webnovel

Chapter 7

"Dae Joon, di mana flashdisk-nya?" Haeri menyodorkan tangannya, dengan matanya terfokus ke layar laptop.

Dae Joon meletakkan flashdisk yang ia bawa dari sakunya ke telapak tangan Haeri. Dengan cepat Haeri langsung menyambungkan flashdisk-nya ke laptop. "Baiklah, ini dia denah rumahnya"

Dae Joon memastikan mobil sport hitamnya tidak menarik perhatian seseorang di sekitar rumah korban kasus mutilasi, lalu ia mendekatkan dirinya dengan Haeri, berusaha melihat lebih dekat ke layar laptop. "Kita akan masuk lewat jendela kamar Jang Sooya"

Haeri tidak bisa menuruti perintah jika tidak diberikan informasi yang lengkap. "Rencana lengkapnya?"

"Kita masuk lewat jendela, kita cari barang yang bisa dijadikan sebagai barang bukti, lalu keluar dari kamar lewat jendela lagi"

"Baiklah"

Dae Joon dan Haeri keluar dari mobil. Dae Joon memeriksa jam tangannya dengan kepala yang tegas menghadap ke depan, sedangkan Haeri mengikat rambutnya agar tidak menganggu pekerjaannya. Mereka harus menaiki pagar yang tingginya tidak terlalu tinggi, lalu melewati beberapa semak-semak yang menghalangi jalan masuk mereka lewat jendela. "Ladies first" ucap Dae Joon mempersilahkan Haeri memasuki jendela kamar terlebih dahulu.

"Kau mau memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikan dari dalam rumah dengan menjadikanku sebagai pelindung, bukan?"

Dae Joon tersenyum tipis, "Hm? Kamu berpikiran seperti itu?"

Haeri memutar bola matanya, ia tetap patuh dengan perkataan Dae Joon. Ia memasuki kamar terlebih dahulu, lalu diikuti oleh Dae Joon setelah ia melihat-lihat keadaan di belakang tubuhnya. Setelah memasuki kamar Jang Sooya, kedua partner kerja itu mulai membongkar semua barang-barang sang korban pembunuhan. Beberapa barang ada yang berkepemilikan oleh suami korban, namun barang-barang itu tidak berguna untuk penyelidikan.

Tak lama kemudian, Dae Joon menemukan buku harian milik Jang Sooya. Ia memanggil Haeri dan Haeri pun menghampiri temannya itu sesaat setelah ia melihat isi lemari pakaian milik Jang Sooya dan suaminya yang menurutnya sangatlah buruk. "Jang Sooya dan suaminya memiliki selera fashion yang buruk" cetusnya ketika ia melihat kembali ke lemari yang ia lihat isinya tadi. "Jadi apa itu? Buku harian korban?"

"Ya" jawab Dae Joon dengan datar. Ia melihat penampilan buku harian Jang Sooya. Berwarna merah muda, terbuat dari kulit. Imut, pikir Haeri. Dae Joon membuka isi buku harian tersebut. Makan, terjatuh, festival olahraga, pesta piyama, dan hal-hal yang tak penting lainnya. Dae Joon membolak-balik halaman buku harian tersebut, kira-kira halaman yang ditulis ada 30 halaman. Dae Joon memakai trik membaca cepat yang ia pelajari dari temannya yang berasal dari negara tirai bambu.

"Tidak ada apa-apa" judes Haeri ke Dae Joon.

Dae Joon memiliki firasat bahwa buku harian yang ia bawa itu mengandung bukti yang ia cari untuk kasus mutilasi Jang Sooya. Ia merasa telah meninggalkan poin-poin penting dari buku harian tersebut. Tiba-tiba, mata Dae Joon terbelalak ketika ia mendengar suara kriit dari luar kamar Jang Sooya, suara itu tidak hanya satu. Suara itu adalah suara langkah para kaki mengendap-endap. "Haeri, bersiaplah"

Haeri mengangguk, ia merapikan barang-barang dan menghilangkan jejak yang tertinggal di kamar korban dengan cepat.

