webnovel

Cintaku mantan kakak ipar ku

Dia yang ku cinta memilih kakak ku sebagai pendamping hidup-nya. Aku hanya bisa pasrah dan menerima-nya. Namun melihat-nya tersakiti secara fisik dan batin oleh kakak ku membuat ku terlibat lagi dengan-nya. "Jaga wanita mu, atau akan ku rebut dia kembali" kata ku pada kakak ku itu.

IChy_dStya · Fantasi
Peringkat tidak cukup
14 Chs

Bertemu keluarga baru-nya

Prov Yosi

Semenjak pertemuan ku terakhir kali dengan rosa kala itu, aku belum lagi bertemu dengan-nya. Kurang lebih sudah seminggu lama-nya, tidak satu hari pun pikiran ku teralih oleh-nya, setelah kudapati ada bekas luka memar di lengan-nya dan esok-nya ia juga tidak di kantin hingga saat ini.

Apakah dia di sakiti?? fikiran itu yang selalu menghantui ku beberapa hari ini. Ingin rasa-nya menanyakan keadaan-nya namun sayang hal itu ta' bisa ku lakukan, mau tanya siapa?? sedangkan nomor-nya pun aku sudah ta' punya. Terakhir kali aku sudah menghapus nomor-nya setelah mengetahui ia menikah dengan kakak tiri ku. Dan bodoh-nya aku yang ta' meminta kembali nomor-nya setelah bertemu lagi dengan-nya.

Ingin rasa-nya mengunjungin-nya kerumah yang hari itu sempat di sebutkan oleh-nya, namun lagi-lagi hati ku ta' siap, gimana kalau aku akan bertemu dengan rio, kakak yang ku benci karena telah mengambil rosa serta ayah ku.

"Agghhhh!!!!"

Aku pun menyeruak!! mengataiku sendiri bodoh karena kini ta' tau harus bagaimana lagi untuk bisa mengetahui keadaan-nya.

Yosi: aku harus gimana?? (sambil ku acak-acak rambut hitam ku) ini seakan membuatku gila!! kenapa lagi-lagi aku ta' bisa untuk tidak menghawatirkan kamu Rosa!!

Aku terdiam sejenak. Ku tata kembali rambutku yang tadi-nya ku acak-acak. Tiba-tiba aku terfikirkan ayah, terakhir kali rosa memberi tau ku tentang ayah yang baru saja jatuh sakit. Haruskah aku menjenguk-nya?? aku sempat ragu, ini kali pertama aku ingin mengunjungi ayah ku sejak pernikahan-nya dengan wanita lain. Aku sama sekali tidak pernah bertemu lagi dengan beliau, kami hanya bertukar kabar lewat telfon, itu pun bisa ku hitung satu sampai dua kali dalam kurun waktu yang cukup lama. Kami sama-sama di sibukkan dengan kegiatan kami sendiri-sendiri, apalagi aku juga memutuskan kuliah di luar kota pula.

Yosi: ayah!!! (ucapku lirih) apa aku perlu mengabari kedatangan ku kepada ayah ya??

Aku masih merasa enggan untuk bertemu ayah setelah sekian lama, tapi mendengar beliu sakit membuat hati nuraniku sedikit tergerak.

Yosi: huftt. (ku tarik nafas dalam-dalam) setidak-nya sekarang aku sudah sukses dengan begitu aku bisa menunjukkan pada beliau bahwa tanpa bantuan dari ayah pun, aku juga bisa sukses seperti sekarang.

Akhir-nya ku putuskan untuk mengunjungi-nya. Sebelum berangkat ke rumah ayah, ku kirim sebuah pesan singkat yang menyatakan kunjungan ku ke sana sore ini.

" Yosi akan berkunjung yah "

Singkat dan padat, begitulah ku kirim pesan itu ke nomor ayah dan benar saja ayah langsung membalas-nya setelah beberapa saat.

" iya nak, ayah menunggu kehadiran mu" (balas ayah pada pesan ku)

****

Ku keluarkan motor viction berwarna merah putih dari balik garasi, dengan jaket kulit berwarna hitam legam serta helm yang serupa warna-nya ku mantabkan diri menuju rumah ayah-ku.

Dalam perjalanan yang masih saja sama dengan kali terakhir-ku bertemu dengan ayah, ta' banyak yang berubah hanya pepohonan yang kurasa makin menua seiring berjalan-nya waktu.

Ta' terasa sampai juga aku di depan sebuah gerbang putih megah, dengan aksen modern bercorak burung merpati emas. Di situlah ayah-ku tinggal bersama keluarga baru-nya.

Aku pun segera melenggangkan motorku masuk ke dalam setelah seorang satpam membukakan pintu gerbang yang masih terbuka separo.

Kini ku parkir motorku di samping sebuah mobil yang ku fikir pastilah punya ayah, tanpa menaruh curiga sedikitpun aq turun dari motor, melepas helm dan jaketku serta bergegas masuk ke rumah yang tampak megah sekali.

Setelah masuk, samar-samar ku dengar suara yang sudah ta' asing di telingaku sedang asyik bercakap-cakap.

Yosi: seperti-nya suara itu tidak asing bagiku, siapa yang sedang bercakap-cakap dengan ayah? mungkinkah dia di sini?? (ucapku lirih)

Akupun berjalan sedikit lebih cepat menuju ruang yang lebih dalam dan benar saja kudapati wajah orang yang familiar bagiku, yahhh dia adalah Rosa, wanita yang ku sayangi.

