webnovel

Daughter of the goddess of the moon

Takdir seakan membuat gadis bernama Zalthea Scarlett itu menjadi benang merah. Di setiap pertemuan yang menyangkut dirinya akan berakhir menjadi ikatan abadi. Kelahiran tiga anak kembarnya yang berawal dari sebuah kesalahan yang membuat ia pergi dari rumah dan memilih tinggal di Alaska, Jauh dari keluarganya. Membuat ia bertemu dengan sang kakak kandung yang mencarinya selama ini. Banyak misteri dalam hidupnya dan ditambah ia bukanlah seorang manusia biasa melainkan salah satu mahluk immortal, werewolf !? Meski tak ada tanda–tanda pada dirinya bahwa ia adalah mahluk itu. Dan yang membingungkan lagi tiga anaknya memiliki wujud Werewolf sedari bayi. Hingga suatu hari ia bertemu dengan pria yang memiliki wajah mirip dengan kedua putrannya. Pria itu bernama Jacob Dracon Echevaliar. Werewolf yang di segani di dunia immortal dan di sebut sebagai King oleh mereka. Entah kebetulan apa yang terjadi Zea merasa sangat kenal dengan pria itu? Tapi bagaimana bisa? Dan saat Zea menemukan sosok wolf dalam dirinya. Wolf–nya malah memanggil sang king sebagai mate, atau pasangan abadinnya! Takdir macam apa ini? Dan apa kah Jacob juga meraskan bahka Zea adalah matenya? Padahal semuanya tau bahwa sang king sudah memiliki pasangan abadi. Apakah yang moon goddes takdirkan untuk mereka ? hanya moon goddes yang tau.

RaraAthava_110703 · Fantasi
Peringkat tidak cukup
17 Chs

Part 1.

Gadis cantik berambut hitam sebahu itu menutupi mulutnya saat melihat benda kecil panjang yang di pegang tangan kanannya menunjukan garis dua. Oh ... tuhan? Dosa apa yang sudah kulakukan, hingga kau menghukumku begini? batinnya.

Tok...Tok...

Gadis itu terkejut saat mendengar ketukan pintu. ia segera menoleh ke kanannya dan menyembunyikan tangan kanannya kebelakang.

"Zea?" panggilan dari balik pintu.

Gadis yang di panggil zea itu mengatur nafasnya yang sempat memburu.

"Iya. Kenapa Dra?" tanyanya.

Pintu kamar terbuka dan menampakan empat gadis cantik di baliknya. "Boleh kami masuk?" tanya gadis berambut pirang sebahu.

Zea mengangguk sambil berusaha bangun dari duduknya, akan tetapi tiba-tiba kakinya merasa lemas andai saja gadis berambut pirang sebahu itu tidak menahan tubuhnya sudah di pastikan ia pasti sudah mencium lantai.

Zea mendongak. "Makasih, Dra" ucapnya sambil berusaha berdiri dengan benar.

"Sama-sama. Hati-hati Ze," sambung gadis itu saat Zea hampir kembali jatuh. Zea hanya membalasnya dengan cengengesan.

Diandra, gadis berambut pirang sebahu itu hanya menghela nafas sambil membantu Zae berjalan ke kasur Doraemonnya.

"Kamu kenapa sih, Zea. Kok lemas gitu?" tanya gadis berambut pirang panjang yang duduk di depan Zea, Reila. Zea mendongak kemudian menggeleng.

"Gak apa-apa kok, cuma kecapean aja mungkin" gara-gara bawaan bayi. sambung Zea dalam hati.

"Enggak ada yang mau kamu ceritaan ke kita, Ze?" tanya Diandra dengan suara pelan tapi masih bisa di dengar Reila.

"Cerita apa Zea?" tanya Reila dengan rasa penasarannya. Zea langsung menggelang dan kembali menunduk.

"Enggak ada kok" jawabnya kembali mendongak dan tersenyum.

Diandra awalnya diam kemudian ia menatap kesamping bawah Zea dan kembali mendongak menatap Zea. "Beneran?"

Zea dengan kaku kembali mengangguk. "I-iya" gumannya pelan

Diandra bangun dari duduknya. Kemudian berjalan ke samping Zea lalu membungkuk memungut sesuatu yang sedari tadi ia dan Klea tatap. Setelah memungut itu Klea menghampirinya dan keduanya terkejut dengan apa yang mereka liat.

"Lalu ini apa? Beneran enggak ada yang mau kamu ceritai atau jelasin ke kita gitu?" tanya Diandra sambil menyerahkan yang di pegangnya pada Zea. Zea yang sama sekali tidak tau apa yang di pegang oleh Diandra pun menyambutnya dengan santai.

"Gak ada kok, Dra. Emangnya ini apa... sih!!?" Zea terkejut melihat apa yang baru saja di berikan oleh Diandra.

