webnovel

Cinta Seumur Jagung dan Semanis Gula

Penulis: jessclace
Perkotaan
Sedang berlangsung · 35.4K Dilihat
  • 119 Bab
    Konten
  • 5.0
    11 peringkat
  • NO.200+
    DUKUNG
Ringkasan

"Bagi dua ramuan pemikat ini dengan adil. Setengahnya harus kamu minum sampai habis. Setengahnya lagi harus kamu berikan pada targetmu." Anggun berencana membuat Rangga terpikat padanya. Caranya memang salah. Namun, saat Rangga bertengkar hebat dengan Mila. Anggun pikir itu adalah waktu yang paling tepat untuknya mencuri kesempatan. Badai. Anak cupu dan menyebalkan di kelasnya, Anak laki-laki ceroboh itu tidak sengaja meminum sebotol air yang sudah Anggun racik bersamaan dengan ramuan pemikat itu. Sasaran Anggun jadi berpindah. Namun bukannya menyebabkan Badai jadi naksir berat padanya. Ramuan itu justru membuat tubuh Anggun dan Badai saling tertukar. Jadi, bagaimana keduanya menjalani kehidupan sekolah dalam situasi rumit tersebut. Hingga Badai harus berjuang mati-matian untuk melindungi Anggun. Begitu juga sebaliknya. "Aku adalah pacar Anggun. Jadi siapa yang berhak melarangku untuk ada di dekatnya!" Sonny, kakak Anggun tanpa sengaja mendengar pengakuan Badai. Dia sontak berdiri menghadang Badai dan menarik tangannnya. "Dia adikku! Jadi aku berhak ikut campur. Jadi, sejak kapan kalian berpacaran??" Anggun dalam kemalangannya hanya bisa mendesah panjang dan berserah. "Aku akan membuat perhitungan denganmu. Jadi perbaiki kondisi ini. Dan luruskan kesalahpahaman ini!" Badai sama sekali tak merasa bersalah. Dia butuh alasan untuk bisa menjaga tubuh dan kehormatannya saat Anggun menggunakan tubuhnya. Dia juga tidak bisa membiarkan lebih banyak orang mengenali wajahnya. Badai. Anak laki-laki dengan banyak rahasia. Bagaimana dia menjalani rencana kehidupan damai sekolahnya? Anggun. Anak perempuan nakal. Dan mudah berbuat onar. Sampai-sampai menggunakan trik curang untuk merebut hati Rangga. Lalu pada akhirnya tertimpa masalah besar. Bagaimana dia bisa merelakan cinta pertamanya. Lalu, bagaimana juga dia mempertahankan predikat unggulnya di sekolah jika Badai bahkan menolak untuk membantunya! - Story n Cover by Jessclace -

Chapter 1001 Anak Perawan

"Anggun!!!! Bangun!! Lebaran sudah lewat. Tahun baru juga sudah berganti. Tapi kamu sebagai anak perawan. Masih saja tidak bangun-bangun? Coba kamu tengok keluar sekarang! Kamu tidak lihat matahari sudah setinggi atap gedung pencakar langit? Ayam jantan juga sudah berkokok sejak beberapa jam lalu! Tapi kamu masih saja molor??"

Menggeleng tidak percaya.

Mariam, wanita paruh baya dengan gaya khas ibu-ibu rumahan. Mengenakan daster dan roll-an rambut seperti semacam kebiasaan. Wanita itu tidak kunjung menemukan kemiripan antara kepribadiannya dan putri semata wayangnya, Anggun.

Entah gadis belia itu menyerupai sifat siapa.

Selama ini, Mariam selalu bangun pagi dan tidur malam tepat waktu. Dia tidak akan pernah bergadang atau membiarkan dirinya bangun kesiangan. Kecuali tentu saja jika dia sedang sakit parah atau linu hebat.

Baskoro, suaminya, pun tidak pernah terlambat pergi bekerja. Dia termasuk karyawan teladan di kantornya. Maka sebetulnya darimana putri nakalnya ini bisa mewarisi sifat semena-menanya itu? Padahal kedua orangtuanya punya kedisiplinan tinggi jika menyangkut soal waktu.

Mariam terpaksa mengulang perkataannya.

"Anggun!! Bangun!! Kamu sudah tidak mau sekolah lagi? Jika begitu, biar ibu katakan pada ayahmu untuk melapor pada kepsek agar mereka mencabut izin sekolahmu!"

Mariam masuk ke dalam kamar putrinya. Dia menyibak selimut tebal yang terus menutupi tubuh putrinya yang pemalas. Dia juga menarik ke samping tirai samping meja tempat tidurnya. Lalu, membiarkan sinar matahari masuk menyinari seluruh ruangan. Dan menyadarkan putrinya bahwa hari sudah semakin siang.

Silau matahari yang sukses menerobos masuk, memaksa Anggun mengernyit hebat.

"Ibu!!"

"Kenapa sih ibu harus bangunin Anggun dengan acara begini? 'Kan jadi silau!!" gerutu Anggun kesal karena dia masih sangat mengantuk. Namun sinar matahari menerpa wajahnya, menghancurkan seluruh mimpi indah yang dia dapat sejak semalam.

Mariam yang masih terpakai sedikit gempal meski mengenakan pakaian yang longgar, berdecak

"Yehh. Ini anak! Bukannya bangun. Malah mendumel! Bangun, tidak? Kalau tidak, ibu siram nih! Bukan pakai air bak mandi! Tapi, pakai air selokan yang ibu ambil dari selokan di depan rumah!"

Mariam punya kebiasaan bicara ceplas ceplos. Dia sama sekali tak perduli jika dia terpaksa harus membuktikan ancamannya. Perlahan namun pasti, Anggun membuka matanya lebar-lebar sembari menguap. Dia duduk lemas di atas kasurnya. Rambutnya pun tengah berantakan dan wajahnya berubah masam.

