webnovel

Date A Live: The Execution Spirits

seorang pemuda lelaki korban kecelakaan disebuah jembatan membuat dirinya tereinkarnasi kembali, bukan ke dunia fantasi seperti yang dia inginkan melainkan kedunia Date A Live dari Light Novel yang terakhir ia baca. setelah tereinkarnasi kembali, ia berada ditubuh seorang anak lelaki berumur 10 tahun dimana ia dirawat oleh seorang pendeta yang mengasuh panti asuhan juga, dan memiliki semua ingatan yang tubuh ini miliki. Diingatan tersebut dirinya terkapar lemas dan darah membanjiri wajahnya sampai ia melihat sesosok yang tak asing dimatanya, seorang gadis berkuncir 2 dengan mata merah menyala dan mata kuning berbentuk jam sedang menginjak jasad ibunya, demi menghormati pemilik tubuh yang ia miliki saat ini, dirinya akan menghalalkan segala cara demi melampiaskan dendam yang dimiliki oleh tubuh asli orang ini.

Nara_Ryuko · Komik
Peringkat tidak cukup
38 Chs

Chapter 33 Keusilan Witch

Setelah dari rapat semalam, Oberon tidur lebih dulu karena dampak dirinya kepada Natsumi tidak terlalu besar ketimbang Shido yang selalu bersamanya lebih lama.

"hoaamm... Harusnya besok dia sudah bergerak. Penasaran kira kira orang itu berada bertindak gak ya?" ujarnya yang kini berada didepan pintu kamar.

Jam menunjukkan pukul 11 malam dari pada dirinya terlambat ke sekolah jadi ia memutuskan untuk tidur.

***

Keesokan harinya melihat sudaj jam 06:20 dan Shido masih berada ditempat tidurnya, ia mencoba membangunkannya agar tragedi yang akan menimpanya nanti tidak terjadi.

"oi shido bangun, sudah jam berapa ini" ucapnya sembari menepuk nepuk pahanya yang masih berada didalam selimut.

"mnnhh... Kau duluan saja, tolong bilang kepada Tama-chan jika aku akan terlambat hari ini"

"hahhhh... Menjadi penaklul Spirits benar benar merepotkan ya... Ya sudah kalau begitu aku duluan"

Ia segera berjalan menuju pintu kamar lalu pergi meninggalkan Shido yang masih mengantuk karena ia pulang dari rapat dijam 2 pagi dini hari.

Ketika sampai didepan pintu gerbang sekolah, ia mulai menguap karena merasa kurang tidur dan pergi ke kantin untuk membeli sebuah roti yakisoba lalu kembali ke kelas.

Ketika sampai dikelas, ia segera duduk dikursinya lalu membuka tasnya dan mengambil 1 kaleng kopi yang ia beli di vending machine saat perjalanan menuju sekolah.

"Oberon, apa kamu melihat shido? Kupikir kalian akan datang bersamaan"

Sembari mendengar kata kata Tohka yang berada disampingnya, ia membuka kaleng tersebut lalu meminumnya sedikit

Gleek... Gleek...

"ahhhh...! Katanya sih bakal telat, semalam rapatnya pagi dini hari baru selesai, jadi kasian juga kalo memaksa dia berangkat ke sekolah" ujarnya.

Baru saja ia bicara seperti itu, datanglah Shido yang baru saja membuka pintu belakang kelasnya.

Oberon yang tau itu adalah Natsumi hanya melihatnya dan berpura pura jika yang datang adalah shido.

'nah... Biang keroknya datang' ucap dalam hatinya sembari memakan roti yakisobanya

"yo... Tohka bisa kami kemari sebentar? " ujar Shido.

Mengetahui apa yang akan dilakukannya, Oberon disini tutup telinga dengan memakai earphone dan fokus kepada makanan serta beberapa lagu soundtrack minecraft.

Shido telah melakukan berbagai macam hal senonoh mulai memegang dadanya Tohka, memojokan gadis sampai melakukan kabedon, dan berbagai macam godaan lainnya yang begitu melecehkan dan memainkan hati seorang wanita.

'hahhhh... Itu orang bisa-bisanya kabur saat jam pelajaran, ya kita lihat saja. Paling langsung ku fatality kalau dia sudah macam macam denganku' ujar dalam hatinya yang kini fokus terhadap pelajaran dari wali kelasnya.

Pelajaran terus berlanjut dan kini sudah waktunya istirahat makan siang. Dirinya terus menatap pintu belakang kelas karena shido biasa membuka pintu itu untuk ke tempat duduknya.