"Penjelasan apa yang akan kamu berikan tentang benda itu? Kalau kamu mengelak dan mengatakan itu bukan punya kamu lalu itu punya siapa? Kok bisa ada di kamar kamu sih, Kami akan dengerin penjelasan kamu. Tapi kalau kamu gak mau jelasin ke kita setidaknya kamu jelasin ke Bunda Laila dan Ayah Hendra"

Zea diam menunduk sambil mengenggam erat benda itu. Ia sama sekali tidak tau bagaimana menjelaskannya pada para sahabatnya itu. Diandra yang melihat itu pun langsung memeluk Zea sambil mengusap pelan punggungnya.

"Kalau mau nangis, nangis aja. Jangan ditahan, kami akan nunggui kamu selesai nangis baru dengerin penjelasan kamu"

Setelah itu tangisan Zea pun terdengar. Meskipun tidak kencang tapi tetap saja terdengar memilukan. Ini pertama kali mereka mendengar Zea menangis seperti ini. Tangisan keputusasaan yang entah kenapa terdengar merdu!!

***

Tak butuh waktu yang lama Zea pun berhenti menangis dan mulai menceritakan kenapa dan bagaimana semua itu terjadi.

"Bukankah itu saat pesta ulang tahun Lola di adakan yah? Kalau gak salah waktu itu kamu memang mabuk tapi kamu gak minum-minuman berakohol, kan?" tanya Klea

"Itu enggak mungkin Lea. kamu tau kan jangankan minum, cium baunya aja Zea udah mabuk. Ini kamu minum dulu" protes Akia menjawab pertanyaan Klea sambil memberikan Zea segelas susu.

Reila yang penasaran dengan apa yang diminum oleh Zea pun mendekat dan berpindah duduk di samping Zea. "Itu apa?"

Zea melihat yang di tunjuk Reila. "Susu?" jawab Zea kurang yakin

"Iya, Ila tau itu susu buka bukan air putih. Maksud Ila itu susu yang di minum Zea itu susu apa? Susu sapi? susu kambing, kerbo atau susu-"

"Susu apa?" potong Diandra. Reila mengangkat bahunya. "Susu-susuan mungkin, Ila kan gak tau, makanya Ila nanya" ucap Reila sambil kembali melihat Zea yang masih meminum susu yang di berikan oleh Akia. Lama bener minumnya?! susunya itu segelas apa setong!

"Emm... " gumam Zea sambil menebak susu yang baru saja ia minum. "Susu untuk ibu hamil kan ini? Rasanya, Rasa vanila"

Akia mengangguk dan mengambil gelas kosong yang di pegang oleh Zea. "Iya, aku suka ngemil susu itu kalau lagi gak mood makan cemilan yang lain. Eh, Bentar? Kok malah bahas masalah susu sih? Kembali ketopik pembicaraan"

Diandra, Klea, Zea dan Reila serempak menggaruk kepala mereka seakan gatal.

"Oke kembali ke topik. Em, jadi kamu beneran positif hamil, Ze?" tanya Klea memastikan.

Zea mengangguk. "Kalau gak percaya kalian liat aja di kamar mandi banyak Testpack yang udah aku pake karena gak percaya, jadi aku gunain semua testpack di tas itu" jawab Zea sambil memainkan jari-jemarinya.

"Maaf" cicutnya pelan.

"Ngapain minta maaf? Kan kamu aja gak tau sama sekali. Sekarang yang harus kita pikirin itu tentang kandungan kamu. Kamu enggak akan lakuin yang kaya di tv-tv itu kan kaya-"

"Ya enggak lah, Dra. Apapun yang akan terjadi aku akan merawat dan membesarkannya walaupun tanpa seorang suami atau ayah sekalipun. Kalau bisa aku akan pindah dari sini dan tinggal jauh dari jangkau orang-orang kalau bisa" jelas Zea. Meskipun iya masih kecil dan tak tau apa-apa iya tidak akan pernah sekalipun berpikir menggugurkan atau apa lah itu pada kandungannya. Itu adalah kesalahannya karena lalai menjaga dirinya bukan salah janin yang ada dalam tubuhnya.

Keempat sahabat Zea tersenyum dan saling memandang mendengar ucapan Zea. "Kalau memang itu maumu... kami akan ikut denganmu!" ucap mereka serempak.

"Apa maksud kalian? Tidak! Kalian tidak harus menemaniku ini adalah hukumanku-bukan, ini adalah takdirku, jadi hanya aku yang harus menjalaninya bukan kalian"

Diandra mengeleng. "Kamu yang sudah memberikan kami kehidupan seperti ini Zea, jadi kami akan ikut denganmu apapun yang terjadi. titik tanpa koma" ucapnya dan di angguki oleh yang lain.

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian Zea, sekarang yang harus kita pikirkan itu negara mana yang akan menjadi tempat tinggal dan lahirnya baby Zea" ucap Klea semangat.

Zea nampak berpikir keras kemudian ia tersenyum. "Bagaimana kalau... Alaska!!! "

***