webnovel

First Direction

Apakah kalian pernah mendengar nama Dullahan?

Dullahan merupakan sosok malaikat kematian terkenal dari Irlandia. Mitosnya muncul sekitar abad ke-enam masehi. Kala itu raja-raja yang memimpin Irlandia memuja dewa kesuburan bernama Crom Dubh.

Demi menyenangkan sang dewa, setiap tahun digelar acara penumbalan manusia. Sosok raja terkenal dalam kisah ini bernama Tighermas.

Dullahan paling senang datang saat festival perayaan dirinya. Di sana ia memburu nyawa-nyawa manusia.

Dullahan tak seperti dewa kematian biasa. Ia menenteng kepalanya agar bisa diangkat tinggi-tinggi melihat situasi. Keberadaannya diselimuti aura hijau untuk mengamati keadaan sekaligus ciri khas kegelapannya.

Dullahan paling benci dipergoki manusia. Jika melihatnya, siapkanlah surat wasiat, ia akan segera membunuhmu.

Selain sosok mengerikan, Dullahan selalu membawa cemeti yang terbuat dari sulaman tubuh manusia (dalam versi lain dari tulang belakang manusia). Dullahan mengendarai kereta kuda hitam yang dipenuhi tengkorak manusia sebagai alas lilin.

Tak peduli di mana kau bersembunyi, sekali Dullahan menetapkanmu sebagai target, ia pasti akan menemukanmu.

Panggillah ia. Teriakkan namanya. Dan menyesallah selamanya.

×ÙÚØ

Percaya atau tidak, sosok Dullahan juga eksis di Indonesia. Iya, Indonesia, kalian tidak salah baca. Negara yang terkenal dengan hantu-hantu kurang gizi. Nggak pernah dikasih raskin sama pemerintah. Makanya badannya kurang suplemen semua.

Untuk perbandingannya, bayangkan hantu Indonesia sama hantu luar negeri. Sundel Bolong, Pocong, Pala Buntung, Jelangkung, whatever! Penampilannya bikin muak semua. Coba kalo hantu luar negeri. Edward Cullen, Edward Cullen, dan ya, Edward Cullen!

Enough.

Sosok Dullahan yang terkenal di Indonesia tak berhubungan dengan makhluk mistis. Dullahan merupakan kode nama yang digunakan untuk mengidentifikasi pelaku dari rentetan kasus pembunuhan.

Korban terakhirnya adalah Suryadi Suryodiningrat, juragan tembakau sukses yang memiliki saingan bisnis di sepenjuru negeri.

Seperti kasus pembunuhan Dullahan lain, ia selalu mengirim surat peringatan beserta waktu pelaksanaan. Begitu mengetahuinya, Suryadi Suryodiningrat langsung diamankan dalam suatu ruangan super-duper-really-incredible-SAFETY! Dengan penjagaan ratusan bodyguard ditambah pengawasan lewat udara.

Mereka sama sekali tak memberikan celah.

Malam berlalu. Suryadi Suryodiningrat masih duduk di sofa dengan dua belas pengawal yang berdiri membelakanginya.

Malam terus berjalan dengan tenang. Bahkan tak seekor nyamuk pun berhasil menembus barikade tersebut.

Batas aksi Dullahan di surat peringatannya adalah jam dua belas malam. Semua orang sudah optimis keangkuhan Dullahan akan hancur. Ia takkan bisa menembus keamanan penjagaan Suryadi Suryodiningrat.

Untuk alasan yang belum jelas, Dullahan bersumpah akan bunuh diri sampai tak bisa membunuh targetnya.

Sekarang adalah saat dunia bisa tenang. Pembunuh bayaran paling berbahaya akan segera mati.

Namun mereka semua salah. Kesalahan besar yang sama sekali tak nampak. Suryadi Suryodiningrat telah mati. Ia duduk memejamkan matanya bukan karena tidur.