Baru saja membukanya, seisi kelas menatap Shido dengan tatapan sinis.

"masih berani juga kau kesini brengsek! " ucap seorang gadis berambut pirang.

"Ai?.... Memangnya apa yang aku lakukan"

"tidak usah pura pura, kau beraninya meremas dada tohka didepan kami semua, lalu memainkannya hati seorang wanita. Bahkan kau berlarian dan mengangkat rok Mai dan Mii"

"najis gua..."

"apa?! Itu tidak mungkin aku baru saja datang ke sekolah karena kesiangan"

"itsuka shido! " seruan Tohka

"to-tohka...! "

Dari raut wajahnya Tohka seakan marah kepada dirinya.

"jika kau mau melakukan hal seperti itu lagi tidak akan kubiarkan. Tapi setidaknya bilang dulu jika mau melakukan itu biar diriku siap...." ujarnya yang diakhiri dengan eskpresi malu malu.

Oberon hanya diam dan melirik kearah shido yang mulai dikerubungi gadis gadis seperti Ai, Mai, Mii, Tohka bahkan Origami yang baru aja datang dan memaksa shido melakukan apa yang dilakukan telah ia lakukan kepada mereka berempat kepada dirinya.

Dirinya pun mulai menepuk jidatnya karena ia harus ikut campur dalam masalah ini.

"ini gak bisa dibiarin" ucapnya.

"hahh... Padahal masih muda tapi pikunnya seperti orang tua" ujar Mai...

Ia segera berdiri dari kursinya sambil menepuk keras mejanya sendiri.

BRAK

Pandangan mereka langsung fokus kepada Oberon yang kini perlahan mendekati mereka dengan tatapan penuh emosi.

"tunggu... Kau kenapa Oberon? Jangan bilang aku melakukan sesuatu juga padamu!? " seruan Shido

Ia pun langsung memegang kerah belakang Shido dan membawa kabur Itsuka Shido dari dalam dengan cepat.

"jangan biarkan dia lolos!!" Ai

"semuanya ayo tangkap shido!! "

"shido!! "

Mereka semua mengejar Shido dan berlari dikoridor untuk mengejarnya. Yang padahal dirinya sudah bersembunyi bersama Oberon didalam ruang kelas sebelah.

"sebenarnya kenapa sih. Kenapa mereka tiba tiba mengejarku!? " tanyanya kepada Oberon.

"ya mungkin bisa dibikang ada seseorang yang menyamar menjadi dirimu sejak tadi pagi" jawab Oberon sembari mengecek keadaan diluar dengan sedikit menggeser pintu kelasnya.

"sepertinya sudah aman" ujarnya.

Shido dan Oberon segera membuka pintu kelas itu lebar lebar lalu keluar dari sana. Baru saja berada diluar kelas beberapa detik, Shido langsung pergi melarikan diri darinya.

"sepertinya sudah mau dimulai permainan Hide and Seeknya ya" ujarnya

Dirinya segera kembali ke kelasnya kembali kemudian melanjutkan mengetik novel miliknya disebuah laptop milik Ellen.

Waktu jam istirahat telah usai, kini ia melihat Shidou yg kembali bersamaan dengan Origami dan Tohka.

Lalu mereka berdua menjelaskan situasinya tentang ada seseorang yang menyamar menjadi Shidou baik dari penampilan serta nada bicaranya.

Ya meskipun sudah dijelaskan berapa kali kepada pihak korban yang telah mengalami pelecahan tersebut, kecuali para Spirits kembar tetap saja mereka tidak mempercayainya.

Sedang disini Shido kembali ke kursinya yang berada disampingnya dengan tubuh yang kelelahan karena tidak makan sama sekali.

"hari yang melelahkan bukan? " tanya Oberon sembari memberikan senyuman meledek

"haa... Begitulah, tak kusangka ia langsung melakukannya hari ini" balas Shido dengan ekspresi lemas.

Setelah itu mereka melanjutkan lagi 3 jam pelajaran sekolah kemudian kembali ke rumah.

Ketika sampai rumah, dia akhirnya meminta izin kepada Kotori dan Shido perihal tentang insiden yang dialami oleh shido hari ini.

"Kotori, sebelum itu bisakah aku minta izin untuk pergi ke London? "

"hahh?! London? Untuk apa kau kesana? Kita tidak ada waktu untuk liburan. " jawabnya

Mengingat kejadian apa yang dirinya alami, ia pun langsung menyela ucapan adiknya sendiri.

