webnovel

UANG DAN RASA CEMBURU

Alis, Ibunya Hasann terus sibuk dengan usaha satenya. Sekarang dia berangkat dari rumah sekitar jam 10 pagi ,lebih awal dari waktu usahanya dipegang oleh pa Rahmat, bapaknya anak-anak.

Semangat kerjanya boleh ditiru, seakan tidak ada yang lebih penting lagi dari berdagang. Setiap pagi Alis mulai menyiapkan seluruh dagangannya dibantu dua orang kakak Hasann yang perempuan, Kartika dan Aisya dan tentu pa Rahmat.

Selesai dengan pekerjaannya Alis pun berangkat mandi , dan setelah sedikit bersolek lalu ia duduk depan tv sebentar sambil menunggu Ahmad, anak yang tertua siap untuk berangkat mendorong roda satenya.

Alis mengingatkan Ahmad untuk segera bersiap-siap, "Ayoo Nak...,"ajaknya. Sudah engga sabar aja ia ingin pergi berdagang . Semakin hari semakin pagi saja rasanya Alis berangkat kerjanya. Tapi tidak menjadi masalah buat yang lain, karena semua mengerti dan berusaha mengimbangi semangat ibunya.

Setelah siap merekapun berangkat kerja.

Banyak pembelinya dari kalangan karyawan toko dan pegawai kantor disekitar sana sekarang, Alis pintar menjaga langganannya . Kalau dulu pa Rahmat berangkat jam 4 .00 sore buat melayani makan malam saja, sekarang dipegang Alis , mereka melayani makan siang dan malam juga...waaah hebaat ibunya ini.

Tapi tentunya ini semua utamanya dia lakukan untuk biaya kuliah Hasann.

Kadang terjadi percekcokan antara Alis dan pa Rahmat yang memegang semua urusan keuangan hasil dagangannya.

"Masa uangnya tinggal segini...??? Alis bertanya dengan suara tinggi dan penuh tanda tanya , rasa kesal ke pa Rahmat, dia memandang uangnya sambil mau nangis.

"Aku engga beli yang engga-engga Bu , Ibu bisa cek , kan semua juga ada catatannya ...!" jawab pa Rahmat mengelak dan merekapun saling bersitegang.

Tentu saja Alis jadi uring-uringan, engga puas dengan jawabannya tapi ia juga tidak sampai hati minta catatan pengeluarannya itu ...bukan bidangnya mungkin. Kasihan juga yaa...?

Hasann merasa pusing kalau sudah terjadi percekcokan seperti ini dirumahnya, dia engga tau harus memihak siapa, hanya bisa terdiam merunduk saja sedih.

Pa Rahmat senang memelihara burung perkutut, jadi selepas siang dia suka duduk-duduk dengan temannya sambil ngobrol menunggu burung perkututnya bunyi. Yaaaah begitulah , ada saja kerikil sedikit-sedikit dalam perjalanan hidup mereka semua.

Hanya pa Rahmat pernah cerita, kalau ia tadinya mau membeli seekor perkutut yang cukup mahal tapi akhirnya ia batalkan

"Tadinya bapak mau beli perkutut Bangkok yang cukup mahal San, katanya, tapi sudah bapa batalkan karena takut uangnya nanti engga cukup buat keperluan lain," ceritanya, yang betapa ia merasa ragu dan bersalah sekali kalau sampai membelanjakan uangnya.

"Iya Pa." Hasann mencoba mengerti.

"Jadi bapak terpaksa berbohong ke penjualnya, cari-cari alasan buat batalkan transaksi itu. Bapa bilang saja semalam mimpi yang buruk sekali setelah pelihara burung itu ...gitu bapa bilang," kata bapaknya sambil tertawa menceritakan kebohongannya.

"Untung penjualnya mau mengerti,"tambahnya.

"Hahaha... ." Hasann pun tertawa-tawa jadinya mendengar cerita bapaknya.

Hm...bisa aja bapaknya ini pikir Hasann...haduuuh.

Hasann pembawaannya baik kesemua orang, ramah dan sangat bisa bersosialisasi dengan banyak kalangan. Makanya, dia tidak mudah terpengaruh dengan kekisruhan dalam hubungan rumah tangga ibu dan pa Rahmat bapaknya itu , dia cenderung netral dan pengertian kesemua pihak.

Dan benar saja, keesokan harinya, suasana dikeluarganya sudah kembali normal...pun tanpa turut campur dari Hasann.