Wajahku berbinar, ku pasang senyum merekah untuk-nya, sejenak aku merasa lega bisa bertemu dengan-nya lagi. Aku lengah sebentar, saat ku dapati dia juga bersama suami-nya. ya!! dia Rio, kakak tiri yang sudah merenggut ayah dari ku. Dia tepat duduk di samping meja makan dekat dengan Rosa.

Akupun cemburu, wajah yang semula tersenyum berubah datar setelah melihat orang itu. Tapi aku sadar dia tetaplah suami-nya apapun yang terjadi.

Sebenar-nya aku ta' pernah tau sifat asli dari kakak-ku itu, karena akupun ta' pernah dekat dengan-nya, lebih tepat-nya enggan untuk dekat dan tau menau tentang dia. Dengan sifat ibu-nya yang sudah merebut ayah dari ibu, pasti sifat-nya juga akan sama, itu yang ada dalam fikirku selama ini.

Ku lihat mereka terkejut dengan kedatanganku ke sini, itu terlihat dari ekspresi mereka semua, hanya ayah yang tersenyum serta berjalan menghampiriku dengan sebuah tongat yang terbuat dari baja untuk menopang kaki-nya yang sekarang ta' sekuat dulu.

Aku pun bergagas melangkah menuju ayah dengan cepat, ku peluk ia dengan erat, aku tau aku rindu beliau tapi entahlah dengan semua yang terjadi akupun di buat bingung dengan hatiku sendiri. Aku benci beliau yang telah tega memilih wanita lain dari pada ibu tapi aku juga merindukan beliau.

Yosi: ayah,. aku rindu (seraya memeluk-nya erat).

Ayah yosi: ayah juga rindu kamu nak. (suara-nya pelan tapi masih bisa ku dengar)

Yosi: giman kabar ayah?? (ku lepas pelukanku pelan)

Ayah yosi: beginilah keadaan ayah sekarang nak, sering sakit-sakitan tapi ayah sehat kog. Ayo ketemu dengan mereka. (mengajakku untuk bergabung dengan keluarga baru-nya di sebuah meja makan)

Yosa: baik ayah ( ku bantu memapah lengan-nya agar beliau lebih mudah untuk berjalan)

Yosi: sore semua-nya.(ku anggukkan kepalaku untuk menghormati mereka)

Kulihat wajah ibu dan kakak tiriku yang sama sekali ta' menginginkan keberadaanku di sana, mereka tampak sinis saat melihatku. Tapi ta' apa, aku juga nggak perduli pada-nya. ( ku sunggingkan sedikit bibirku sebelah kiri keatas).

Rosa: sore juga yos (dengan wajah tersenyum).

Ayah yosi: mari silahlan duduk dan di makan ya, chef sudah menyiapkan semua-nya.

Kami mulai menikmati hidangan yang satu persatu di hidangkan di meja makan, mulai dari makanan pembuka sampai yang terakhir dessed-nya. Makan di sini berasa makan malam di hotel berbintang, tau sendiri beliau adalah orang terkaya di indonesia, chef-nya saja langsung di undang ke sini untuk jamuan kali ini. Dan ku akui makanan-nya manteb betul.

Selama makan berlangsung kami ta' banyak bicara dan hanya menikmati makanan-nya. Setelah semua selesai satu persatu piring yang ada di meja makan kami di bereskan oleh pelayan, tapi di sini rosa ta' diam begitu saja watak-nya yang suka membantu juga berlaku di sini, dia ta' enggan membantu para pelayan membawa peralatan kotor ke dapur untuk di cuci.

Di dapur ia pun membantu para nelayan juga untuk mencuci peralatan tadi.

Pelayan: nona, kenapa anda repot-repot membawa semua ini ke sini, biar kami saja yang bereskan. Nanti kami akan di marahi tuan kalau membiarkan nona membantu kami. (dengan clingak-clinguk melirik ke arah depan takut ada yang mengetahui)

Rosa: ta' apa, saya sudah biasa bebersih di rumah, biar saya bantu.( meletakkan piring ke wastafel dan mulai mencuci-nya dengan sabun)

Pelayan yang ada di situ membantu rosa dengan menerima cucian piring yang bersih, lalu mengelap-nya dan menata-nya di rak piring. Di sela-sela pencucian tiba-tiba pelayan yang bertugas menerima piring bersih menjatuhkan-nya ke lantai.

Prankkkk.....

Piring itu pecah berserakan di lantai.

Pelayan: ya ampun bagaimana ini nona, maafkan saya. ( merasa bersalah)

Rosa: sini segara di bersihkan agar nyonya tidak mengatahui-nya, tolong ambil saja kantong plasti untuk membungkus-nya. (pinta rosa dengan segera)

Pelayan: baik nona ( segera mencari sapu serta kantong plasti yang di suruh oleh rosa)

Di satu sisi aku izin untuk pergi ke toilet, saat itu aku melewati sebuah dapur dan kulihat rosa tengah mengambil pecahan piring dan benar saja sebuah sayatan tergambar di ujung jari-nya terkena pecahan piring tersebut, akupun berlari menghampiri-nya, memegang tangan-nya serta mengemut jemari-nya yang tengah berdarah. Ia pun ternganga melihat perlakuanku.

Saat mata kami saling bertemu gejolak itu timbul kembali rasa kasih sayang dan cintaku yang lalu. Apa dia merasakan itu???

*****