webnovel
#ROMANCE
#COMEDY
#CEO
#ROMANTIS
#PERNIKAHAN
#BUCIN
#POSESIF
#COGAN

Ciuman Pertama Aruna

Bagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemilik mega bisnis di seantaro negeri! Hanya pernikahan kontrak Tak masalah tapi rumornya Hendra memiliki kekasih?? Kekasihnya malah seorang artis! Namun...apa yang akan terjadi ketika sang CEO tiba-tiba saja mulai menunjukkan bibit-bibit cinta padanya? Tak hanya itu, seorang pemuda sahabat terbaik, Damar namanya juga mendekatinya! "Apa bedanya tanggal 28 sama 29 Oktober??". Damar melempar pertanyaan. "Apa? nggak lucu gue jitak". "28 Oktober sumpah pemuda". "29 Oktober.. ". Aruna tak sadar Damar mendekati dirinya. "Sumpah aku sayang kamu". Pemuda Padang benar-benar berbisik tepat ditelinga Aruna. Membuat gadis itu gelagapan dan mendorong tubuh Damar. Siapakah yang akan dipilihnya, sang suami kontrak atau Damar, solois bersajak manis ini? Dapatkah keinginan Aruna untuk menjadi janda dan pulang ke rumahnya kelak terlaksana seiring berjalannya waktu ataukah hatinya akan luluh untuk sang CEO? Nikmati kisah Aruna, CEO Hendra dan Solois Damar dalam 'Ciuman Pertama Aruna' #available in English, title: The Beauty Inside: stealing the first kiss, get a wife. INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar) Nikmati visualisasi, spoiler dan cuplikan seru tokoh-tokoh CPA.

dewisetyaningrat · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
1020 Chs
#ROMANCE
#COMEDY
#CEO
#ROMANTIS
#PERNIKAHAN
#BUCIN
#POSESIF
#COGAN

II-49. 3P 'Sangat Berbahaya'

"Cepatlah.. jangan lama-lama. Aku ingin membawanya ke kamar" Hendra bicara sesuai isi hatinya. Cara bicara itu hanya muncul ketika dia berada di dekat Aruna. 

Putri Lesmana spontan menginjak kaki cucu Wiryo, menatap dengan mata melotot "Bicaralah yang benar," 

Mereka masih sempat uring-uringan. ^^

Putri Lesmana spontan menginjak kaki cucu Wiryo, menatap dengan mata melotot "Bicaralah yang benar," 

Aruna menggerakkan mulutnya, menggerutu berusaha mengendalikan Hendra yang seolah ingin menariknya. 

"Kita makan dulu yuk" Oma Sukma tersenyum ramah dan menarik lengan Aruna. 

"Tidak kita akan makan di kamar" Hendra pun tidak mau menyerahkan Aruna pada Omanya. Dia mencengkeram tangan gadis itu. 

"Ayolah oma, biarkan aku merayunya agar segera mencetak cicitmu" Mulut pria ini sungguh sedang tidak bisa di hentikan. Kalau dulu dia pandai sekali mengeluarkan kata tajam sekarang dia sudah pandai mengutarakan keinginan tanpa ada batasan.