webnovel

Dunia yang berbeda (2)

Syam yang sedikit mulai bisa melepaskan perasaannya pada Nuris kini memilih untuk menyibukkan diri di sekolah, dia mengikuti ekstrakulikuler pramuka dan organisasi pencak silat.

Hari ini Syam pulang agak sore karena ada latihan pencak silat. Dan kegiatan ngajinya pun bertabrakan dengan kegiatan ekstranya. Hingga membuat Syam harus mengganti jadwal ngajinya, karena di tempatnya mengaji tidak menyediakan belajar setelah maghrib maka terpaksa Syam harus berhenti. Karena dia tidak tau harus mengaji kemana dan juga tidak tahu ada sekolah diniah di sekitar tempat tinggalnya.

"Le, Arif, kamu gak berangkat ngaji le?" tanya ibunya kepada Syam.

"nggak mih, aku gak bisa ngaji lagi, aku gak tau mau ngaji dimana lagi. apa perlu aku mondok juga ta Mih? kayak Lila itu, Lila sekolah sambil Mondok lho mi."

usul Arif pada ibunya

ibu Arif hanya geleng geleng kepala mendengar usulan putranya itu. bukan apa apa, beliau gak mau putranya mondok, sebab beliau gak tega melepas putra beliau dari rengkuhannya. belum lagi beliau memikirkan kegiatan yang full di pondok, jadi beliau takut tidak bisa memantau kesehatan putra kesayangannya itu.

"nggak perlu le, ilmu agama itu gak harus di cari di pondok pesantren, kamu bisa belajar pada ustadz ustadz yang ada di dekat sini Le. kalok kamu sudah SMA nanti kamu bisa jadi remaja masjod di desa kita, jadi kamu bisa sekalian nimba ilmu dan ikut meramaikan kegiatan masjid nak."

mendengar jawaban ibunya Arif menggbos semangatnya untuk belajar agama. Agak kecewa juga dengan jawaban ibunya itu. padahal Arif sangat ingin pergi ke pondok pesantren. tapi kalok orangtuanya gak ngijinin mau gimana lagi.

'aaaaaah Lila, aku merasa kamu semakin jauh dari aku Lila' frustasi Arif dari dalam hatinya. Mengusap rambutnya kasar, Arif bangun dan pergi mandi untuk melaksanakan sholat Ashar.

selesai sholat, Arif pergi keluar rumah, dia ke tempat Angga, dan disana sudah ada Bahtiar. mereka teman satu sekolah dari SD, sekarang masih bersama.

Mereka merencanakan kegiatan untuk hari minggu lusa, rencananya mereka mau main ke pemandian Alam yang orang jawa menyebutnya Umbulan.

Umbulan merupakan pemandian Alam yang sumbernya berada di dalam hutan yang mengelilingi pemandian tersebut. Pemandian umbulan ini di miliki oleh beberapa desa di kabupaten yang berada di kaki semeru ini.

Hari minggu pun tiba, mereka bertiga memakai kaos dan masing masing membawa bekal makanan, bahkan Angga membawa ban untuk pelampung. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang membelah hutan, tak begitu lebat pohon yang menaungi hutan itu, tapi membuat mereka merasa terlindung dari sengatan matahari pukul 10 siang itu.

Mereka berjalan sambil bercanda mengingat kejadian saat mereka masih murid baru di sekolah, yang di bully oleh senior senior mereka

"ada tu senior yang di panggil neng Mila tu, sampek sekarang masiiiiiihhh aja deketin aku, aku jadi gak enak sama teman teman. di kira pacaran nanti" cerita Arif yang dibsambut gelak tawa kedua temannya

"mungkin nemg Mila emang suka sama kamu Rip, kamu kan ganteng? udah, kalok neng Mila ngajak kamu pacaran kamu mau aja, itung itung nyari pamor, dia kan senior kita Rip? " canda Angga, di sambut gidikan bahu oleh Arif. Bahtiar tertaw "Setuju aku Rip, kalok kamu jadian sama neng Mila, aku yakin kamu pasti dapet hadiah terus tiap bulan, secara dia itu anak orang kaya Rip, bapaknya itu seorang perwira TNI lho, gak tau sich TNI apa. tapi yang pasti aku liat dia diantar jemput supir lho, udah gitu dia cewek paling cantik satu sekolah lho. kalok aq dah SMA udah aku pacarin tu sekertaris osis cantik" kompor Bahtiar. Tapi Arif tak terpengaruh oleh kata kata mereka.