Dilingkungan sekitar tempat tinggalnya, Ibunya Hasann cukup dikenal sebagai wanita tangguh karena mampu membawa kebangkitan keluarganya. Kebetulan tetangga sebelah-sebelahnya itu juga sama usaha jualan sate tapi tidaklah sesukses keluarga Hasann. Ada kejadian yang cukup menarik perhatian .

Suatu waktu sebelum berangkat kerja , ibunya ngobrol depan rumah dengan tetangga sebelah...tapi yang terlihat oleh bapaknya Hasann sih lelaki itu memegang pundak Alis, ibunya anak-anak. Dan itu sudah cukup membuat panas hatinya. Seketika itu juga menjadi keributan dikeluarganya , dibilangnya ibunya ada hubungan dengan lelaki itu . Waktu ditanya ibunya menjawab,

"Dia cuma kagum sama keberhasilan ibu dagang," katanya , tapi bapaknya engga begitu saja terima penjelasannya, ia lantas bilang,

"Ibu engga tau yaa ? dia itu orang brengsek ! suka mempermainkan wanita !" setengah teriak bapaknya ..."saya kenal dia itu siapa...dia sendiri yang cerita sama saya..., " gitu bapaknya bilang.

"Jangan main-main atau mau dipengaruhi sama dia ya... !!" pa Rahmat memperingatkan Alis dengan keras.

Alis cuma mendengarkan saja, sedih juga wajahnya. Engga tau apa-apa, polos aja dia pikirannya. Alis merasa capek menghadapi masalah seperti ini, dia senangnya berdagang saja, bertemu dan ngobrol dengan para pelanggannya ditempat dagangnya.

Haduuuh... yaa begitulah sekali-duakali ada saja kejadian cek-cok sebagai bumbu dalam kehidupan mungkin. Kira-kira begitu yang Hasann bisa lihat sebagai anak yang akan terus bertumbuh. Dia banyak belajar dari kejadian-kejadian di sekelilingnya yang membuat dia lebih pintar nantinya.

Sudah hampir 3 bulan Hasann mengajar di sekolah itu dan dia mulai berfikir apakah mungkin bisa lanjut mengajar disana atau tidak.

Kepala sekolahnya juga mulai menilai kinerjanya, dia menanyakan beberapa guru dan beberapa murid yang bisa mewakili suara yang lain . Hampir semua yang ditanya menyatakan positif, tidak ada masalah dengan Hasann , orangnya pintar bawa diri, tegas , bersahabat dan tepat waktu !

"Bagus ...! orangnya serius buat masa depannya, cukup hati-hati dalam memilih teman kelihatannya," kata salah seorang guru pria senior disana.

"Baik, ramah, tau diri," beberapa komentar dari teman mengajarnya juga, yang langsung disampaikan ke ibu Hermin yang menjabat Kepala Sekolah disana.

"Bagus Bu...! kata Icha...cara ngajarnya nyenengin dan orangnya sabar, jadi kita juga enak belajarnya." Itu salah satu komentarnya.

Maka di suatu siang setelah jam mengajarnya selesai , Hasann dipanggil ibu Hermin untuk menghadap.

"Bagaimana pak Hasann ...? kata ibu Hermin sang Kepsek ...sudah mau selesai nih 3 bulan bapak ngajar gantikan sementara ibu Tika, bagaimana kesan-kesannya...? mungkin juga ada usulan yang baik dari pak Hasann sebagai anak muda buat sekolah kita kedepannya...? "

"Iya Bu ...saya sih senang sekali sudah diberi kesempatan mengajar disini, saya berterima kasih sekali sama ibu Hermin . Saya senang mengajar disini Bu, " singkat jawaban Hasann.

"Mungkin ada usulan dari pa Hasann buat sekola kita kedepannya seperti apa Pak?" ibu Hermin bertanya sedikit merendah dia.

"Sebenarnya sih sudah baik Bu, semua terorganisasi dengan baik , murid – murid juga mempunyai disiplin yang tinggi mengikuti pelajaran dan aturan sekola. Hanya kalau boleh saya usul ,di area yang masih kosong disebelah lahan parkiran motor itu kalau mungkin dibangun kelas atau ruangan buat kegiatan ekstra kurikuler bu...supaya murid punya fasilitas dan ruangan untuk bisa beraktifitas diluar jam sekolahnya. Ruangan itu bisa untuk bidang kesenian, misal melukis, seni musik Angklung atau musik traditional lainnya ...begitu aja sih bu saran dari saya," kata Hasann.

