webnovel

DADY

Rafael suka sekali dengan anak kecil, tapi dia paling benci pernikahan dan wanita, hampir semua wanita hanya mengincar uangnya saja. Satu ketika Rafael terpikirkan untuk punya seorang anak, keturuan, untuk meneruskan perusahaannya, tapi tanpa menikah? bagaimanakah kisahnya?

KILLY · Sejarah
Peringkat tidak cukup
394 Chs

SWEET MOMENT 2

Mama rafael membantu rafael membukakan pintu. Hanny tersenyum melihat mereka sudah kembali, dengan susu hamil buatan rafael. Hanny tak pernah membayangkan hidupnya akan bahagia seperti ini.

'Ibu, ayah, lihat. Tak perlu khawatir dengan hanny sekarang. Tenanglah disana, hanny baik-baik saja dan sangat bahagia.'

Hanny melamun sesaat dan ingat dengan kedua orang tuanya.

"Sayang.."

Rafael memanggilnya. Lamunan hanny langsung buyar dengan panggilan itu. Hanny tak salah dengar rafael memanggilnya sayang?

Benarkah?

Coba sekali lagi? Hanny sangat ingin mendengarnya.

"Sayang, minum susu hamilnya dulu? Atau mau roti? Bisa makan roti dengan selai tidak?" tanya rafael yang sudah duduk didepan hanny yang sejak tadi melamun.

Iya.

Benar. Rafael bilang sayang lagi. Rafael memanggil hanny sayang.

"Emm.. Susunya dulu aja." kata hanny mengambil gelas susu dati tangan rafael.

Mama rafael sangat senang melihat rafael akhirnya bisa menghilangkan traumanya tentang hubungan dengan seorang wanita.

Rafael kembali, dia yang manis didepan wanita dan memperlakukan wanita dengan sangat baik. Mama rafael sangat bahagia melihat mereka berdua.

Hanny meminum susuhnya sampai habis, lalu mencoba rotinya. Baunya tidak membuat hanny mual jadi dia pikir bisa memakannya. Hanny mencoba sedikit demi sedikit.

Lalu menikmatinya. Hanny tersenyum pada rafael. "Bisa." katanya sangat senang bisa makan dipagi hari.

"Tau aja papanya bikin itu penuh perjuangan, jadi dimakan deh." kata mama rafael jadi ingat kejadian tadi.

"Penuh perjuangan gimana ma?" tanya hanny sambil makan roti bakarnya, dengan selai strawberry.

Mama rafael meminta rafael gantian berdiri. Dia duduk disamping hanny dan menceritakan semuanya.

"Kamu tau, rafael itu perusak. Raja perusak." kata sang mama meraih tangan hanny. Mama rafael suka sekali mengusap-usap punggung tangan hanny.

Hanny juga suka. Hanny mengangguk. Mama rafael kembali melanjutkan ceritanya.

"Jadi tuh tadi, waktu mau bikin rotinya. Mesinnya sampai rusak, keluar asep. Gilak gak tuh." kata mama rafael menunjuk anaknya.

"Kok bisa ma?" tanya hanny lagi.

"Salah mencet atau gimana?" spekulasi hanny. Mama rafael menggeleng.

"Gak tau, baru mau dipegang udah keluar asep. Bulll... Ngebul aja gitu. Hahaha..." tawa mama rafael lepas mengingat betapa kagetnya mereka tadi. Tapi lucu, tiba-tiba saja.

"Makannya ya, anaknya tau perjuangan papanya sih, jadi mau makan deh." mama rafael beralih mengusap perut hanny.

"Makasih.." kata hanny menatap rafael. Rafael hanya tersenyum.

"Terus, mau bikin susu. Kamu tau? Ada drama juga.." kata mama rafael.

"Kenapa ma?" hanny penasara.

"Itu, gelasnya jatuh dong, pecah." kata sang mama, geleng-geleng.

"Kaki atau tangan kamu gak apa-apa?" tanya hanny dengan canggung.

"Chagi, panggil sayang gitu loh." kata mama rafael membenarkan ucapan hanny.

Hanny lebih terbiasa panggil rafael tuan, jadi terasa aneh. Sayang? Hanny berpikir keras untuk memanggil rafael sayang.

"Kaki kamu gak kena kan sayangggg?... Gitu loh." kata mama hanny.

Rafael mengangguk. Meminta hanny melakukannya.

"Iya mama, nanti. Maaf karena hanny belum terbiasa."

"Gak papa."

Mama rafael meninggalkan mereka berdua untuk mengurus keperluan rumah. Rafael menghampiri hanny dan duduk disampingnya.

"Ingat ya, kamu bukan lagi pekerja aku, yang aku sewa untuk hamil. Jadi kamu bebas panggil aku, seperti yang mama suruh." kata rafael.

"Aku beneran sayang sama kamu. Makasih kamu sudah datang dihidup aku."

Hanny tak percaya, rafael berkata seperti itu. Hanny terpaku. Tak pernah bermimpi memjadi wanita yang sangat bahagia seperti ini.