"tunggu dulu kotori. Aku hampir lupa memberitahumu, hari ini Natsumi menyerang sekolah dengan menyamar menjadi dirikudan membuat namaku menjadi buruk hari ini" ujar Shido

Hanya mendengarnya saja ia sudah tau apa maksud dari Oberon meminta izin kepada dirinya ke London

"hoohh... Baiklah, jadi kau mau izin berapa hari? "

"kurasa 2 hari saja cukup. Aku harus melihat keadaan dipanti asuhanku semoga Spirits labil itu tidak mengacau di London" ujar Oberon.

'ya meskipun aku tidak begitu yakin dia bisa leluasa diLondon' ucap dalam hati Oberon.

"baiklah, aku akan meminta Reine untuk permasalahan surat izinmu. Jadi kapan kau mau berangkat? " tanya Kotori sambil melipat kedua tangannya.

"lebih cepat,lebih baik. Malam ini" jawabnya dengan nada tegas.

Mereka berdua diam sejenak setelah mendengar pernyataan dari Oberon. Disini Shido paham betul ia begitu khawatir dengan anak anak dipanti asuhan begitu pula dengan kakak Jessica yang sudah mengurusnya. Jadi Shido berinisiatif untuk membantu mengemas barang barang milik Oberon dikamarnya.

"kalau begitu aku akan bantu mengemas barang-barangmu--"

"ah tidak perlu, aku langsung saja kesana. Lagi pula hal yang kubutuhkan sudah ada didalam tasku" ujarnya sembari memberikan senyuman pada mereka berdua.

Oberon segera menuju pintu keluar dan membukanya, tentu ia tak lupa untuk berpamitam dengan mereka berdua.

"kalau begitu aku pergi dulu ya" ucapnya sembari mengangkat tangan kirinya dengan senyum diwajahnya

Suara pintu tertutup berbunyi mengisi kekosongan rumah keluarga Itsuka. Karena hanya dirinya sendiri, jadi Shido tidak dibantu memasak lagi seperti saat Oberon masuk kedalam kehidupannya.

***

Pukul 17:50 didalam pesawat ia melihat langit yang mulai diselimuti kegelapan malam dan cahaya mentari mulai terlelap dibalik jendela.

"hahhh... 14 jam ya, berarti jam 5 pagi aku baru sampai disana. Kurasa aku akan menghabiskan waktu 8 jam dengan tidur dan 6 jam melanjutkan karya novelku"

Kemudian Oberon memakai earphone dan menyalakan music serta memakai tas miliknya sebagai selimut agar dirinya bisa istirahat lebih awal

'katanya sih bakal ada project Goetia, apa project pesawat itu sudah selesai? Kalau sudah pasti enak sekali bisa berpindah pindah dengan cepat' ucap dalam hatinya

Ia segera memejamkan matanya lalu tertidur disana.

***

14 jam telah berlalu, hanya tersisa 20 menit lagi untuk mencapai bandara London. Kini dirinya sedang berada dikamar mandi pesawat dan melihat dirinya sendiri disebuah cermin.

'sudah 14 tahun aku didunia ini. Dan sama sekali tidak hal yang membuatku tertarik untuk tujuan hidupku, semuanya bisa kubunuh dengan mudah terutama para Spirits. Tapi yang jadi pertanyaannya adalah apa ? Setelah berhasil kubunuh semuanya terus apa? Jika kubiarkan semuanya mengikuti alurnya terus apa? Mengapa tidak ada yang spesial didunia ini? Bukannya masuk kedalam sebuah cerita favorite adalah hal yang diinginkan semua penikmat cerita ? Apa yang salah? '

Pikiran serta batinnya mulai bergejolak, ia terus mempertanyakan apa yang harus dirinya lakukan setelah semuanya usai, Membuat waifunya jatuh hati kepada dirinya didunia ini itu mustahil.

Ia pun kembali lagi ke kursi penumpang dan mendengar suara dari pramugari jika 5 menit lagi mereka akan melakukan pendaratan.

Setelah melakukan pendaratan, ia segera menuju pintu keluar dan sambut lembut kepergiannya oleh seorang pramugari.

"terima kasih atas penerbangannya,semoga perjalanan anda menyenangnkan" ucapnya disamping pintu keluar.

"ya tentu saja..."

Setelah satu langkahnya keluar dari pesawat topeng Jester sudah terpasang diwajahnya.

