webnovel

Citra Dan Cerita

Amanda Citra Sofia, atau kerap di sapa Citra. Gadis berusia 18 tahun yang terpaksa menikah muda dengan kekasihnya yang bernama Satria Wijaya. Karna suatu hal pernikahan muda tak bisa terelakkan. Citra terpaksa mengubur dalam-dalam mimpinya, dan memilih hidup berumah tangga dengan suaminya yang juga sangat mencintai. Dan dari sini kehidupan baru Citra di mulai, awal dari pernikahan itu memang kehidupan mereka tampak bahagia dan baik-baik saja. Namun semakin lama, perubaham sikap sang suami terlihat nyata. Alih-alih hidup bahagia tapi Citra malah mengalami penderitaan dan KDR. Suaminya yang dulu sangat menyayanginya berubah menjadi kasar dan semena-mena, hal itu karna di ketahui suaminya mengalami gangguan jiwa. Lalu sanggupkah Citra mempertahankan rumah tangganya? Note: Cerita ini di angkat dari kisah nyata.

Eva_Fingers · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
4 Chs

Ketulusan Satria

Rintik hujan kala itu, Citra baru saja keluar dari dalam mobil dengan langkah cepat-cepat karna takut seluruh tubuhnya akan basah.

Dengan membawa banyak barang dan di bantu oleh seorang sopir travel yang mengantarkannya pulang ke kampung tercintanya.

Dalam hujan itu, seluruh keluarganya tengah menyambutnya di depan pintu.

Citra tampak bahagia. Selamat kurang lebih satu tahun dia merantau dan tidak bertemu dengan orang tuanya. Kini dia pun akhirnya bisa berjumpa dan berkumpul kembali.

Senyuman serta tangisan bahagia menyambutnya.

 

Citra terpaksa bekerja karna kondisi keuangan keluarganya yang kurang baik.

Saat itu, adiknya harus masuk sekolah menengah pertama, dan ayahnya terpaksa berhenti bekerja karna beliau mengalami sakit keras.

Sementara ibunya, hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang hanya bekerja mengurus rumah dan menjual gorengan untuk membantu keuangan keluarganya.

Karna hal itu yang mendorong Citra untuk berani merantau dan meninggalkan sementara pendidikannya, agar tidak terlalu merepotkan keluarganya.

Awalnya keinginannya untuk berhenti sekolah dan bekerja juga di tentang oleh keluarganya, terutama oleh sang Ayah. Namun Citra meyakinkan mereka semua.  Hingga keluarganya menyetujui dia bekerja keluar kota. Untuk meringankan masalah keuangan keluarga. Karna memang saat itu kondisinya benar-benar sulit, jangan kan untuk biaya sekolah dua orang, untuk makan pun mereka sudah sangat sulit.

 

Namun sekarang semua sudah mulai membaik, ayahnya sudah sehat dan mulai bekerja kembali. Sementara adiknya juga berhasil sekolah dengan mendapatkan beasiswa. Sementara Citra sendiri juga sudah memiliki cukup uang untuk melanjutkan sekolahnya. Dia berpikir setelah ini dia juga akan bekerja sampingan untuk mencari uang jajan sendiri.

 

Dan tak berselang lama Citra kembali mendaftar sekolah. Dan selama menunggu hari masuk tahun pelajaran baru. Citra berada dirumah dan membantu ibunya berjualan nasi uduk dan berbagai gorengan di depan rumahnya. Dan mulai saat itu pula Satria mulai sering datang ke rumah Citra. Bahkan beberapa kali mereka juga sempat pergi keluar berduaan.

***

"Citra!" panggil Satria.

"Iya, ada apa, Sat?"

"Aku ada sesuatu buat kamu!" ucap Satria.

"Iya, apa?"

"Ini!" Satria menaruh sebuah kotak kecil ditangan Citra.

"Ini apa, Sat?" tanya Citra.

"Adalah pokoknya, tapi nanti ya bukanya!" pinta Satria.

"Loh, memang kenapa kalau di buka sekarang?"

"Ya, pokoknya nanti saja, aku kan malu kamu buka sekarang!"

"Oh, gitu ya! Ok!" jawab Citra.

Dan setelah memberikan kotak kecil itu kepada Citra. Satria pun langsung pergi dari rumah Citra.

"Yaudah, Cit! berhubung sudah malam aku pulang dulu ya, soalnya gak enak sama Ayahmu!" ujar Satria.

Citra pun mengangguk menanggapi ucapan Satria.

 

Setelah Satria pulang Citra pun langsung pergi ke kamarnya. Tentu dia sudah tak tahan dengan rasa penasarannya. Perihal apa yang ada di dalam kotak kecil itu.

Lalu setelah masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya, Citra mulai membuka  kotak kecil pemberian Satria.

