang kepala Dara yang malah duduk diatas setang sepeda.

"Aduh! Sakit Ayu...." Rintih Dara melihat Ayu dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan disana oon! Naik dibelakang gue."

"Ohh, bilang dong."

Ayu cuman muterin bola mata, sebal! Sebal bet rasanya sama kebodohan boneka Anabelek satu ini. Dara berjalan kearah belakang dan naik keatas punggung Ayu. Nemplok kayak kunyuk sama Ayu.

"Astaga Dara! Lo bisa gak usah bertingkah sekali aja."

"Gini kan caranya?" Tanya Dara disamping muka Ayu.

"Bukan gituh!!!! Lo duduk diatas boncengannya Dara bukan di punggung gue!!!"

"Oh bilang dong." Cetus Dara berganti menjadi duduk diatas boncengan.

"Ogeb bet!" Dengus Ayu kayaknya harus banyak kesabaran menghadapi tingkah bloon Dara.

Bapak yang menyewakan sepeda dari tadi cuman bisa cekikikan melihat kedua gadis itu. Yang satu o2nnya gak ketulungan dan satunya galak bet kayak harimau. Indah sekali perbucinan Ayra:)

"Jadi neng mau nyewa berapa lama?" Tanya si bapak.

"Seumur hidup aja bisa pak?" Tanya Dara yang membuat Ayu mendelik tajam sama tuh bocil. Suka ngadi-ngadi bet kalo ngemeng.

"Nanti pas saya balikin sepedanya. Bapak boleh itung berapapun harganya." Cetus Ayu.

"Baik neng geulis." Senyum si bapak.

Ayu mulai menggowes sepeda ontel menjauhi tempat penyewaan. Dia perlahan-lahan melajukan sepedanya. Sudah lama juga tidak mengendarai sepeda. Dulu saat holiday ke Belanda dia dan Bintang suka banget menaiki sepeda. Tapi bukan sepeda ontel kayak gini juga. Pastinya sepeda di Belanda lebih kekinian dan bermacam ragam hiasnya. Karena di Belanda hal favorit memang mengendarai sepeda. Menikmati kota yang indah dan suasana yang bersih nan sejuk. Gak ada kemacetan kayak di kota Jakarta tercinta kita ini.

"ARRRRRHHHH YA AMPUN! YA OLOH!!!!"

"Astaga kenapa!!!" Kaget Ayu saat Dara berteriak dibelakangnya sampe terkejut dia. Hampir aja mereka nyungsep ke got gara-gara teriakkan Dara barusan.

"Ayu tau gak sih Dara bahagia banget!!!!! Hari ini Dara full bahagianya. Karena apa? Dara bisa seharian menghabiskan waktu sama Ayu. DARA BAHAGIA YA TUHAAAAAAN!" Jerit Dara berteriak heboh di boncengan Ayu sambil memeluk sangat erat sambil ndusel-ndusel ke punggung gerandongnya.

Sedangkan Nona Albert hanya bisa memutarkan bola mata, jengkel! Jengkelin bet rasanya. Tapi kejengkelan dia seakan memudar seiring melihat senyuman mengembang Dara dari kaca kecil di setang sepeda. Dia malah berganti tersenyum. Entah kenapa dia ikutan merasa bahagia melihat gadis childish itu yang lagi kerasukan reog dibelakangnya.

Gue juga bahagia Raa, bahagia banget! Dan sekarang kebahagiaan gue punya alasan. Alasannya karena Lo! Makasih buat kebahagiaan yang udah Lo lukiskan ini. Dalam kehidupan seorang pengecut kayak gue. Batin Ayu.

"Ayu tau Dara kayak Siti Nurbaya dan Ayu Srikandi."

"Siapa lagi itu?"

"Itu kedua pemeran film yang Dara sukai banget. Karena mereka pada kuat-kuat. Ayu tau kita kayak di zaman Siti Nurbaya yang suka naik sepeda kalo pacaran. Dara sama Papi sering nonton itu. Dan ternyata bener naik sepeda lebih indah sama seorang kekasih. Dan Ayu adalah Srikandi yang selalu menjaga Dara si Siti Nurbaya."

"Iya terserah Lo, Aldara! Gimana kata Lo aja dan semerdeka Lo."

Dara terkikik untuk yang kesekian kali setelah memancing amarah dari gerandong sarafnya yang punya kesabaran cuma setipis celana dalam. Dia malah cengengesan dibelakang tubuh Ayu. Terdengar ucul perkataan pasrah dari gadis didepannya. Terdengar frustasi Ayu menghadapi keanehan dari gadis childish yang memang cantik luar biasa. Tapi otaknya juga ikutan luar biasa OON!

"Ayu ayok kita nyanyi!"