"Haeri, ada orang di rumah ini" kata Dae Joon tentunya dengan nada heran.

"Ya, dan itu pasti suaminya Jang Sooya, ya kan?"

"Tidak. Dari suara hentakan kakinya, perkiraan lebih dari dua orang"

Haeri langsung sigap menyiapkan pose kuda-kuda di hadapan pintu kamar. Dae Joon juga ikut bersiap dengan kehadiran seseorang yang membuka pintu kamar. Sesuai dugaan, seseorang memutar kenop pintu dan memasuki kamar Jang Sooya. Dengan cepat, Dae Joon mengincar bagian leher untuk dilumpuhkan, sehingga orang yang memasuki ruangan itu langsung pingsan di tempat. Dae Joon dan Haeri mengobservasi penampakan orang tersebut. Memakai topeng pantomim, berbaju manset hitam panjang dan celana legging yang sama hitam dan panjangnya. Haeri menyingkirkan topeng pantomim dari wajah orang tersebut, dan tampaklah wajah pria paruh baya dengan beberapa bagian alis dan rambut yang beruban. "Kita harus tahu alasan keberadaan para orang pantomim ini di sini. "Ayo, Haeri" Dae Joon keluar dari kamar Jang Sooya, ia berjalan dengan mengendap-endap ke ruang tengah yang di mana terdapat segerombolan orang pantomim yang sedang mengotak-atik barang-barang di ruang tengah. Tentunya Haeri mengikuti temannya itu dari belakang. "Mereka sedang mencari apa?"

Dae Joon tidak menggubris pertanyaan Haeri. Ia sibuk tenggelam dalam pikirannya. "Mereka mencari hingga ke sela-sela sofa dan di bawah karpet, sepertinya mereka sedang mencari suatu barang yang berukuran kecil. Tapi jika itu benar, apa yang sedang mereka cari? Sebuah catatan? Flashdisk? Surat? Tapi ,jika itu benar, kenapa? Untuk apa? Dan hal apa yang telah dilakukan Jang Sooya sampai ada segerombolan orang yang menyelundup ke rumahnya?" batin Dae Joon dengan pikiran yang makin ruyam.

"Kita tunggu sampai mereka menemukan apa yang mereka cari" ucap Dae Joon sembari memastikan rekannya berada di sampingnya. Haeri membalasnya dengan anggukan.

Setelah menunggu, salah satu dari segerombolan orang mencurigakan itu berseru menemukan sesuatu, "Aku menemukannya!". Segerombolan itu mulai berkumpul dan memastikan barang yang ditemukan oleh temannya itu. "Ini data fragment yang kita cari" ucap salah satu dari mereka yang kira-kira merupakan pemimpin kelompok kriminal tersebut.

Dae Joon menoleh ke Haeri, lalu mengangguk, memberikan isyarat untuk menyerang. Dengan secepat kilat, Dae Joon dan Haeri langsung mulai menyerang segerombolan tersebut. Dae Joon melayangkan pukulan yang keras ke pemimpin gerombolan tersebut, dan Haeri memakai senjata revolver dengan peluru yang merupakan obat bius ke para orang-orang bertopeng pantomim itu. Tidak butuh waktu lama bagi Dae Joon dan Haeri untuk menghabisi segerombolan orang-orang pantomim kelas teri. Dae Joon mengambil data fragment berbentuk chip di samping tangan pemimpin yang terkapar. "Tidak ada yang memanggil bala bantuan?" tanya Dae Joon kepada Haeri.

"Sudah kupastikan tidak ada satu pun dari mereka yang memanggil bala bantuan"

Dae Joon mengangguk. "Sebaiknya kita suruh para polisi bayaran untuk membereskan semua kekacauan ini" ucapnya sembari berlalu menuju pintu keluar.

Pyaar!