"semoga perjalanan kumenyenangankan"

***

Dirinya segera menuju ke pengecekan barang lalu pergi dari sana karena hanya tas saja yang berisikan laptop, dan kabel chasnya.

Baru saja ia keluar dari bandara, ia melihas seseorang yang tak asing. Seorang gadis berambut pirang terurai dengan mata berwarna biru lapiz lazuli yang memakai pakaian kasual serta topi berwarna merah.

"wah akhirnya sampai juga ya~" ucap gadis itu dengan nada lembut

Hanya sekali mendengar'kan saja ia tahu jika Westcott yang mengirimnya membuat ia menghela napas panjang

"hahhh... Pasti westcott'kan? " tanyanya

"ya begitulah~...." ucapnya sembari tersenyum tipis

Dirinya segera mengikuti gadis itu dan masuk kedalam mobil lalu duduk bersebelahan dengannya.

Ketika didalam mobil gadis itu pun mulai berbincang bincang kepada oberon

"sudah lama ya kita bertemu, meskipun hanya 1 tahun" ucapnya

"jadi... Kau sudah memutuskan menjadi Wizard di D.E.M? Artemisia" tanyanya

"ya... Meskipun sulit untuk memilih saat itu. Apa kau tidak menyukainya? "

Ia kembali bertanya sembari menyetir mobil dan mencoba menggoda.

"tidak juga, setidaknya itu jauh lebih baik ketimbang harus berdebat dengan si nenek sihir itu" ujarnya yang mencemooh Ellen dihadapan Artemisia

Disini Artemisia hanya tertawa kecil setelah mendengar pernyataan tersebut ntah dirinya harus senang atau malah khawatir

"ehehehe..."

"ngomong ngomong kamu mau mampir ke apartemenku? Rapat akan dimulai saat jam 10 pagi" lanjut perkataan Artemisia.

"ya boleh saja, kebetulan aku juga belum mandi sama sekali sejak tadi sore " balasnya menatapi orang orang yang lalu lalang ditrotoar .

***

30 menit telah berlalu dari bandara dan kini mereka hanya berduaan didalam apartemen.

"apartemen yang bagus " ujarnya yang melihat apartemen miliknya yang cukup begitu luas

"ya begitulah, disinilah aku selama ini" jawabnya

Jester pun segera mencari pintu kamar mandi dan hanya sekali membuka sebuah pintu saja ia sudah menemukannya lalu masuk kedalam kamar mandi.

Sementara itu Artemisia masih duduk diranjangnya menunggu Jester lalu berbaring menatap langit langit apartemennya berwarna putih.

Suara pintu terbuka terdengar yang menandakan Jester telah selesai mandi, artemisia segera kembali ke posisi duduk dan menunggu Jester mendatanginya.

"huhh... Segarnya, makasih ya" ucapnya yang masih memakai seragam sekolah Raizen serta handuk yang ia kalungi di lehernya

"kamu masih saja memakai topeng itu ya? " tanyanya

"kenapa? Kau mau melihatnya? " tanya Jester

Setelah mendengarnya Artemisia menjadi salah tingkah, yang awalnya hanya sekadar penasaran semata tetapi kali ini dirinya menjadi canggung setelah diberikan tawaran seperti itu.

"ti-tidak bukan itu maksudku" ucapnya dengan nada malu malu

"tak apa, lagi pula sekarang kau bekerja sebagai wizard dibawah Westcott bukan? " tanyanya

"uummhh... "

Artemisia masih terdiam dan tanpa aba aba dirinya langsung membuka topeng Jester dihadapan dia.

Ia hanya terdiam melihat paras wajah Jester dengan mata berwarna biru gelap seperti matanya.

'matanya... Indah...' dalam hati Artemisia

Lalu Jester mengenakan topeng kembali dan menempelkan ibu jarinya ditengah tengah senyuman topeng Jester tersebut.

"keep it a secret" ujarnya

Artemisia hanya bisa mengangguk

suasana kembali tenang lagi seperti biasanya.

"oh ya kamu yakin ke sana dengan pakaian begitu? "

Jester hanya terdiam lalu melihat seragam sekolahnya dari bawah ke badannya.

"tak masalah, pakaian hanya berfungsi untuk menutupi bagian tubuh atau kulit saja" ujarnya.

Jester selalu berpikir logis dan tidak mempedulikan penampilan sama sekali karena penampilan tidak ada pengaruhnya dalam menjalankan misi kecuali untuk misi

penyamaran.

