webnovel

DANGEROUS MAN

"Jangan mencoba lari apalagi berani pergi! Atau aku sendiri yang akan membuat kakimu tidak lagi berfungsi!" Miler stockdale, dia seorang mafia yang handal. Pengalaman dan sangat lihai. Setiap kejahatan sudah menjadi sumber kehidupan untuknya. Pergerakanya cekatan dan rapi. Bahkan mungkin tidak meninggalkan jejak sama sekali. Suatu permainan takdir mempertemukan Miler dengan seorang wanita berparas cantik, polos dan lugu. Saking lugunya. Miler seakan tertarik dan terjerat. Semakin jauh wanita itu berlari, maka semakin jauh pula Miler mengerjarnya. Miler berasumsi untuk mendapatkan raga gadis itu. Tidak peduli gadis itu setuju atau menolak. Namun saat kemudian gadis itu mulai tumbuh rasa penasaran dan berujung rasa. Sayangnya Miler justru berubah total. Sikapnya yang semula possessive, kini justru memperlakukan wanitanya layaknya sampah yang dibuang. Tak berarti bahkan tak ada nilai beli. Hal itu terjadi tepat pada saat Miler tau jika ternyata gadis itu memiliki hubungan dengan kawanan musuh Ayahnya yang tengah Miler bunuh satu per satu.

rahayu_17 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
16 Chs

Kehadiran Mathew

Happy reading!

Enjoy!

***

"Senang bisa bertemu kembali dengan putri tunggal dari keluarga Goldberg! Bagaimana keadaan Ayahmu? Dia masih aman atau-----sudah terbunuh?" suara akhir dari pertanyaannya memelan. Setengah berbisik. Bella seketika memundurkan tubuh takut dan menggeleng lemas.

"Bisa tidak membicarakan itu disini? Kau tau benar jika Ayahku sama sekali tidak bersalah. Jadi dia tidak pantas di hukum." Bella menegaskan. Meski suaranya pelan namun Bella yakin dengan suaranya yang sedikit di tekan bisa membuat pria paruh baya itu mengerti.

Tampang pria itu tertawa sinis dan menyeringai. Diraihnya bahu Bella dengan pelan.

"Dengar, nak. Aku hanya bertanya. Kenapa kau sangat takut? Jaman sekarang yang terlihat ada di tempat kejadian, maka dia yang akan dianggap bersalah. Termasuk Ayahmu. Sejauh apapun dia berlari menghindar, kesalahannya dimasalalu akan membuat hidupnya tidak tenang!" Mathew kembali berbisik. Suaranya bagai angin yang terkibas bebas. Membuat bulu kuduk Bella merinding.

"Dia tidak bersalah! Ayahku sama sekali tidak bersalah! Justru seharusnya kau----" terjeda. Bella sedikit meronta dan menjauhkan lengan Mathew darinya. Sedetik kemudian ia berdiri sigap dab siap berlari dari sana, namun-----

Grap!

Lengan kekar nan kokoh yang sedikit dingin itu mencekal pergelangan Bella. Gadis itu terpaku. Ditatapnya manik Miler yang menajam ke arahnya.

"A-----" suara Bella tercekat. Ia hanya mampu membuang nafas ketakutan. Namun untuk berbicara rasanya sangat payah. Kembali ditekannya lebih keras pergelangan gadis itu.

"Siapa dia?!" tukas Miler. Bella menggeleng berusaha menghindari pertanyaan itu. Sungguh, itu bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Melainkan Miler hanya marah melihat Mathew bersamanya.

Mathew berdiri dan melihat wajah Miler dengan tersenyum. Dengan sarkas lengannya terurung dihadapan Miler.

Awalnya Miler hanya menatapi sinis lengan yang terulur padanya, namun tak urung baginya untuk menjabat lengan itu. Mereka saling menatap satu sama lain. Tatapan Miler sinis dan menajam. Sementara Mathew hanya tersenyum tenang.

Kini tatapan Miler kembali pada Bella yang masih bergetar. Bersamaan itu pula jabatan mereka terlepas. Sorot mata Miler kini seolah meminta penjelasan.