"Nyanyi apa?"

Dara menarik nafas terlebih dulu sebelum.....

"SATU-SATU DARA SAYANG PAPI! DUA-DUA DARA SAYANG MAMI!!! TIGA-TIGA SAYANG ADIK KAKAK!!!! SATU DUA TIGA DARA SAYANG AYU SELAMANYA!!!!"

Ayu?

Udahlah jangan ditanya. Entah dia mau malu karena membawa gadis sengklek satu ini yang malah teriak-teriak diatas sepeda. Yang jadi tontonan semua orang. Apa dia merasa bahagia karena sikap kegilaan Dara mampu membuat dia tersenyum. Atau dia harus terbawa suasana karena Ayu merasa... Dia hidup kembali setelah kematian yang cukup lama dalam dirinya. Dara si bocil childish ternyata mampu membangkitkan kebahagiaan dari dalam dirinya. Yang membuat Ayu merasa malu, jijik, geli dan bahagia menjadi campur aduk jadi satu rasa. Kayak es kepal.

***~~~***

Ayu tersenyum terus senyum melihat langit-langit kamarnya. Setelah selesai membersihkan diri dan mandi berendam cukup lama di bathtub dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Gak tau kenapa bibirnya gak bisa kalo gak senyum. Kenapa rasanya malam ini dia bahagia banget. Menghabiskan waktu hampir seharian sama Dara. Naik motor ke mall, nonton bioskop sambil makan pop corn. Berpegangan tangan dan saling menyender. Rasanya begitu indah dan manis sekali. Dan tadi saat akan mengakhiri pertemuan mereka. Dara mengajak Ayu naik sepeda ontel. Itu bener-bener membuat Ayu merasa bahagia.

Bahagia sekali!!!!

Setelah sekian lama Ayu tidak merasakan kebahagiaan ini setelah kejadian buruk yang terjadi padanya. Malam ini Dara membuat Ayu kembali bahagia. Kebahagiaan yang sekian lama telah usai dan pudar ternyata kini kembali terukir karena tingkah dan kebersamaannya sama Dara.

Kenapa Ayu begitu bahagia malam ini? Padahal cuman hal biasa karena Dara doang. Apa benar Ayu sudah terjerat dan memiliki perasaan yang bernamakan cinta kepada Dara. Jika memang benar ini cinta itu berarti Ayu dapat mudah sekali mencintai Dara. Secepat itu! Hanya dalam beberapa waktu. Bahkan ini belum ada tiga bulan mereka dekat. Tapi Ayu sudah memiliki perasaan yang hampir membuat dia gila setengah modar.

Jadi ini rasanya kebahagiaan dicintai oleh seseorang? Bahagianya berbeda sekali saat Ayu mencintai Bintang. Bukan ingin membandingkan tapi kenapa saat bersama Dara. Ayu merasa kebahagiaannya lebih sempurna. Karena bukan cuman Ayu yang mencintai tapi Dara juga. Ayu jadi merasa dibutuhkan, diinginkan dan dimiliki oleh seseorang. Sampe Dara benar-benar rela berkorban dan memperjuangkannya.

Jadi begini rasa saat kalian sangat diinginkan dan dicintai oleh seseorang. Ayu benar-benar merasa hidupnya sempurna sekarang. Apa dia harus mengatakan kepada Dara? Bahwa dia sudah memiliki perasaan kepada bocil itu. Lantas apakah Dara ingin memiliki hubungan bersamanya? Apa sungguh Dara melakukan itu semua karena cinta.

Kenapa sih Ayu harus punya pengalaman buruk tentang orang. Dia jadi takut akan semua hal. Bagaimana caranya agar trauma itu tidak terus menghantuinya? Ayu juga ingin bangkit dan berdiri. Tapi kenapa rasanya dia selalu dibayang-bayangi oleh rasa takut di masa lalunya.

"Tuhan, jika memang benar dia adalah malaikat yang engkau kirimkan kepadaku untuk memberikan kebahagiaan. Maka tolonglah aku untuk menerima pemberian mu itu. Berikan aku sedikit kekuatan untuk mengambil langkah keberanian dari rasa takut yang terus menyerang dan menghantui diriku."

Cklek!

Pintu terbuka dan menampilkan Ajeng yang tersenyum menatap anak angkatnya sedang rebahan. Kedua tangan menjadi bantalan dan kakinya selonjoran ke lantai. Sedang apa gadis itu? Sepertinya lagi melamun, pikir Ajeng.

"Nat, yuk makan malam! Mimi udah masakin makanan kesukaan kamu."

Ayu yang mendengar suara Miminya langsung beranjak duduk dan melihat sang ibu angkatnya lagi berdiri di ambang pintu. Ajeng memang sangat baik dan selalu saja perduli kepadanya. Karena Ayu pulang malam. Jadi dia melewatkan makan malam hari ini.