"Oh iya bagus sekali masukannya ...trimakasih." Tampak ia mencatat masukan dari Hasann.

Merekapun melanjutkan obrolannya...dan bu Hermin menanyakan sedikit tentang keluarga Hasann. Berapa saudara dan pekerjaan orang tuanya. Hasann pun bercerita seputar usaha dagang sate ibunya...yang dibantu semua anggauta keluarganya.

"Secara financial saya merasa terbantu Bu dengan mengajar disini, " kata Hasann pintar dia menarik simpatik ibu Hermin. Ibu Hermin juga jadinya engga sungkan-sungkan lagi menanyakan kemungkinan kesiapan Hasann untuk terus mengajar di sekolah Berdikari yang dia pimpin.

Selanjutnya ia menanyakan Hasann rencana kedepannya seperti apa.

Hasann menjawab, "Saya sih belum ada rencana apa-apa Bu , cuma mau menyelesaikan kuliah saya saja," katanya.

"Kalo misalkan ada kesempatan untuk tetap mengajar disini ,apakah pak Hasann bersedia ?"

Naah ini dia pertanyaan yang Hasann tunggu-tunggu dalam hatinya..., ia tersenyum tapi ia tetap tenang menjawab.

"Saya sih siap saja Bu. Kalo diminta untuk lanjut mengajar Matematika disini, kuliah saya juga masuk semester 7 bu sekarang, dan mudah-mudahan di semester 8 nanti saya bisa menyelesaikannya. Itu rencana saya bu...saya bercita-cita jadi guru Matematika bu, selesai kuliah nanti," kata Hasann tersenyum memandang ibu Hermin. Setengah peluangnya sudah terbuka, batinnya.

Dan rupanya ibu Hermin, Kepala Sekolah ini cukup terkesan dengan cerita dan pernyataan Hasann.

Perbincangan pun di akhiri dengan komentar ibu Hermin, bahwa nanti akan dikabari lagi perkembangannya.

Hasann pun meninggalkan lokasi sekolah menuju kampusnya. Sambil menunggu jam kuliah ,seperti biasa dia menghabiskan waktunya di perpustakaan kampus.

Selang seminggu, Hasann dipanggil ibu Hermin lagi ke ruangannya.

"Silahkan masuk pak Hasann," katanya ramah sambil tetap duduk didepan mejanya..."sebentar ya Pa...?"

Hasann pun duduk sambil menunggu ibu Hermin menyelesaikan pekerjaannya.

Selintas Hasann memperhatikan seisi ruangan itu, dia terkesan dengan kebersihan dan kerapihan isi ruangannya dengan beberapa lemari kayu jati yang mengkilap yang berisi banyak plakat, piagam dan piala penghargaan. Foto-foto kenangan sekolah itu dan bunga diatas meja bertaplak kain batik itu. Lantainya pun bersih sekali. Hasann manggut-manggut kecil, dan rupanya ibu Hermin juga disela-sela kesibukannya , dia sesekali memperhatikan Hasann.

"Baik pa Hasann...gimana kabarnya...? tanyanya setelah meletakan kacamatanya .

"Baik aja Bu, trimakasih."

"Gini loh pak Hasann ...," katanya sambil beranjak keluar dari meja kerjanya pindah duduk di bangku berhadapan-hadapan.

"Ibu langsung to the point...aja yaa ?"

"Soal status kamu itu disini ?...saya sudah menanyakan ke banyak guru-guru dan murid , mereka senang dengan kamu yang bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, meski kamu baru pertama kali menjadi guru , benar begitu ya pa Hasann ?"

"Eeh maaf ini saya panggil pak Hasann , dengan kamu aja yaa ...hehehe? selanya, ...soalnya pak Hasann masih muda dibanding ibu sih..."katanya sambil terkekeh-kekeh minta ijin.

"Iya engga apa-apa Bu...iya bu ini pengalaman pertama saya mengajar di kelas."

"...dan ibu dengar juga cara kamu ngajar bisa diterima sama murid karena kamu cukup sabar, menyenangkan dan mudah dimengerti oleh mereka. Kamu juga disiplin soal waktu kalo penilaian saya pribadi sih," kata ibu Hermin.

"Iya Bu," kata Hasann gembira.