Tidak seperti dianime atau dicerita kebanyakan, dimana jika ada lelaki dan perempuan dimasukan kedalam 1 ruangan sama pasti terjadi sesuatu hal hal romantis atau memalukan. Jester justru tenang duduk dikursi meja belajarnya sembari mengetik novel miliknya untuk mengisi waktu luang.

***

Beberapa jam telah berlalu dan hanya tersisa 1 jam lagi sebelum rapat dimulai. Artemisia beserta Jester sudah berada didalam mobil untuk hendak mampir direstoran italia yang kebetulan dekat dari sana.

Artemisia meneruti perintah Jester karena sekarang ia adalah seniornya mulai sekarang. Jester pun memakan makanan pasta spageti bolognese bersamaan dengan artemisia dan tentunya memanfaat pangkatnya saat ini jadi semuanya ditraktir oleh Artemisia.

'ya lumayan bisa makan gratis, kapan lagi'kan bisa ditraktir sama junior kaya begini' ucap dalam hatinya sembari meminum air putih pada sebuah gelas.

Setelah puas makan, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju gedung D.E.M cabang Inggris di London.

***

Sementara itu disebuah ruang rapat, semua petinggi industri D.E.M berada disana. Mereka semua berkumpul dan melakukan rapat disana karena persoalan tentang hal yang dilakukan oleh Westcott sebagai Direktur manajemen D.E.M.

"apa yang sebenarnya anda pikir'kan Mr. Westcott!? "

"aku benar benar tidak mengerti apa maksudmu itu Mudroch" ujar Westcott yang terlihat begitu tenang

Ia pun langsung mengebrak meja sampai berdiri dari kursinya

"jangan pura pura tidak tau! Aku berbicara soal apa yang telah anda lakukan! " seruannya dengan nada begitu tinggi

"ikut campur dalam pasukan pertahanan jepang,memanfaatkan wizard untuk kepentingan pribadi, terlebih-lebih membuat kota menjadi medan pertempuran. Sebenarnya apa yang ada didalam pikiranmu Isaac Westcott! Karena ulahmu kita jadi sorotan media pemerintah jepang! " seruan mudroch yang menjelaskan apa saja yang telah dilakukan oleh westcott dengan nada yang begitu lantang

"kau pikir bisa memperbaiki semua hal itu!?" lanjut perkataannya

Setelah mendengarnya ucapan mudroch yang panjang lebar dirinya hanya tersenyum tipis dan dihadapan mereka semua para petinggi D.E.M seakan akan hal itu mudah untuk ia tangani

"tak masalah, lagipula kita mendapatkan gantinya yang luar biasa. Lihat pembalikan princess berhasil,loh" jawab westcott yang merasa senang dihadapan mereka

Mendengar hanya itu saja yang keluar dari mulut westcott membuat mudroch merasa jika industri D.E.M didirikan hanya sebuah main main

"jangan bercanda! Mana mungkin Spirits bisa menyelesaikan masalah D.E.M sekarang! Para hadirin, aku disini ingin menuntun Westcott untuk pemecatannya sebagai direktur manajer " ucapnya melirik setiap anggota rapat disana

Kemudian ketua rapat itu pun bertanya kembali kepada westcott sebagai direktur D.E.M sekarang ini.

"apa anda menyetujuinya mister? " tanyanya

"tak masalah, lagipula hukum penuntutan adalah hak setiap anggota rapat" jawab Westcott.

Meskipun sudah ada tuntutan, Westcott masih begitu tenang dikursi merasa dirinya akan menang dalam tuntutan tersebut.

Berbanding terbali dengannya,disini Mudroch merasa puas karena sudah dipastikan semua anggota akan menyetujui tuntutan pemecatan Westcott karena membuat DEM mengalami kerugian dan dicurigai oleh pemerintah Jepang.

"baiklah, ketua russle silahkan dimulai saja penuntutannya" ucapnya dengan perasaan senang dan senyum lebar diwajahnya

Ketua Russle yang berada disisi kiri westcott berdiri dari tempatnya dan memulai pemumutan suara tentang tuntutan kepada direktur westcott.

"baiklah kita tentukan dengan hasil voting yang setuju dengan pemecatan direktur manajer mr. Westcott angkat tang--"

Baru saja hendak dimulai, pintu keluar dari ruangan itu pun terbuka dan semua anggota rapat langsung tertuju kepada pintu kayu tersebut.

"wah wah ada apa ini ramai ramai. Sepertinya ada yang sedang melakukan rapat ya"

Dari ekspresi senang akan kemenangannya, Mudroch langsung diam membeku setelah melihat sesosok pria yang membuka pintu tersebut.

