webnovel

Pasrah Pada Takdir Tuhan

Nuris berjalan pelan menuju kamarnya dengan santai bersama Dita dan Rahmah. Para santri pun berhamburan keluar dari masjid tempat mereka melakukan pengajian kitab Fathul Qarib.

"PANGGILAN DI TUJUKAN KEPADA SAUDARI NURIS SYA'ILAH ALKHALILAH DARI LUMAJANG HARAP KE KANTOR KEAMANAN ADA BERITA TELEPON".

Panggilan itu membuat alis Nuris berkerut heran.

"Siapa ya yang telepon aku? tumben banget ummi telpon tanpa aku minta?, Det, Mah, aku kekantor keamanan dulu ya? ." pamit Nuris, "Ok, nanti nyusul ke LBA ya? kekamarnya Nurul buat nyari koran bahan kliping kita." Dita mengingatkan Nuris pada tugas mereka.

"OK siaaaaaapp. eh titip kitab aku dong, tolong balikin ke lemari ya? " jawab Nuris sambil mengacungkan jempolnya, dan memberikan kitab fathul Qaribnya pada Dita lalu belok ke kantor keamanan.

"Assalamualaikum, kak Mida, siapa yang telpon? "

"eh Nuris, iya Ris, ini kakak kamu yang ke 2 siapa itu Aan apa Alfa ya td?"

"Alfa Ansori kak".

"pokoknya itu wes. "

'Hemmmmm tumben banget kak Alfa telpon aku? mimpi apaan ya dia? 5 tahun mondok baru kali ini dia telpon gueh, bener bener kakak yang perhatian tapi bohong sih' Nuris bermonolog dalam hati. Lalu telpon pun berdering,

"Ris, tolong angkat telponnya dek, mungkin itu buat kamu." Kak mida yang sedang beberes di belakang lemari arsip keamanan meminta Nuris mengangkat telepon.

Nuris melihat nomer yang masuk, dari 0328-82 isi 1 0 3 penuh. 'lhoooo ini bukan buat aku, ini area madura nih'.

Akhirnya Nuris mengangkat telpon yang berdering terus itu.

"Hallo Assalamualaikum,...." sapa Nuris.

"Hallo, waalaikum salam, mbak Nuris dari lumajang sudah datang kah?"

'lhooo nyari aku, tapi ini bukan kak Alfa' batin Nuris.

"oooh iya ini Nuris, ini siapa ya? " Nuris bertanya.

"eeh dek, ini aku kak Hardi."

"oh, kakak, ada apa kak? " Nuris sedikit grogi, dan berusaha menenangkan degup jantungnya yang mulai kencang.

"Nggak papa pengen telpon aja, kamu sibuk d

ek? "

"nggak sih kak, baru turun ngaji aja."

"hemmm bentar lagi mau ngapain? "

"eeeeh, kenapa?"

"ya nggak papa sih, pengen ngobrol aja ma kamu".

Nuris tercengang dengan perkataan Hardi.

"Kak, maaf ini telpon pesantren, bukan telpon rumah pribadi, kalok mau ngobrol ya ketemu aja hehehehehe, kalok di sini di jatah kak, hanya 10 menit maksimalnya."

"eeehh, iya ya? lupa aku dek. ya udah, kamu sibuk aja dulu gih sana. kapan kapan aja kita ngobrolnya. " Jawab Hardi dengan lembut

'Diiiiih, tumben lembut banget ni orang. biasanya dia nyolot aja. jadi merasa aneh gue'

"ooooh iya kak. makasih ya?"

"Buat apa? "

"makasih buat kakak mau berubah untuk aku". Nuris mengatakan ini sangat Lirih, karena takut di dengar oleh kak Mida.

"ooh, hahahaha iya sama sama, kita saling belajar ya?"

"ok, ya udah kak, aku tutup dulu telponnya ya? Assalamualaikum. "

"iya dek, waalaikum salam. "

"Duh, ni orang bikin sport jantung aja. gak tau apa kalok ketahuan keamanan dia bukan kakakku habis di bantai keamanan aku tuh." gerutu Nuris pada telpon yang masih belum di letakkan tapi sudah terputus sambungannya itu. "Kak mida, makasih ya?, aku bayar nanti ya kak, aku gak bawa uang soalnya. "

"iya Ris, eh Ris, aku mau minta tolong nanti buat nanganin kasusnya anak SMA kelas 3 yang kabur beberapa hari yang lalu ya? ".