"A-ku-----aku-----tidak ta-u." terbata. Miler menarik keras lengan gadis itu dan sedikit membuat Bella terkekang dalam pelukan dipinggangnya. Diremasnya kuat pinggang gadis itu.

"Aku Mathew!" pria paruh baya itu kembali bersuara dengan senyuman mematikan. Bersamaan dengan itu pula Petter dan Phill kini kembali mendekat pada posisi Miler. Berdiri di belakang pria itu.

"Aku rekan dari Ayahnya. Aku mengenalnya. Bahkan ketika dia masih sangat-----" berdecak. Ucapannya tergantung.

"Sangat kecil." lanjutnya sembari tangan yang memperaragakan sebatas pinggang.

Miler seketika kembali menghunus tajam Bella. Gadis itu masih terdiam bisu. Miler menarik lebih dekat tubuh Bella hingga celah diantara mereka akhirnya hilang.

"Kenapa kau bilang tidak mengenalnya? Sementara dia mengenalmu? Seharusnya kau tidak melakukan kebohongan seperti ini!" gigi Miler bergemelutuk nyaring. Bella hanya terdiam dengan wajah yang sudah berkeringat.

"Dia memang tidak mengenalku. Eumm-----maksudku mungkin gadis cantik ini lupa. Dulu dia masih sangat kecil. Dan sekarang aku sudah sangat tua. Tidak heran jika dia tidak mengenaliku karena perubahanku. Benar begitu?-----Bella Goldberg?" kepala Mathew memiring. Bella menatapinya dengan terdiam.

"Baiklah. Itu mungkin saja" seru Miler sinis. Ia tersenyum kecut ke arah Mathew dan kembali melihat ke arah Bella. Mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya.

"Kau lihat, Phill? Tidak ada yang bisa dicurigai darinya. Dia hanya gadis polos. Dugaanmu terhadapnya sudah salah! Kau dengar itu, Phill!!" suara itu akhirnya meninggi sembari tatapannya yang beralih pada Phill. Menyorot nyalang. Cekalannya dilengan Bella kini sudah dilepaskan.

Miler beralih mengangkat lengannya menarik kerah baju Phill. Phill sedikit terangkat namun masih terdiam tanpa merespon.

"Ayolah, Bung! Aku memintamu untuk menunggu dan melihatnya sampai ending! Tapi kau? Apa yang kau lakukan? Kau justru langsung mendekatinya dan bertanya siapa pria tua itu? Seorang maling tentunya tidak akan ada yang mengaku!" Phill beralih menatap sinis Bella yang berdiri di belakang tubuh Miler. Miler melihat tatapan Phill yang tertuju pada bella. Pria itu langsung menghantamkan pukulan cukup keras yang bersarang tepat di bibir Phill hingga berdarah-darah. Selanjutnya mendorong tubuh Phill.

"Pette! Kau urus dia! Jangan sampai dia melantur lagi! Dia sudah mencurigai Bella dan ingin membuktikan sesuatu yang buruk tentangnya?! Sementara kecurigaannya hanya sia-sia! Kau sungguh bodoh!!" Miler menatap sekilas Petter dan kembali menghunus tajam Phill yang tengah memegangi ujung bibirnya yang terluka.

"Kau akan menyesal, Bung! Ingat itu! Aku hanya peduli padamu. Bahkan setelah kau hampir ingin membunuhku, aku tetap memperdulikanmu dengan mencari tau siapa gadis ini sebenarnya. Lalu setelah mendapat informasi dan ingin memberitahumu, apa ini balasanmu? Ingat, Bung! Seorang teman tidak akan mengkhianatimu. Kau akan lebih terluka ketika hatimu sudah terpaut terlalu jauh olehnya, sementara dia sendiri yang menjadi alasan keluargamu hancur!" bagai petir yang menyambar ulu hati. Perkataan Phill benar-benar membunuh pergerakan dan daya tahan tubuh Miler. Kini pria itu hanya terdiam dan mematuang. Menatap kosong ke arah depan dengan sendu. Ia kembali ingat akan tragedi pembunuhan berantai itu. Sekelompok pria berjumlah 4 orang yang telah merenggut segalanya dari seorang anak kecil.