"Soal kelanjutan status kamu disini ini begini ya pa Hasann...kami Pengurus Yayasan ada rencana penambahan banyak kelas untuk sekolah ini terutama di tingkat SD. Kami merencanakan untuk membangunnya secepat mungkin, ditargetkan selesai dalam 9 bulan kedepan. Jadi tentunya kedepan kami perlu tenaga pendidik lebih banyak lagi. Nah kebetulan sekali kesempatan ini saya bisa berikan untuk yang pertama ke pak Hasann , jelas ibu Hermin ... kembali memanggilnya dengan sebutan bapak. bagaimana menurut pak Hasann ?"

"Saya siap Bu," jawab Hasann sambil menganggukan kepalanya mantap.

"Baik ...jadi gini ya pa Hasann...karena pa Hasann status masih mahasiswa blom punya ijasah sarjananya, ibu tempatkan pa Hasann sebagai asisten guru dulu, bagaimana ?"

"Siap bu, engga masalah buat saya, gimana baiknya saja Bu, " kata Hasann menerima usulannya.

"Baik... kalo begitu saya putuskan saja kalo pa Hasann bisa lanjut mengajar di kelas 6 . Setelah habis bulan ini , nanti pa Hasann status nya berubah jadi Asisten Guru yaa ?"

"Siap Bu." Mata hasan jadinya berbinar-binar, antusias mendengarnya bahwa dia bisa lanjut mengajar dan jadi seorang Asisten Guru .

"Baik kalo begitu ...saya berterima kasih atas kesediaan pa Hasann, atas kerjasamanya juga...nanti kita bicarakan lagi setelah kelulusan kamu dari Universitas ya ?" kata ibu Kepsek itu ramah.

"Baik ...siap Bu...saya yang terima kasih bu dikasi kesempatan lagi !" Hasann agak terharu kali ini menerima kesempatan yang diberikan.

Di parkiran motor Hasann merenung sejenak sebelum meninggalkan sekolah itu, dia menengadah sebentar memanjatkan doa syukur atas berkah yang baru saja ia terima "Yaa Allah, terima kasih ya Allahku... ." Jalan mulai terbuka buat cita-citanya. Senang sekali ia.

Kali ini selepas jam mengajar , dia engga ke perpustakaan tapi ketempat ibunya berdagang...dia ingin sekali berbagi kebahagian dengan ibu dan abangnya Ahmad disana.

"Bu... Hasann boleh lanjut ngajar di Sekolah Berdikari Bu, jadi Asisten Guru ... !"

"Oh yaa ? jadi gimana San ?"tanyanya polos.

"Iya kan tadinya cuma ngajar gantikan ibu Tika yang lagi melahirkan itu bu, tapi katanya bakal ada penambahan guru disana dan Hasann ditawarin buat ngajar disana terus bu," jelas Hasann.

"Oooh," kata ibunya sumringah sambil membulatkan matanya menatap anaknya.

Tentu mereka pun gembira mendengar ceritanya. Disana ibunya dengan senang hati menyiapkan nasi dan sate buat Hasann makan siang . Sesekali ibunya melihat anaknya yang satu ini, tengah menyantap makan siangnya. Ia telah membuatnya bahagia.

"Makan Nak yang banyak biar badan kamu kuat," kata ibunya.

Selesai makan Hasann pamit hendak pulang menemui bapak dan saudaranya yang lain.

Bahagia adalah mensyukuri sekecil apapun berkah yang diterima, itu prinsip Hasann.

Waktu terus berjalan , Hasann masih sering mengunjungi ke-4 anak-didiknya. Dalam kunjungannya , sekarang dia sering disiapkan makan siang atau sekedar camilan dirumah mereka. Sampai akhirnya dia mendapatkan info kalo ada lowongan guru matematika di sekolahnya si Fajar...ya kali ini Fajar yang cerita kalo ada kekosongan guru Matematika disekolanya !

"Di sekolah saya , ada lowongan buat guru matematika pa, pa Amin yang biasa ngajar pulang ke kampung, " katanya serius seakan ia ingin Hasann mengajar disana saja.

Karena Hasann sudah mendapat kepastian untuk menjadi guru di sekolah Berdikari, maka info itu dia teruskan ke teman kuliahnya seangkatan dia di kampus . Belakangan Hasann mendengar kabar kalau pa Bambang, temannya itu berhasil mengisi lowongan kerjanya.

Dihitung-hitung berarti sudah 2 kali anak-anak didiknya membantu . Pertama Icha sekarang Fajar. Hm...luar biasa !