webnovel

Cintaku mantan kakak ipar ku

Dia yang ku cinta memilih kakak ku sebagai pendamping hidup-nya. Aku hanya bisa pasrah dan menerima-nya. Namun melihat-nya tersakiti secara fisik dan batin oleh kakak ku membuat ku terlibat lagi dengan-nya. "Jaga wanita mu, atau akan ku rebut dia kembali" kata ku pada kakak ku itu.

IChy_dStya · Fantasi
Peringkat tidak cukup
14 Chs

Kenangan masa lalu

Setelah ku memastikan apa yang telah ku lihat sebelum-nya, yakni bekas memar kebiruan dan sedikit terlihat luka goresan pada-nya namun respon dia hanya menganggap itu bukan masalah penting, ia berkata itu hanyalah kecelakaan kecil dan nggak perlu di besar-besar kan.

Hati ku sebenar-nya belum meyakini apa yang ia tuturkan pada ku, ingin hati menawarkan bantuan pada-nya namun ia menolak dan bersikukuh itu bukanlah hal besar.

Saat ingin ku tanyakan yang lain, ia malah berpamitan dan pergi meninggalkan ku dengan banyak-nya teka-teki dari-nya.

Aku pun tidak bisa mencegah-nya, karena memang benar pamitan-nya kepada ku itu sebab sudah banyak pembeli yang telah mengantri di kedai-nya itu.

Ku putuskan untuk menyelesaikan apa yang ku lakukan tadi, lalu memutuskan mengeluarkan buku catatan kecil dengan bolpoin di sela-sela nya dan mencatat apa saja hal-hal yang perlu di renovasi dari kantin sehingga besok bisa di bicarakan dengan pak kepsek.

Setelah semua beres, aku pun memasukkan kembali catatan ku ke dalam tas dan memutuskan untuk pulang, melihat mbak rosa sibuk, aku pun berlalu begitu saja tanpa berpamitan pada-nya.

*****

RUMAH LAMA YOSI

Setelah berjalan melintasi jalan yang sama seperti 7 tahun yang lalu, akhir-nya sampai juga aku di rumah lama ku. Rumah dengan gaya kuno, punya beberapa anak tangga dari batu bata untuk masuk ke dalam. Ada pula sebuah kolam ikan kecil serta taman bunga yang sudah lama tidak terurus dan ya sekarang masih hamburadul 😁.

Ku buka perlahan pagar rumah yang terbuat dari kayu dengan warna yang sudah memudar karena sudah lama tidak kami cat kembali.

Melihat kembali rumah yang penuh kenangan, kenangan saat keluarga ku masih utuh, masih bahagia dengan suka cita-nya hingga kenangan buruk yang tidak ingin ku ingat lagi, namun kenyataan itu tidak bisa ku lupakan.

Kenyataan bahwa ayah yang selalu ku banggakan tega menyakiti orang yang paling ku sayang demi wanita lain yang lebih kaya dan terpandang.

Sesak memang mengenang-nya, namun setelah mengetahui bahwa beliau mengidap penyakit jantung, hati kecil ku pun merasa iba pada-nya, padahal aku sudah berusaha melupakan beliau selama 7 tahun belakangan ini.

Namun beliau tetap lah seorang ayah yang pernah ada dalam keluarga kami, ingin sesekali mengunjungi dan mengetahui keadaan-nya, namun egoku masih terlalu tinggi untuk menemui beliau.

Ku putuskan masuk ke halaman, melewati rerumputan hijau yang tumbuh cukup tinggi, ingat kemarin sore kami baru sampai dan aku pun pagi ini langsung ke sekolah sehingga belum sempat untuk membersihkan semua-nya.

Lanjut dengan menapaki beberapa anak tangga yang ada di teras rumah, kemudian membuka pintu yang tidak terkunci. Ke adaan di dalam sudah terlihat rapi, mungkin ibu telah merapikan-nya.

Clingak-clinguk mata ku mencari di mana keberadaan ibu, namun tidak ku temukan-nya di ruang tamu. Tiba-tiba tercium bau wangi yang langsung merasuk ke hidung ku. Sebuah wangi yang begitu familiar bagi ku.

Yosi: Ibu pasti buat sambal terasi nih, tercium jelas dari sini. (gumam-nya sambil berjalan mengikuti arah bau yang ia cium)

Ya...benar yang ku cium dari ruang tamu, harum semerbak itu berasal dari dapur, aroma terasi memanglah mudah tercium, apalagi saat di masak. Kali ini ibu ku sedang membuat sambal terasi dengan tambahan daun singkong rebus serta lele goreng.

ibu ku yang mengetahui kedatangan ku langsung menyuruh ku mencuci tangan, kemudian duduk di meja makan untuk menyantab makan siang hari ini.