Suara benda keramik yang pecah terdengar dari dapur sekaligus ruang makan. Dae Joon dan Haeri menoleh ke belakang, mata mereka terbelalak dan jantung mereka mulai berdegup kencang. Dae Joon menarik kembali tangannya dari kenop pintu, lalu ia mengangkat telunjuknya dan di dekatkan dengan bibirnya, memberi isyarat untuk diam. Haeri mengintip dari balik dinding yang menjadi perbatasan antara ruang tengah dengan ruang depan. Haeri menunjukkan bahasa isyarat karangan sendiri ke Dae Joon, ia mengacungkan jari tengah dan jari telunjuk yang diapitkan, lalu diarahkan ke dirinya dan ke arah dapur. Dae Joon mengangguk, dan Haeri pun membungkukan badannya, mulai bergerak mengendap-endap menuju dapur. Dae Joon mengikuti Haeri dari belakang sambil ikut membungkukkan seluruh badannya.

"Piring klasik" bisik Haeri sembari menunjuk ke pecahan piring kuno berwarna putih di lantai. "Pasti orang yang memecahkannya sedang bersembunyi"

Dae Joon berdiri, lalu melihat ke sekeliling dapur. Dae Joon mengambil gelas yang ia temukan tergeletak tak jauh dari dirinya, ia melemparkan gelas tersebut ke sisi lain ruangan di dapur. Pyar! Suara pecahan gelas terdengar nyaring di sisi lain dapur. Dae Joon kembali bersembunyi sembari menunggu orang yang bersembunyi di dapur keluar dari tempat persembunyiannya. Akhirnya, seseorang dengan hoodie hijau tua dan celana jins muncul dari tempat persembunyiannya.

Dae Joon dengan cepat langsung berlari dan mendorong orang berhoodie hijau tua tersebut hingga terjatuh ke lantai. Dae Joon mengunci kedua lengan orang berhoodie tersebut agar tidak bisa bergerak. "Park Kyo Seung?"

Orang berhoodie itu berusaha melihat ke belakang, pipinya tertempel pada lantai. "Dae Joon?!"

Dae Joon langsung berdiri, diikuti dengan Kyo Seung yang berusaha bangkit dengan tubuh yang kesakitan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Kyo Seung dengan nada kesal.

Haeri keluar dari tempat persembunyiannya, ia menghampiri Dae Joon dan Kyo Seung. "Wah? Kyo Seung, kamu sedang mencari bukti untuk pengakuan 'tidak bersalah'mu?"

"Iya...begitulah. Sebenarnya aku mendapatkan info dari seseorang bahwa ada perampokan di sini, jadi sekalian saja aku mencari barang bukti. Tidak kusangka kalian juga sedang mencarinya" Kyo Seung menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Sejak kapan kalian datang ke sini?"

"Tidak lama. Kamu menemukan bukti yang kau cari?"

"Tidak sama sekali, lebih tepatnya, aku tidak tahu apa yang seharusnya kucari" balas Kyo Seung dengan asal. "Kalian sudah menemukan bukti?"

Haeri melirik ke Dae Joon, meminta persetujuan dari rekannya itu untuk memberitahukan bukti yang mereka temukan. Dae Joon mengangguk pelan. "Kami baru mendapatkan buku harian Jang Sooya"

Kyo Seung terdiam, merenung sesaat. "Lebih baik kita bahas ini di tempat lain saja" ucapnya sembari berjalan menuju pintu depan rumah.

Krek!

Untuk kedua kalinya, Dae Joon dan Haeri terkejut, Kyo Seung pun juga ikut terkejut ketika suara terdengar dari ruang tengah. "Sial, masih ada seseorang di ruang tengah" batin Dae Joon sembari berlari ke ruang tengah dan mencari orang bertopeng pantomim yang sedang bersembunyi.

Dae Joon membuka semua pintu laci dan lemari, membuka seluruh titik tempat bersembunyi di ruang tengah. Namun, ketiga bersahabat itu dikejutkan oleh seseorang dengan topeng pantomim muncul entah dari mana, dan berlari keluar dari rumah melewati pintu depan. Dengan sigap, Dae Joon, Kyo Seung, dan Haeri langsung mengejar orang tersebut.