"Eh, aku kak? nanganin kasusnya kak Reni Lestari itu kak? " Nuris memang bagian seksi keamanan bagian ketertiban di wilayah, memiliki perasaan tak nyaman untuk menghadapi senior beda lembaganya itu.

siapa yang tak kenal Reni Lestari, anak SMA dari Gang Abidah, santri modis, cantik, dan kaya, sayang otak di dengkul menurut Nuris.

karena Reni lemah di bidang pelajaran, tapi ahli di bidang asmara, walau beberapa kali di manfatkan oleh para santriwan yang nakal.

"Lha emang kenapa lagi kak, Kak Reni kok kabur lagi, bukannya dulu dia dah di kasih takzir buat nulis di buku janji untuk gak ngulangi lagi ya? di buku folio yang tebal lho itu dia nulisnya, selesai sebulan hahahahahahaha. cantik cantik otaknya di dengkul."

"Hussssshh, Nuris, gak boleh ah." hardik kak Aan yang tiba tiba muncul.

"eeeh ya udah, dasar otak udang, gitu ya kak? "

"kamu makin parah Ris." kak Aan melotot.

"Aku pulang ngerjain tugas dulu ya kak, insya Allah nanti sepulang diniah aku urus deh kasusnya. mau dihukum gimana lagi kak? "

"Ya makanya nanti kamu lobi dia aja, maunya dia gimana? mau di panggilin ortunya atau dia mau di bawa ke ndalem biar bunda nyai sendiri aja yang menghukum".

kak Aan menjelaskan

"ok, siap kak. aku balek ke kamar dulu ya? Assalamualaikum."

"Wa alaikum salam" jawab kak mida dan kak aan bersamaan.

Nuris langsung menuju kamar santri LBA, yang berada tepat di depan kantor pesantren. Disana Dita dan Rahmah beserta beberapa siswi MAN yang lain sudah tiba dan memilih koran untuk tugas kliping mereka.

"Det, aku di cariin juga kan? " Nuris mendekati Dita.

iya, nih, punya kamu Ris, kamu gunting sendiri ya?."

"Ok, makasih ya det. " Nuris mengambil koran koran itu, dan memilih beberapa berita yang bersangkutan dengan tema klipingnya yaitu tentang olah raga volly. lalu menggunting dan merapikan guntingan gambar yang di perlukan itu untuk di tempelkan di kertas HVS nantinya.

"Punya aku dah selesai ni, kalian udah belum?". Nuris melihat kedua temannya.

"eeehh susah banget renang nih, dari td cuma dapet 5, padahal targetnya 10, aduh masih kurang setengah lagi. " Seru Dita.

"punya aku juga sulit Det, aku juga nyesel milih basket. " seru Rahma.

"eeeeh kalok basket kan banyak Mah?.

ini, ini, ini, ini, ini juga, lha ini juga, tuuuuh kan banyak?"

"eeehh heheheehheehheh, maksud aku sulit ngguntingnya." Rahma meringis menatap Nuris.

"Astaghfirullah Maaaaah, kamu gak pernah sekolah TK atau di SD gak ada pelajaran kesenian apa?. kok nggunting aja gak bisa?."

"bukan gak bisa say, tapi males, tolong ya? " Rahma menyerahkan koran koran yang sudah di pilihnya pada Dita dan Nuris, "oooooiiii Kam**t, yang suka melek malem aku kok yang rese kamu sih mah? Diiiiiiih, anak sultan mana sih kamu, pakek uang mulu bikin tugas. bentar lagi ada tugas bikin makalah kamu mau beli otak siapa Mah? " Nuris sewot, disambut tawa oleh Rahma, dan senyum oleh dita.

"pliiiiissss Ril, kan kamu yang bisa bikin kalimat bagus bagus buat kliping ini Ris." Rayuan Rahmah dan beberapa lembar puluahan sukses membuat mata Nuris hijau.

