Jarum jam yang melingkar di tangan Agus seakan berputar dengan cepat. Kini mereka tengah berduduk manja di depan tenda, sembari menikmati sinar matahari yang semakin lama semakin panas.
"Gila, ini hari panas banget, ya? Padahal tadi malem dingin," keluh Agus, sembari mengipasi tubuhnya sendiri dengan menggunakan sampul buku.
"Tau, nih. Kayaknya neraka lagi proses pindah ke bumi," sahut Sahroni.
Fayez, dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya justru tengah merebahkan tubuh. Lelaki itu memandang ke arah langit. Tidak tahu kenapa, langit cerah selalu membuat hatinya terasa jauh lebih nyaman.
"Yez, lo nggak pusing liat ke atas terus?" tanya Samudera, yang wajahnya sudah dipenuhi oleh keringat.
"Nggak. Gue kan pake kacamata."
Dasar Samudera, bodoh! Galang yang duduk di samping Samudera hanya bisa menepuk punggung lelaki itu, sembari mengucapkan kata sabar di dalam hati.
"Ayo semuanya, kita kumpul di tengah lapangan. Ada yang disampaikan oleh Pak Bani."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com