***

Orang bertopeng pantomim itu kabur dengan bantuan hoverboard, ia berusaha mencari gang sempit agar mobil milik Dae Joon tidak bisa mengikuti dirinya. Dae Joon mengendarai mobilnya dengan menyesuaikan kecepatan orang yang diincarnya itu. "Jung Dae Joon, kamu lambat sekali!" judes Kyo Seung sembari melihat orang yang mereka kejar itu, lewat jendela mobil.

"Sengaja. Tempelkan ini di bajunya" Dae Joon memberikan alat pelacak kecil berwarna hitam dari laci dashboard mobil ke Kyo Seung. Kyo Seung menerimanya, lalu ia membuka lebar jendela mobil dengan lebar. "Pegangan" ujar Dae Joon sembari mengganti persneling ke enam. Mendadak, mobil langsung melaju dengan kecepatan maksimum.

"Hah, sebenarnya orang itu pakai hoaverboard jenis apa? Cepat sekali jalannya" keluh Haeri sembari berusaha duduk tenang dengan kecepatan kendaraan yang tinggi. "Untung jalan ini lumayan sepi dan luas"

"Lebih dekat lagi, Dae Joon!" teriak Kyo Seung kepada Dae Joon sembari bersiap untuk melompat keluar dari jendela mobil.

"Bodoh! memangnya tubuhmu bisa muat melewati jendela mobil?"

"Bisa, bisain!"

Dae Joon menghela napas heran, ia mendekatkan mobilnya dengan orang yang sedang kabur itu. Kyo Seung sukses keluar dari mobil melewati jendela. Beruntung bahwa tubuhnya ramping, jadi ia bisa dengan mudah keluar lewat jendela mobil.

Orang yang dikejar itu terjatuh terdorong oleh Kyo Seung, tubuhnya tertindih oleh Kyo Seung namun ia berhasil kabur darinya ketika ia menyemprotkan suatu cairan ke wajah Kyo Seung, sehingga Kyo Seung meringis kesakitan sembari menyeka air matanya. Orang tersebut berlari memasuki gang kecil yang tak jauh di depannya.

Dae Joon dan Haeri keluar dari mobil. Haeri menghampiri Kyo Seung yang sedang bangkit dengan mata yang perih, sedangkan Dae Joon berusaha untuk mengejar target mereka.

"Aku tidak apa-apa, Haeri. Mataku hanya perih sesaat" sanggah Kyo Seung ketika Haeri menawarkan untuk kembali ke mobil. Ketika mata sudah mulai membaik, Kyo Seung langsung menarik pergelangan tangan Haeri dan mulai mengejar teman mereka.

Haeri dapat berlari cepat dengan dorongan Kyo Seung, akhirnya mereka tidak lama dapat melampaui larinya Dae Joon. Mereka bertiga mengira, bahwa gang sempit nan gelap tersebut adalah jalan buntu. Namun nyatanya, gang tersebut menjadi jalan yang bercabang tiga. Beruntung, Dae Joon, Kyo Seung, dan Haeri masih mendapat kesempatan mengejar orang bertopeng pantomim. Mereka pun berlari mengikuti ke mana target mereka pergi.

"Eh?" Kyo Seung dan Haeri menatap ke satu sama lain, Dae Joon hanya terdiam namun ia juga sama bingungnya.

"Dia pergi ke tengah" kata Dae Joon.

"Tidak, dia pergi ke kanan!" sanggah Kyo Seung ke Dae Joon.

"Kawan-kawan, sudah jelas mereka pergi ke kiri" ujar Haeri sembari menunjuk ke jalan yang ia pilih.

Ketiga kawan itu terdiam sejenak, "Kalian pergilah ke jalan masing-masing. Kalau salah satu dari jalan buntu, kembali ke sini" papar Dae Joon ke Kyo Seung dan Haeri.

Kedua orang itu mengangguk, akhirnya mereka pun sepakat untuk memasuki jalan masing-masing.

Aku baru sadar cerita ini terlalu bertele-tele dan basa-basi. kuusahakan untuk tidak terlalu banyak kata basa-basi.

Keidou_Kurobacreators' thoughts