Ibu yosi: sana cuci tangan mu dan makan, sambal-nya segera masak kog. (perintah-nya sambil terus mengaduk sambal terasi yang ada di depan-nya agar tidak gosong)

Yosi: iya bu. (ku letak kan tas selempang yang ku bawa, mencuci tangan di wastafel dapur dekat ibu lalu duduk manis di meja makan)

Tidak lama kemudian, ibu telah siap dengan semua-nya. Ku raih piring, mengisi-nya dengan nasi, rebusan daun singkong, lele goreng serta primadona hari ini yakni sambal terasi.

Ku nikmati hidangan tersebut dengan tangan telanjang tanpa menggunakan sendok. Ku akui ta' ada sambal terasi seenak buatan ibu ku.

Seusai ku menyantap hidangan yang di suguhkan oleh ibu, beliau sempat bertanya bagaimana kelanjutan dari proyek ku tadi pagi.

Ibu yosi: gimana proyek mu tadi nak?? lancar?? (bergantian duduk di meja makan dan mengambil nasi dan lauk-pauk)

Yosi: alhamdulillh bu semua lancar, yosi udah mencatat detail yang perlu di renovasi sehingga besok tinggal di diskusikan lagi dengan pak kepsek. (sambil mencuci tangan serta piring yang ku pakai tadi)

Ibu yosi: ibu lega deh mendengar-nya. (sambil melanjutkan makan-nya).

Yosi: iya bu. (menaruh cucian piring ke rak dan hendak pergi).

Ibu yosi: oh iya nak, barang mu udah ibu masukkan ke kamar mu, tinggal kamu tata loh!!

Yosi: makasih bu, yosi masuk kamar dulu kalau begitu!! (berjalan masuk ke kamar)

*****

KAMAR LAMA YOSI

Ku buka perlahan pintu kamar ini, ku masuki kamar lama ku, lama juga ku tinggalkan kamar ku ini ternyata.

Keadaan-nya masih sama dengan yang dulu, hanya saja masih banyak ruang kosong yang perlu ku isi kembali.

Terlihat ada beberapa kardus besar serta satu koper yang masih tergeletak di lantai kamar ku.

Ku mulai membuka koper hitam ku yang berisi pakaian, menata-nya kembali ke lemari satu pintu, menggantung-nya di sana serta menambahkan pewangi lemari biar tidak berbau apek.

Berganti ke kardus besar yang ada di sebelah-nya, setelah ku buka isi-nya adalah peralatan menggambar ku, beberapa desain yang telah ku buat di sana, ada juga beberapa bingkai foto selama aku di sana pula, ku letakkan itu di sebuah rak yang berdampingan dengan ranjang ku.

Di dalam kardus itu pula terdapat buku-buku kuliah ku, buku cerita yang sering ku baca serta beberapa dokumen saat aku sudah mulai bekerja. Ku tata rapi itu semua dalam satu tempat.

Pindah ke kardus kecil di sebelah-nya lagi, itu adalah kardus berisi koleksi miniatur yang ku buat saat kuliah, ku simpan sebagai pajangan, telah ku persiapkan lemari khusus untuk memajang-nya.

Yosi: huftt...banyak juga ternyata yang ku bawa ke sini. (mengusap keringat yang sedikit terasa pada pipi ku)

Setelah selesai melakukan semua-nya, aku pun beranjak menumpuk kardus tadi dan membawa-nya ke gudang belakang biar tidak memenuhi kamar ku itu.

Belum sempat diri ku untuk membawa-nya ke gudang, tiba-tiba mata ku melihat selembar kertas yang selip di antara ranjang dan meja belajar ku.

Yosi: bukan-nya terakhir kali aku sudah membersihkan semua-nya ya!! (bisik ku dalam hati)

Ku letakkan kardus itu kembali ke lantai dan beranjak mengambil selembar kertas yang terselip tadi. Dalam benak ku sempat berfikir itu mungkin sampah yang perlu untuk di buang.

Namun setelah aku mengambil-nya, ternyata itu bukanlah sampah seperti yang ku kira, itu adalah sebuah hal penting yang belum sempat ku perlihatkan serta ku berikan kepada orang yang pernah ku cintai.

Aku pun tersenyum sambil memegang selembar kertas itu.

Yosi: ternyata terselip di sini!!.