Cupp..

Bahkan rafael menghujani hanny kejupan tiba-tiba dikeningnya. Hanny makin suka.

"Aku harus ke kantor, ada meeting. Gak papa kan di rumah?" tanya rafael.

Senyum mengembang hanny menghilang. Ternyata arti kecupan itu rafael akan pergi ke kantor, pamit kerja. Hanny masih ingin dengannya, menyentuh tangannya. Dia mengusap perutnya.

Entah itu hanny yang manja atau bawaan anaknya rafael.

"Ikut..."

Rafael baru melangkah pergi, pergelangan tangannya langsung ditahan hanny. Rafael menoleh. Ikut?

"Gak usah, di rumah istirahat." kata rafael melepaskan tangan hannya. Hanny cemberut dan langsung diam menunduk.

Tiba-tiba saja hati hanny sesak

Matanya memerah menahan tangis. Tapi walau sudah berusaha keras, hanny akhirnya tetap menangis.

Rafael mendengar isak tangis hanny. Rafael kembali dan berlutut didepan hanny. Baru kali ini dia benar-benar dibuat berlutut didepan seorang wanita.

"Masak gitu doang nangis? Aki gak mau kamu kecapean disana." kata rafael.

Mama rafael kembali, dia ingin mengecek keadaan hanny dan rafael Harusnya rafael sudah ke kantor dan hanny sendirian. Jadi mamanya ingin menemani, tapi ketika masu, dia malah melihat rafael dan hanny sedang?

"Kenapa?" tanya mama rafael mendekati hanny menggantikan rafael yang bergeser.

"Nangis ma, masak mau ikut ke kantor?"

"Hah. Jangan ah sayang, tadi aja kamu lemes habis muntah. Di rumah aja ya." kata mama rafael.

Hanny hanya diam dan menunduk.

"Ma, nitip ya."

Rafael kembali pamit dan menitipkan hanny pada sang mama. Tapi hanny malah makin kencang menangis.

"Raf, nangis raf." kata sang mama khawatir.

"Anak kamu kayaknya manja deh. Cewek kali ya? Manja banget kayak mamanya." mama rafael menegakan dagu hanny dan mengusap air matanya.

Hanny tak perduli. Tapi rasanya dia ingin menangis, entah kenapa?

"Gak malu nanti dilihat bisma, diejek bisma, hann?" tanya mama rafael menggoda.

"Gak tau ma, tapi air matanya keluar sendiri. Kalau gak nangis, rasanya hati hanny sakit ma." kata hanny mencoba mengusap air matanya dan mengatakan itu dengan sesegukan.

"Raf, meeting di rumah aja gimana?" mama rafael punya ide.

"Hah? Gak lucu ma. Ini meeting bukan main-main." tolak rafael.

"Ya habis gimana? Kalau kamu berangkat, bayi besarnya nangis, gimana? Gak bisa nenangingnya, mama harus gimana?... Ih, kamu tega. Dia aja udah lemes banget setelah mual, kamu tega biarin dia nangis, makin lemes gimana?"

"Ya udah, aku tunda besok saja meetingnya."

Rafael melepas kemejanya dan dudi disebelah hanny. Mama rafael pun mengerti, dia meninggalkan keduanya bersama.

*

"Hann, kenapa sih? Manja banget?" tanya rafael yang hanya ikut duduk bersandar dan cuma jadi sandaran hanny, kepala hanny sandaran di pundak rafael.

"Tuan..." hanny, lagi. Keceplosan kalau berduaan saja.

"Tuan terlalu berlebihan. Tuan gak bisa bohongin perasaan. Tuan terlalu manis untuk berbohong. Sikap tuan itu terlalu kelihatan pura-pura."

"Maksudnya?" tanya rafael.

"Tuan masih pura-pura kan baik dan manis ke saya, saya bisa merasakannya tuan." kata hanny.

Rafael bingung menatap hanny. "Aku beneran serius sama kamu, hann.." kata rafael menatap mata hanny.

"Hati saya bisa merasakannya. Tuan terlalu manis dan terlalu cepat berubah. Hati gak segampang itu dibohongi tuan. Terlebih wanita hamil, dia sangat sensitif. Terlebih itu papanya sendiri yang berbohong, dia bisa merasakannya. Jadi yang mengandung pun bisa."

"Kamu salah. Aku serius udah beneran sayang sama kamu." rafael terus meyakinkan hannya. Hanny tau rasanya, mana yang jujur dan bohong.

"Saya mau tidur tuan. Tuan berangkat kerja saja." hanny menurunkan badannya untuk berbaring sempurna. Rafael pun membantu menyelimuti hanny.

"Aku beneran sayang sama kamu." kata rafael mengusap kepala hanny yang pura-pura tidur.

Bulsyet tuannn... Rasanya beda. Tiap anda sentuh saya, itu bukan cinta. Tapi terpaksa.

Hanny berteriak dalam hati. Kenapa semuanya palsu dan hanny tak mau menyerah untuk bayinya kali ini. Tak perduli dengan rafael.