Hasil autopsi menunjukkan jantungnya berhenti sekitar pukul setengah sebelas malam karena racun yang masuk dari syaraf belakang.

Di tengah keamanan yang begitu sempurna. Dalam pengawasan jutaan pasang mata (pengawalan Suryadi Suryodiningrat disiarkan secara nasional). Tetap tak bisa menghadang sang malaikat kematian.

Kasus ini hanya sebagian kecil dari petualangan kematian dan teror Dullahan. Sebelumnya telah banyak ia menebar aura kegelapan. Seluruh Jakarta rasanya diselimuti aura hijau Dullahan (yang asli).

Ia seperti mengetahui segalanya.

×ÙÚØ

Bertugas mengawal seseorang yang dijadwalkan mati oleh Dullahan merupakan hal yang tak seorangpun inginkan. Dullahan telah berkata, siapa yang melihatku akan kubunuh juga.

Tak seorangpun mau melindungi target Dullahan. Pengamanan seketat kasus Suryadi Suryodiningrat bukan yang pertama. Semua target Dullahan yang berkocek lebih rela menggelontorkan berapapun dana untuk perlindungan.

Semua sia-sia. Sial seorang pengawal kebetulan memergoki Dullahan melancarkan aksinya. Kejadian itu merupakan momen berkesan bagi semua orang. Dullahan bisa terpergok.

Semua yang bertugas di ruangan itu diketemukan mati keesokan harinya. Rekaman video yang sempat merekam dirinya pun lenyap sebelum berhasil di evaluasi.

Kelicinan Dullahan dalam melaksanakan pekerjaan meningkat semenjak itu. Rasanya tidak mungkin lari darinya. Kecuali kamu bisa menghilang atau membelah diri.

Nyatanya, Dullahan seorang pembunuh bayaran. Ia melancarkan aksinya dengan jaminan takkan ada kecurigaan tertambat kepada pemberi ordernya.

Salah seorang saksi mata yang beruntung masih bisa hidup setelah penyerangan Dullahan (habis itu mati juga sih) menerangkan suatu ciri penting dari pembunuh tanpa belas kasihan itu,

"Ia hanya melihatku dengan satu mata..."

×ÙÚØ

Rumor ciri khas Dullahan tersebut menyebar dengan cepat. Orang-orang langsung menggambarkan Dullahan seorang pria keren dengan mata ber-eyepatch.

Entahlah. Meski pembunuh ia punya fansite.

Kenyataannya Dullahan tak mengenakan eyepatch. Ia digambarkan sebagai laki-laki berpakaian serba hitam dan menggunakan topeng yang hanya berlubang di bagian mata kirinya saja.

Sebagai pembunuh bayaran profesional, Dullahan tak mengizinkan siapa pun mengetahuinya. Semua hubungan dengan klien dilakukan via internet. Pemberi jobnya sendiri bahkan tak pernah melihat wajahnya.

Sebagai pembunuh bayaran profesional, Dullahan tak mengizinkan siapa pun memerintahnya. Bagaimana caranya membunuh. Siapa saja yang harus dibunuh. Semua merupakan wewenang mutlaknya.

Satu-satunya yang akan ia terima dari klien hanyalah uang. Karena tak seorangpun bisa hidup tanpa uang. Dunia yang luas ini telah terperdaya oleh lembaran kertas yang kalau dibakar juga hangus.

Takkan ia biarkan keenam adiknya di kampung menderita karena kelaparan atau kekurangan biaya. Untuk sekolah atau beli baju misalnya.

Nilai kurs rupiah terus menurun. Ia harus mengirim ratusan juta untuk biaya hidup keenam adiknya. Maklum, kampungnya di Swiss.

Stagnasi nasib dan kemiskinan membuat pekerjaan apa pun jadi lumrah dilakoni sebagian orang yang kurang beruntung untuk menyebut iman dalam hidupnya.