"Yes Mimi, sebentar Nathania menyusul." Ucap Ayu.

"Baiklah jangan lama! Jangan terus melamun nanti jauh jodohnya."

"Paan deh!" Sebal Ayu.

Ajeng menutup pintu dan pergi dari kamar Nona mudanya. Niat dia ke kamar Ayu juga cuman mau menyuruh anak majikannya itu agar makan. Dan memberitahu bahwa masakannya telah matang.

Ayu bangkit dari kasurnya dan beranjak kearah pintu. Menyusul Miminya yang sudah lebih dulu pergi. Saat dia akan membuka pintu dan memegang kenop....

Ting!

Terhentikan oleh notifikasi yang masuk kedalam ponsel genggamnya. Dia sebentar melihat benda pipih yang lagi di charger diatas nakas. Dia inginnya masa bodo dan terlihat tidak perduli. Tapi kenapa ada dorongan dalam dirinya yang rasanya penasaran dengan satu notifikasi itu.

Dari siapa?

Biasanya Ayu bakalan acuh dan cuek bebek. Kali ini dia berjalan kembali kedalam kamar dan duduk diatas kasur.

"Gak salah kan gue buka?" Ucapnya pada diri sendiri. Dia mengambil ponsel genggam itu dan tersenyum cukup lebar sampe giginya terlihat. Ternyata Dara yang mengirimkan pesan lewat DM kepadanya.

Instagram!

Bocil✿ : Ayu udah nyampe kan?

Gerandong saraf♡♡ : udah

Bocil✿  : syukurlah Dara khawatir tauuuuuu

Gerandong saraf♡♡ : gak usah lebay bisa?

Bocil✿ : kalo dengan bertingkah lebay Dara bisa membuat Ayu bahagia. Dara rela:)

Gerandong saraf ♡♡ : paan deh!!!!

Gerandong saraf♡♡ : sama tidur! Anak kecil gak boleh begadang.

Bocil✿ : Iyaaaa belahan jantung Dara. Dara tidur nih. Ayu mau ngapain pas Dara tidur?

Gerandong saraf♡♡ : serah guelah!!! Apa urusannya sama Lo.

Bocil✿ : iyaa biasa aja dong:) kan Dara cuman tanya galak banget iyaa gerandong saraf pusat kehidupan Dara. Lagian kalo lagi masa pendekatan gak boleh marah-marah mulu nanti makin sayang lhoo.

Jir!

Apaan sih! Gini doang Ayu udah dibuat senyum. Rada gila dan geser emang otaknya. Cuman Dara yang bisa ngebuat Ayu sampe senyum pas baca chat seseorang. Hebat banget Dara bisa naklukin kulkas empat pintu:))

Ting!

Bocil✿ : Dara tuh benci banget sama yang menciptakan alphabet. Tau gak kenapa? Karena jauhin u sama i. Seharusnya kan u sama i itu melekat. Sama melekatnya kayak di hati Dara:)

Ayu menggigit jarinya dan tak terasa dia gigit atas ponselnya. Ponsel apel dibelah itu digigit kuat-kuat sama Ayu. Kenapa rasanya dia...

Susah buat dideskripsikan!

Yang pasti greget dan kepengen banget nabok bolak-balik muka Dara:)

Paan sih!

"Astaga Alice! Lo kenapa nadi panas dingin gini di gombalin sama tuh bocil." Ucap Ayu lagi-lagi Nona Albert ngomong sendiri cem orgil.

Ayu membuang nafas dan menetralkan radikal kebahagiaan yang Dara jalarkan ke setiap darah yang berdesir di tubuhnya. Dia harus kembali normal kayak biasanya. Apaan deh! Cuman Dara bukan Leonardo Dicaprio.

"ARRRRRHHHH GAK BISA! GUE BAPER ANJIM!!!!" Teriak Ayu dan guling-gulingan diatas kasurnya.

Heiiiii mana tuh Nathania kulkas empat itu, bermuka pucet kayak vampir berjalan. Mukanya lurus aja kayak triplek. Sedingin es batu kutub Atlantik. Sekarang? Kenapa dia malah kejang-kejang. Gak malu apa sama cicak yang tiap hari ngeliat aura datarnya dalam kamar:)

Ternyata lebih sempurna dan lengkap saat kedua orang itu saling mencintai dan menyayangi. Saat Ayu sudah mulai membuka hati dan Dara terus saja tanpa henti mengejar. Bagaimanapun Nathania Ayu Albert manusia bukan? Mau sedingin dan sedatar apapun dia juga bisa melting kalo di perhatiin. Dan bakalan nge-fly kayak mau terbang ke bulan kalo setiap hari Dara terus mendobrak pintu hatinya yang sekeras baja.