"Iya deh, tapi jangan terus terusan ya? " Nuris sok ngancam, padahal dihatinya sungguh senang 'sering sering aja ada tugas ginian biar rahma bayar aku aja 😈😈😈. lumayan kan buat jajan" Nuris membatin.

waktu dhuhur sudah masuk saat Nuris selesai menyelesaikan tugas kliping milik Rahma dan miliknya.

mereka bertiga segera kembali kekamar untuk siap siap berangkat ke sekolah.

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

"Ya Allah, aku merasa Engkau tak adil dengan memberiku jodoh wanita yang tak sesuai dengan keinginan ku, ampuni hamba jika hamba merendahkan makhluk ciptaanMu ya rabb. tapi itulah adanya dalam hati aku. walau aku telah berusaha semampuku untuk menerima dia sebagai bagian dari hidup ku, tapi itu sungguh sulit bagiku ya Allah. aku tak mencintainya, bahakan aku tak menginginkannya. "

Aku berkeluh kesah pada Allah, oh, lebih tepatnya aku menggugat Allah.

walau saat itu aku mengatakan oada Lila untuk kita saling mencoba membuka perasaan kita satu dengan yang lain tapi nyatanya malah aku sendiri yang semakin menutup hatiku untuk Lila.

Aku, Rahardian telah memiliki calon istri yang sebenrnya sudah sangat pas dengan kriteriaku, yaitu si neneng, tapi apa lah daya ku, ibu ku malah menjodohkan aku dengan gadis abu kencur yang kalok nangis air mata ma ingus jadi satu itu. Ya Allah, dosa apa aku bisa berjodoh dengan cewek aneh itu.

Tapi benar kata Lila, seharusnya aku kudu bisa tegap, dan tegas, untuk memutuskan masalah ini, tapi kenapa aku malah jadi pengecut. aku tak mau di salahkan.

pokoknya kalopun aku gak jadi ma Lila aku gak boleh di posisi salah. aku harus benar, dan Lila yang salah

aku gak mau nanti keluarga memusuhi aku.

tapi... bagaimana caranya?.

atau aku berhenti saja berharap untuk bisa lepas dari ikatan pertunangan it?, pasrah pada takdir Allah?.

tapi tetap saja hati aku menolak.

aku tak bisa menerima dia di hati aku.

aku ingat ancaman Kakak Lila yang bernama Lili, dia akan menghabisi aku jika aku sampai menyakiti Lila.

ciiiiiiih, cewek gitu aja di belain, apaan sih? banyak banget yang suka ma Lila, padahal aku liat dia biasa aja. gak cantik, agak sedikit tomboy dan bar bar.

gak ada kalem kalemnya.

aku pengen tau reaksi dia kalok aku deketin dia duluan, dengan lemah lembut. apa dia kayak cewek cewek lainnnya juga ya, jd kecentilan dan selalu ngajak ketemuan teus?.

akhirnya waktu itu datang, saat kami sedang main ke rumah sodara ku di dekat gudang tembakau timur pasar kopedi, aku mencoba mendekatinya dan berbicara Dan saat sedang berdua, aku menatap Lila intens, hingga Lila merasa jengah "Kenapa liat liat?" Lila bertanya, alisnya bertaut bertanda heran. " Aneh aja, ada banyak cewek cantik tapi kok bisa kamu yang jadi calon istri ku? "

"ya mana aku tau kak? kalok kakak gak suka ya udah tinggal batalin doang." Nuris menatap wajah ku masih dengan dahi mengkerut.

"haaaaaaahhh, seandainya semudah itu dek. nyatanya hal itu sangat susah, mau gak mau aku harus belajar membuka hati buat kamu, nerima kamu yang... yaaaahh kamu sadar diri aja lah."

Lila tampak melihat dirinya sendiri lalu menggelengkan kepala seperti menghalau pikiran buruknya.

"jadi maunya kakak gimana sekarang? " Lila masih belum ngerti dengan apa yang aku maksud padanya.