Kotak kecil yang di hiasi pita berwarna merah jambu yang mengikat sisi tengahnya itu. Semakin membuatnya penasaran saja.

 

"Kira-kira apa ya isinya?" ujar Citra.

Lalu setelah di bukanya kotak kecil itu. Rupanya di dalamnya berisi kalung emas.

Kalung emas yang terlihat sederhana dan biasa saja. Dan jenis emas dalam kalung itu pun juga, bukan emas murni dengan kadar tinggi, tapi emas dengan kadar rendah.

Namun bagi Citra kalung itu terlihat sangat istimewa dan berharga.

Apalagi setelah dia membaca isi surat dalam kotak itu.

 

Dalam surat itu bertuliskan, jika selama ini Satria yang masih seorang siswa SMU itu, rela bekerja paruh waktu menjadi seorang tukang parkir. Demi bisa mengumpulkan uang yang akan dia pergunakan untuk membelikan sesuatu untuk Citra.

Jadi kalung emas pemberian Satria itu adalah murni uang yang di dapatnya dari jerih payah menjadi tukang parkir, dan bekerja paruh waktu lainnya. Bukan dari pemberian orang tuanya.

Tentu hal itu membuat Citra semakin bangga dengan Satria.

Karna tak di sangka Satria yang di anggap playboy itu rupanya benar-benar mencintainya.

Selama ini perasaan tulusnya kepada Satria ternyata di balas pula oleh Satria dengan perasaan tulus pula.

 

Citra tak peduli dengan gosip tentang Satria yang seorang playboy. Baginya Satria lelaki yang baik dan setia.

Dan itu memang benar adanya. Selama berkenalan dengan Citra, sosok Satria yang seorang lelaki yang mudah tergoda wanita dan sering bergonta-ganti pacar itu pun perlahan melenyap.

Dia benar-benar merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya kepada Citra.

Satria tidak lagi menggubris tentang para teman-teman perempuannya yang sedang mendekatinya. Baginya yang paling dia cinta dan paling berharga adalah Citra.

***

Esok harinya.

Masih dalam suasana libur sekolah. Satria semakin sering berkunjung ke rumah Citra, tak terkecuali hari ini.

"Citra, gimana dengan pemberianku kemarin kamu suka?" tanya Satria.

Sambil tersenyum Citra pun menganggukkan kepalanya. "Iya, aku suka!"

"Maaf ya, Citra! aku hanya bisa memberimu barang seperti itu. Tapi perlu kamu ketahui kalau aku mendapatkannya dengan bersusah payah lo!"

"Iya, aku tahu kok, kan kamu sudah cerita lewat surat. Gila so sweet banget tau enggak sih, padahal sudah ada ponsel tapi masih pakek surat, kayak jaman, penjajahan hehe!" seloroh Citra.

"Haha! kan biar romantis!" sahut Satria, dengan nada bercanda pula.

 

Setelah jam menunjukkan pukul sembilan malam, Satria pun mulai berpamitan dengan Citra. Jam itu memang jadwal pulang ketika berkunjung ke rumah Citra.

Ayah citralah yang memberi batasan waktu itu.

Dia tak memberi izin apel lebih dari jam sembilan malam.

 

***

 

Namun dalam perjalanan pulangnya, tiba-tiba Satria di hadang oleh beberapa pemuda yang usianya jauh lebih tua darinya.

Salah satu pemuda itu adalah penggemar Citra. Tak di pungkiri Citra adalah seorang gadis cantik yang memiliki banyak penggemar di kampungnya dan salah satunya adalah pemuda yang bernama Aldino, atau yang akrab disapa Dino.

Dia sudah lama menyukai Citra, namun Citra tak pernah membalas perasaannya.

Hingga akhirnya Citra malah memilih Satria.

Tentu hal itu membuat Dino yang seorang pemuda paling di takuti di kampung itu tak mau tinggal diam.

Dia dan kawan-kawannya pun memaksa berhenti motor yang di kendarai oleh Satria.

Dan Dino serta kawan-kawannya yang berjumlah 4 orang itu pun menyeret Satria di tempat sepi dan  mulai menghajar Satria habis-habisan. Bahkan mereka juga mengancam akan menyakiti Citra jika Satria dan Citra masih berhubungan.

Namun Satria tak bisa merelakan begitu saja. Dia tidak mau hubungannya kandas begitu saja hanya karna ancaman Dino. Tapi Satria juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karna Dino si preman kampung itu jauh lebih berkuasa dan memiliki banyak teman yang seperti anak buah. Dan siap membantunya, kapan pun dia mau. Termasuk untuk mencelakai Satria.

 

Memikirkan akan hal itu, pikiran Satria pun perlahan kalut hingga dia mulai merasa stres.

 

 

Bersambung

 

Yuk jangan lupa review dan bintangnya ya Kaka!

Biar Author nya kembali bersemangat hehe!