Bugh! Bugh!

Lagi Miler menghantam kuat wajah dan perut Phill hingga pria itu tersungkur. Petter secepat kilat mengambil tindakan dan membantu Phill kembali berdiri.

"Keadaan ini tidak baik untukmu! Kau harus segera pergi!" bisik Petter menekan kalimatnya. Ia membantu Phill berjalan dan memopangnya. Meninggalkan Miler sendiri di club itu.

"Ini bukan permintaan maaf! Yang dilakukannya adalah kebodohan!" gerutu Miler menggertak kuat.

Telapak tangan Bella menyentuh pundak Miler sarkas. Saat hendak menjauhkan lengannya kembali, Miler seketika bergerak cepat. Ia mencekal dan menahan lengan gadis itu di pundaknya. Tubuhnya berbalik dan kembali memandang wajah Bella.

Gadis itu kembali menunduk dalam. Ia berusaha menelan salivanya yang seketika pahit.

"Oke, aku rasa aku harus pergi, Bells?" Bella mendongak dan menatapnya.

"Aku akan pergi. Kabari aku jika butuh sesuatu. Sebenarnya Ayahmu sudah menitipkan mu padaku. Aku yang bertanggung jawab atas dirimu!" Mathew kembali tersenyum sinis. Bella semakin meringkuk dan menggeleng kuat. Tubuhnya memundur dan menjauhi senyuman Mathew yang penuh siratan kelicikan.

Grap!

Miler meraih pergelangan tangan Bella agar menjabat lengan Mathew sebelum pria itu pergi. Meski kala itu Bella tengah menggeleng kuat menolak. Tatapannya sudah sendu dan memohon. Namun nampaknya Miler tidak mengerti atau tidak mau mengartikan. Pria itu tetap menggerakan lengan Bella agar menjabat lengan Mathew yang sudah terulur.

Lengan Bella dan Mathew sudah saling terpaut. Seketika jantungnya kembali berdetak abnormal. Bella ketakutan. Tubuhnya merinding. Nafasnya tercekat, dengan saliva yang semakin mengental.

Lengan gadis itu kembali menegang ketika Mathew meremas cukup kuat lengannya. Tatapannya menyorot seolah memberi peringatan mengancam.

"Euhh!" lenguh nafas Bella terengah sembari menarik kuat lengannya dari cekalan Mathew.

"Apa yang kau lakukan?!" suara Miler menghunus. Bella berusaha menatap memohon pada wajah itu.

"Tidak masalah. Mungkin dia perlu waktu untuk kembali beradaptasi denganku. Kau ingat Bells? Dulu saat kau masih sangat kecil dan mungil, akulah yang menjadi orang favorit mu. Mungkin sekarang kau hanya butuh waktu. Kita baru bertemu lagi." tukas Mathew tersenyum palsu.

"Aku pamit! Dah, Bells!" tutup Mathew untuk yang terakhir. Setelahnya ia hanya melambai dan kembali berlalu. Bella yang melihat kepergiannya hanya sedikit membuang nafas lega. Matanya tertutup rapat meraup oksigen.

Miler menarik bahu gadis itu dan membuat Bella kembali membuka mata cepat.

Tatapan Miler tajam dan menatap lurus manik Bella yang basah.

"Di-a----" Bella berusaha memberitahu.

"Kau seharusnya berterimakasih padanya bukan? Dia sudah mau mengambil alih tanggung jawabmu dari Ayahmu. Dengan sedikit menghormatinya mungkin itu lebih baik! Atau kau sudah terbiasa untuk membangkang pada yang lebih tua?" pertanyaan yang menyayat itu lolos begitu saja dari bibir kemerahan Miler. Bella hanya mengernyit dalam dan tercengang. Secepat itu Miler menilainya gadis pembangkang hanya karena ia tidak menghormati Mathew atau karena ia yang sudah mencoba melarikan diri dari Miler?.

Tapi sungguh, Mathew bukanlah orang yang baik-baik.

***To Be Continued***