"ya kita coba aja menjalani hubungan ini. kita liat, sampai mana kita bisa bertahan dengan hubungan kita. syukur syukur kalok aku bisa jatuh hati sama kamu, kalok nggak yaaa entahlah. kamu mau?".

"kalok kakak mau berusaha saya juga akan menghormati hubungan ini. dan juga akan belajar menerima keadaan ini. " Lila memberikan kesempatan padaku untuk melakukan belajar menerima dirinya. 'hemmmmm lumayan pandai ngomong juga nih anak ingusan.

"Baiklah, kita sepakat ya?. " aku tersenyum, dan belajar untuk merubah gaya bicara ku yang biasanya nyilot jadi lebih halus dan kalem. Lalu aku geser mendekati tempat duduknya.

"Aku capek pengen tiduran, pinjem paha kamu buat bantal ya?. " Tanpa menunggu jawaban Lila aku merebahkan kepalaku di paha Lila, Daannnnn.... dia menahan kepala ku cuuuuyyy,

"emmmm maaf kak, aku belum terbiasa. " Lila menatap tak enak padaku.

"makanya biasakan mulai sekarang, katanya mau belajar, ini aku lagi belajar buat nerima kamu lho di hati ku. " aku masih maksa meletakkan kepalaku di paha Lila. Lila membiarkannya.

"kok kepala aku gak di sentuh? knp? jijik? "ku menatap Lila yang menjauhkan tangan dari kepalaku, aku heran biasanya di kebanyakan adegan film kalok orang pacaran dengan posisi begini, si cewek akan mengelus lembut kepala si cowom kok si Lila malah menjauhkan tangannya dari aku sih?.

"Maaf kak belum terbiasa. kita bukan mahrom juga iya. aku takut dosa. " mendengar jawaban Lila seketika aku kembali ke posisi duduk ku.

"Hadeeeeeuuuuuhhh pacaran ma anak pondokan emang banyak aturannya ya?. " aku kesal pada Nuris yang masih aja polos, bener bener gak tau etika berpacaran ni anak. pantesan aja gak laku laku, orang dia bener bener gak peka. punggungku yang merasa lelah benar benar minta untuk di rebahkan. aku pun mencari posisi untuk rebahan di dekat Lila.

Aku tau Lila mungkin merasa heran dengan tingkahku kali ini yang mendekatinya dengan gaya yang berbeda dari biasanya. aku juga sebenarnya merasa hubungan ku dengan Lila ibarat air di atas daun talas, sama sekali tak pernah saling berpengaruh.

sekarangpun aku hanya sekesar mencoba Lila saja, apa benar ni anak polos, atau hanya sekedar pura pura polos buat dapetin simpati orang.

aku lihat Liala memegang dada kirinya, 'Duuuuh kenapa lagi ni anak kecil, masak dia punya penyakit jantung sih? aaaahhh biarin aja, toh dia gak ngeluh ini'

aku melanjutkan dan menikmati rebahanku dan memejamkan mata sejenak. sebelum akhirnya aku mengajak Lila pulang, karena hari sudah sore.

Di lain waktu aku mencoba meminta nomer telpon pondoknya pada bibinya.

"Nyah shafi, boleh aku minta nomer telpon pondoknya adek? "

"ooooh iya cong, boleh, kamu mau telpon Lila cong? " tanya beliau, "iya nyah, pengen kenal lebih dekat sama adek. soalnya kemaren kemaren gak sempet ngobrol lama karena sibuk maen ke rumah sodara. " aku memberi alasan.

"oooooh iya cong, gak papa malah bagus itu. tapi nanti kalok kamu telpon dia jangan ngaku kamu tunangannya Lila, bilang kamu kakaknya Lila, Alfa Ansori atau Ifnur gitu ya? kalok kamu ngaku tunangannya, nanti malah Lila kena hukum cong kasian". peringatan dari nyah shafia aku perhatikan.

"iya Nyah, terimakasih, oh ya kalok manggil giman nyah? " aku bertanya lagi.