"bukannya aku menyuruhmu untuk tunggu diruanganku 30 menit lagi Jester? " tanya westcott melirik pria didepan pintu keluar/masuk mereka.

"ya habisnya terlalu lama, aku pun juga punya kesibukan tau. Loh kenapa diam semua? Memang ada apa? " tanyanya setelah Jester melihat semua mematung ditempat.

"kami sedang melakukan voting tentang pemecatan direktur westcott" ucap Russle yang menekan kacamatanya kewajahnya.

Mendengar hal tersebut membuat dirinya tersenyum dibalik topengnya dan ingin mengetes ego mereka disini.

"ah begitu, kok diam aja ayo angkat tangan dong"

Semuanya masih saja diam dikursi mereka masing-masing dan melihat satu sama lain.

"ah tuan Mudroch, kok diam saja? Sejauh yang kulihat saat aku baru masuk kau begitu bersemangat sekali ayo angkat tangan dong"

Mudroch menelan air ludahnya sendiri ditambah Jester makin mendekat dan lalu mengangkat tangan kanannya.

"ayo dong, lihat yang usulin saja angkat tangan loh masa gak ada yang mau dukung usulannya" ujarnya yang masih mengangkat tangan

Disini Mudroch langsung menunduk'kan wajahnya dengan ekspresi takut dan keringat dingin turun dari atas keningnya serta pasrah dengan keadaan.

Semuanya tetap saja tidak melakukan respon sama sekali dan akhirnya hasil pemungutan suara hanya mudroch seorang

"hasilnya hanya 1, berarti Mr. Westcott tetap menjadi direktur manajer D.E.M"

"tciih... Gak seru" decaknya yang langsung menurunkan tangan Mudroch.

Jester pun segera keluar dari ruang rapat begitu saja dan dilanjutkan dengan Westcott yang ikut berdiri dari kursinya.

"baiklah kurasa hanya itu saja untuk hari ini. Terima kasih atas pertemuannya kali ini"

Westcott segera berjalan dengan tenang menuju pintu keluar. Saat ia memegang gagang pintun, ia memberikan sebuah kata kata agar mereka sedikit bersemangat.

"oh ya kalau soal industri ini tenang saja. Aku akan mengembalikannya pada kalian, setelah urusan pribadiku telah selesai"

Westcott pun pergi dari dalam ruangan dan seketika suasana ruangan yang tadinya panas kembali menjadi dingin.

"hhhh... hahhh... Hahhh... Brengsek sekali,bisa-bisanya dia memanggil orang itu ke ruang rapat!" ucap kesalnya dengan nafas yang terengah-engah

***

Sementara itu didepan ruangan direktur, Jester beserta Artemisia berada disana, melihat kedatangan Westcott yang sudah terlihat dari kejauhan.

"dimana Ellen? Bukan seharusnya dia ada disana? " tanya Jester

"ah soal itu ya, dia sedang mengetes project Goetia kepada dirinya. Apa kau merindukannya? Tanya Westcott dengan senyuman sinis.

"buat apa aku merindukan nenek sihir itu. Lebih baik aku pergi melanjutkan sekolahku di jepang" ujarnya yang berjalan melewati Westcott.

Ketika ia melewatinya, Westcott pun bertanya tentang informasi yang didapatkan setelah kepergian D.E.M dari pemerintah Jepang

"jadi apa kau punya informasi disana Jester? "

"ya tidak terlalu penting. Paling hanya mengatasi Spirits yang begitu labil sekarang ini" ujarnya

"begitu, kurasa berjalan begitu lancar ya"

Ketika ia hendak berjalan menuju ruangannya, kini giliran Jester yang bertanya kepada Westcott.

"ngomong-ngomong aku ingin bertanya sesuatu, sampai kapan kau memanfaatkan orang orang itu? " tanyanya

"ya... Tentu sampai mendapatkan Inverse Princess" ujar Westcott

"baiklah, mungkin aku akan membunuh Mudroch 1 minggu lagi"

"alasan? " tanya Westcott kembali kepada Jester.

"ya... Kau akan lihat saja nanti, cepat atau lambat kau pasti akan mengetahuinya " jawab Jester.

Ia segera meninggalkan mereka berdua dan disini Artemisia hanya diam merasa Jester yang ia kenal dulu sudah banyak sekali perubahan setelah setahun.

'dia benar benar berbeda dari Jester yg kukenal. Apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Jester '

-To Be Continued-