*Flashback on*

Setelah cukup lama mereka berdua naik sepeda baru selesai setelah 3 jam Ayu menggowes dengan lamanya. Emang rada gila bocil edan satu ini. Masa Ayu disuruh buat gowes dan bodohnya Nathania menurut saja lagian. Entah kenapa dia gak bisa nolak setiap apa keinginan Dara. Ada rasa gak tega buat dia nolak.

Aneh ya?

Padahal biasanya Ayu bodo amat sama orang. Nah ini sama Dara dia melemah seketika.

"Gue pulang!" Ucap Ayu setelah berdiri didekat motornya.

"Iya Ayu hati-hati! Inget iyaaa kasih kabar kalo udah sampe biar Dara gak nunggu dan mengkhawatirkan Ayu."

"Hmmmm....." Gumam Ayu memakai helmnya.

"Oh iya! Jaket gue ada di Lo kan?" Tanya Ayu kembali melihat Dara yang berdiri disampingnya.

"Hehehehe iyaaa.... Dara pikir Ayu lupa."

"Gue gak lupa! Mana siniin."

"Gak boleh buat Dara aja gituh?"

"Gak!"

"Pelit banget! Lagian jaketnya belum Dara cuci."

"Gak usah! Sini buruan."

"Ayu tuh kenapa suka banget begitu! Padahal jaketnya selalu Dara peluk kalo mau tidur."

"Biar apa?"

"Biar menganggap Ayu yang ada di pelukan Dara."

"Cih halu!"

"Biarin yang penting emang sekarang Ayu udah ada di pelukan Dara! Tinggal menunggu waktunya aja agar Ayu mau menetap." Senyum Dara.

"Terserah!"

"Jadi jaketnya gapapa buat Dara?"

"Hmmm, Lo ambil aja! Lagian gue banyak di rumah."

"Makasih."

"Buat?"

"Semuanya!"

Ayu cuma mengangguk kecil dan naik keatas motornya.

"Ayu...." Panggil Dara membuat Ayu kembali menoleh melihat gadis childish itu yang lagi tersenyum disampingnya.

"Iya?"

"Sekali Dara bilang Dara bahagia sama Ayu. Dan makasih karena Ayu udah mau ngasih kepercayaan dan nerima Dara sebagai sebagian orang beruntung yang bisa masuk dan diperbolehkan kedalam lingkaran kehidupan Ayu. Dara janji gak bakalan mengecewakan kepercayaan yang Ayu kasih sama Dara."

"Em... Iya! Kalo gituh gue pulang dulu." Pamit Ayu menaikkan standar motornya.

"Makasih buat malam ini sweetheart. Dara gak bakalan lupain kebersamaan kita sampai kapanpun. Ayu bakalan abadi dalam hati dan ingatan Dara. Karena cuma Ayu pemegang hati Dara sesungguhnya."

Chup!

"Hati-hati yaaa sweetheart bawa motornya." Senyum Dara mencium helm kanan Ayu.

Ayu?

Gak tau dia mau respon dan bereaksi kayak gimana. Yang pasti kesadarannya sedikit melambung tinggi. Kenapa makin kesini Dara semakin manis sih kalo dilihat-lihat. Ayu mengerjapkan beberapa kali matanya. Dia gak boleh baper sama apapun perlakuan dan yang dilakukan Dara kepadanya. Ingat! Waspada itu perlu karena gak semua orang baik.

"Gue pulang!"

"Selain kedua kata itu sebagai tanda berakhirnya pertemuan kita malam ini. Gak ada lagi apa?"

"Emangnya Lo mau denger apa?"

"Dara pengen denger yang lebih indah dan manis kalo bisa. Tapi kalo gak bisa biar Dara nikmati setiap momen kebersamaan kita."

"Gue bahagia malam ini dan alasannya karena Lo." Ucap Ayu menyalakan mesin motornya. Sebelum melajukan motornya dia sebentar melihat Dara.

Chup!

"Makasih buat kebahagiaannya malam ini. Lo bakalan tetap abadi dalam ingatan gue selamanya."

Ayu melenggang pergi membawa motornya dan membawa kebahagiaan Dara malam ini. Setelah mencium pipi kanan Dara. Walaupun pake helm tapi yang pasti Dara....

"YA OLOH MAMI! ANAK PERAWAN MAMI BAHAGIA BET MALAM MINGGU INI!!!!!" Jerit Dara berlari kedalam rumahnya.

Kebahagiaan yang cukup dinanti dan ditunggu-tunggu akhirnya Ayu sudah mulai membukakan pintu hatinya agar Dara bisa masuk kedalam.

*Flashback off*