"iya nanti kamu kalok di tanya mau manggil siapa, kamu bilang Nuris sya'ila Alkhalilah dari lumajang, kamar FN 3 ya? oh ya telponnya jam 9 pagi atau jam 10 malem ya cong? kalok di luar jam itu dia ada kegiatan di pondoknya"

"iya baik nyah. kalok gitu saya pamit dulu ya nyah? insya Allah nanti saya tlp adek." aku liat jam di dinding rumah nyah shafia, jam 8.45, bentar lagi dah bisa di telpon ni cewek.

tepat jam 9. 10 menit aku melakukan panggilan ke pondoknya Lila.

"Assalamualaikum, perlu dengan siapa dari mana? " seorang wanita menerima telpon ku.

"Waalaikum salam, mau manggil Nuris sya'ila Alkhalilah dari lumajang mbak."

"ooh iya, ini dari siapanya?"

"saya kakaknya Lila mbak."

"Kakaknya Nuris yang mana ya? "

"saya kakaknya yang ke 2 kak, Aan, alfa ansori."

"ooooh, adeknya khalili ya? " aku agak bingung.

"iya betul mbak." aku asal jawab.

"iya baik Mas, silahkan di matikan dulu, 5 menit lagi Mas telpon lagi ya? ".

"baik mbak."

aku meletakka telpon kembali ketempatnya. dan menunggu 5 menit.

setelah 5 menit aku kembali menelpon pondok Lila.

aaaah namanya agak susah aku mengingatnya, mirip nama cowok.

"Hallo Assalamualaikum,...." sapa suara berbeda dari yang tadi.

"Hallo, waalaikum salam, mbak, Nuris dari lumajang sudah datang kah?"

"oooh iya ini Nuris, ini siapa ya? " oooh ternyata dia sendiri.

"eeh dek, ini aku kak Hardi."

"oh, kakak, ada apa kak? " hemmm tau aku yang telpon nada suaranya turun 1 watt.

"Nggak papa pengen telpon aja, kamu sibuk d

ek? " aku basa basi.

"nggak sih kak, baru turun ngaji aja." pamer ni anak kayaknya, kayak yang mau banggain dirinya rajin nih

hemmmm biarin aja lah

"hemmm bentar lagi mau ngapain? " pertanyaan bodoh yang aku keluarkan.

"eeeeh, kenapa?" dia heran kan?

"ya nggak papa sih, pengen ngobrol aja ma kamu".

sepertinya Lila mulai merasa aku aneh mungkin ya?

"Kak, maaf ini telpon pesantren, bukan telpon rumah pribadi, kalok mau ngobrol ya ketemu aja hehehehehe, kalok di sini di jatah kak, hanya 10 menit maksimalnya." hemmmmm bodohnya aku, sampek di ingetin gitu ma Lila.

"eeehh, iya ya? lupa aku dek. ya udah, kamu sibuk aja dulu gih sana. kapan kapan aja kita ngobrolnya. " Jawabku dengan nada lembut Lila pasti semakin heran ma gaya bicaraku.

"ooooh iya kak. makasih ya?"

"Buat apa? "

"makasih buat kakak mau berubah untuk aku". Lila berkata hampir saja aku gak dengar. untung suasana wartel sekarang sedang sepi.

"ooh, hahahaha iya sama sama, kita saling belajar ya?"

"ok, ya udah kak, aku tutup dulu telponnya ya? Assalamualaikum. "

"iya dek, waalaikum salam. "

setelah itu aku letakkan kembali telpon ke tempatnya. dan segera membayar pulsa yang telah aku pakai telponan itu.

lama aku berpikir setelah bertelpon dengan Lila hingga aku pikir pikir haruskah aku pasrah pada takdir Tuhan dan menerima Lila sebagai istriku?, Lila saja berani mengambil keputusan, masak iya aku kalah ama anak kecil ini? aaaah sudahlah, anggap aja dia mainan. ntar kalok bosen tinggal buang hahahahahahahha.

salah sendiri, kok mau mau aja dia di jodohin ama aku?.

aku sih gak mau, tapi aku juga gak mau di salahin karena menolak perjodohan ini.

haaaaaaaahhhhhhhh....

liat aja Lila sampai mana sih kamu bisa tahan berdampingan ma aku?

the game is begin.