Akhirnya mereka sampai di tujuan, sebelum menceburkan diri mereka terlebih dahulu pemanasan agar tidak terjadi kram otot saat masuk kedalam air.

mereka bermain di dalam air, Arif yang membawa bola melempar bola ke arah yeman temannya, sampai akhirnya banyak anak anak seusia mereka bergabung bermain bola di dalam air bersama mereka.

setelah puas bermain, mereka pulang, melewati jalan yang sama.

Saat sampai di rumah, Arif melihat ada sepedah motor terparkir di halaman rumahnya. Dia mendatangi ruang tamu untuk menyapa tamu yang datang itu. Ternyata itu adalah Nom Adri dan Nom Sabri, keduanya adalah paman Lila, adik dari ayah Lila.

"Assalamualaikum, Nom Adri, Non sabri, dah tadi Nom? " sapa Arif kepada keduanya.

"Eh kamu Le, Arif, iya dah tadi, kamu dah gede ya Le? kelas berapa sekarang? udah punya pacar? " Adri berbasa basi pada Arif.

"Masih kelas 1 SMP kok Nom. nggak punya pacar nom, tapi aku punya orang yang lagi aku tungguin" jawab Arif polos "siapa?" tanya Sabri, "Lila nom" jawaban Arif sontak mbuat yang mendengar tertawa keras.

"Kamu Le, ngayal terus, kamu belum waktunya mikir perempuan, masih kecil, ngompol aja baru berhenti kok, berani berani suka sama perempuan. lagian Le, kamu tu beda Dunia sudah sama Lila. Si Lila dunianya berada dalam pesantren Le, dunia pesantren itu beda dengan dunia yang ada di lingkungan seperti kita yang bebas dalam bergaul, tapi kita masih punya adat, jadi walau bebas dalam bergaul kita masih memiliki norma agama walau sedikit, itu yang membandingkan kita itu beda dari preman." kata abah awan ayah dari Arif.

"lha emang dunia pesantren itu gimana Bah?" Arif penasaran dengan kata kata ayahnya.

"Dunia pesantren memiliki aturan yang ketat dalam hal pergaulan, terutama antara laki laki dan perempuan. Di pesantren ada istilah mahrom atau muhrim, dan non mahrom atau non muhrim. Di pesantren kita akan di gembleng mengikuti aturan agama lebih ketat lagi. kamu sebelum nikah gak mau lihat wanita dan memilih yang lebih cantik dari Lila dulu? di luar sini, kamu bisa mendapatkan wanita yang kamu inginkan. kamu bisa melihat mereka, kalok di pesantren? kamu harus jaga pandangan matamu Nak" jelas ayah Abah Awan. Berharap anaknya bisa kembali fokus pada sekolahnya tanpa memikirkan Lila lagi, Beliau tau anaknya sedang suka pada Lila dari istrinya. Beliau hawatir alan mengganggu konsentrasi belajar putranya.

"Kamu Arif, berani bawa anak perempuan orang masuk kerumah ini, maka anak perempuan itu tak akan pernah melangkahkan kakinya keluar lagi dari rumah ini, dan kamu akan berhenti sekolah, mau? " ancam Abah.

Arif terkejut, refleks dia menggelengkan kepalanya

'Aku masih mau menikahi Lila, biar bagaimanapun aku harus bersama Lila jika sudah dewasa kelak'batin Arif ngedumel.

akhirnya Arif pamit pada tamu dan orang tuanya untuk ke kamar berisgirahat, setelah mendapat ijin dia langsung merobohkan tubuh lelahnya karena bermain air.

Ummi titis, ibu Arif masuk ke kamar putranya, dusuk di tepi ranjangnya dan mengusap kepala putra kesangannya.

"Bukan kami tak suka pada Lila nak, tapi kami sebagai orang tua ingin kamu fokus pada belajarmu, jangan mikir pacaran dulu, apa lagi nikah, kamu belum waktunya, kamu belum baligh Nak" ucap ummi Titis lembut.

"emang kalok laki laki baligh itu gimana ciri cirinya mih? " tanya Arif penasaran

"Mimpi basah, suaranya membesar, berusia lewat dari 15 tahun dan tumbuh jangkun di lehernya. kamu empat empatnya belum ada kan? " jawab ibunya sambil tersenyum.

Arif agak bingung, karena dia belum ngerti dengan istilah mimpi basah "mimpi basah itu apa ummi? " Arif bertanya lagi. "nanti kalok sudah mengalami kamu pasti paham, atau kalok kamu penasaran kamu tanya ustadmu aja, jadi nanti beliau akan menjelaskan secara detai. ah kamu nak, mimpi basah aja gak tau mau pacaran. sudahlah tunda dulu keinginanmu itu" ejek ummi Titis.

'baiklah besok aku akan tanya pada pak ikhramullah masalah ini' janji Arif pada dirinya sendiri.