"Ibu serius ingin menyiram Anggun dengan air selokan! Kak Sonny yang pernah bangun siang saja, ibu nggak pernah melakukan itu! Kenapa terhadap Anggun, ibu berlaku kejam? Apa mungkin ibu sebenarnya adalah ibu tiri Anggun? Ibu bukan ibu yang sudah melahirkan Anggun? Ibu mungkin juga adalah ibu angkat Anggun?"

Mariam menggeleng tak percaya menghadapi penyangkalan Anggun. Mariam sontak mendorong Anggun hingga terjatuh dengan satu kakinya.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan pagi-pagi begini, hah? Kamu dan abangmu jelas berbeda! Abangmu bangun siang itu cuma satu kali seumur hidupnya. Lah, kamu! Bangun siang itu seumur hidup! Jadi bagaimana ibu bisa memperlakukan kalian sama?! Padahal kamu yang harus lebih diperhatikan!!"

Mariam kembali menambahkan jawabannya atas status ibu dan anak yang mereka miliki.

"Ibu juga sudah ratusan kali menunjukkan akte kelahiranmu sebagai bukti. Ibu bahkan sampai memperlihatkan video persalinan ibu di rumah sakit saat menggendongmu. Tapi, kamu masih juga bicara ngolor-ngidul tanpa kecerdasan?!"

Anggun mengusap bokongnya yang jatuh mulus mencium lantai. Padahal dia hanya sekedar menyuarakan pendapat dan kecurigaannya. Lalu, dia masih yakin ada kesalahan pada bukti-bukti yang ibunya berikan.

Mata Anggun terbelalak lebar saat melihat jam wekernya sudah pukul tujuh lewat.

"Oh, ya ampun. 17.15? Oh, tidak. Kenapa ibu baru membangunkan Anggun jam segini?"

Mariam tergoda untuk menjitak kepala putrinya. Namun Anggun sudah menyelinap pergi ke depan lemari pakaiannya. Mengambil seragam dan handuk.

"Hari ini tak ada sarapan atau bekal untukmu! Kamu harus berangkat sekolah setelah mandi dan menenteng tasmu. Uang jajan juga jangan harap akan ibu berikan!!"

Anggun merengut sedih mendengar ultimatum yang mengertikan itu. Dia melengos pergi tanpa membantah atau mencari pembelaan. Mariam mendesah panjang menghadapi kelakuan Anggun yang belum pernah berubah.

***

Tok Tok Tok.

Anggun masuk ke dalam kelasnya sambil menunduk. Dia terkejut saat tanpa sengaja menghancurkan gagang pintu kelasnya yang semula baik-baik saja. Dia mungkin terlalu bersemangat. Namun dia masih saja percaya bahwa dia tak mungkin sekuat itu sampai bisa menghancurkan gagang pintu.

Anggun berpura-pura tidak terjadi apapun. Di berjalan masuk ke dalam kelas sambil mengulas senyum tipis untuk menyapa gurunya. Anggun merasakan puluhan pasang mata membidiknya. Menantikannya membuka mulut dan beralasan.

"Maaf, Pak. Saya telat."

Sebuah tatapan tajam mengarah padanya.

"Telat. Telat. Bagaimana bisa jam segini kamu sebut sebagai telat? Kamu tidak lihat sekarang jam berapa? Sudah lupa pukul berapa bel masuk sekolah berbunyi?" Pak Iswara, Guru Sejarah Anggun yang sudah mengajar hingga puluhan tahun, menoleh ke arah Anggun dan berdecak.

"Jam pelajaran kedua sudah hampir habis. Itu berarti, kamu sengaja masuk ke sekolah ini hanya untuk hadir saat jam makan siang. Jika begitu, kenapa tidak sekalian saja kamu tidak usah masuk sekolah?! Kamu bisa makan sepuasnya di rumah. Ibumu juga pasti telah menyiapkan makanan super enak untukmu."

Anggun ingat kembali pada ancaman ibunya yang tega membiarkannya kelaparan akibat marah dan ingin menghukum Anggun.

"Tadi saya berencana begitu, Pak." ucap Anggun jujur dan lirih. Dia menelan ludah. Dia buru-buru mengoreksi perkataannya. Setelah melihat alis Pak Iswara menukik tajam.

"Eh, maksudnya. Begini loh, Pak! Tadi di jalan, saya tersandung masalah. Saya hampir dikira tukang copet, Pak! Lantaran si tukang copet ini menyembunyikan dompet hasil curiannya di dalam tas saya."

"Bapak 'kan tahu saya punya kebiasaan lupa seleting tas punggung saya. Alhasil, saya diadili di depan umum oleh mereka. Untung saja, ada saksi mata yang lihat, Pak! Kalau tidak. Saya bisa celaka! Serba salah saya bisa digiring ke kantor polisi. Nama saya tercemar. Lalu, urusannya bisa bertambah runyam!"

"Belum lagi masalah genting saya setelahnya. Saya ketahan sama Mang Dadang, satpam sekolah kita, Pak! Beliau tidak mengizinkan saya masuk. Padahal saya sudah mohon-mohon untuk diberi kesempatan. Alhasil, saya ketahan selama setengah jam di pos jaga. Dan sebelumnya, saya sempat lupa jalan menuju ke sekolah. Akibat panik setelah dituduh mencopet oleh orang-orang menyeramkan tadi, Pak! Lalu, sepertinya tadi saya sempat menolong nenek menyebrang deh, Pak. Gara-gara saya terlalu linglung. Jadi begitulah alasannya kenapa waktu saya terbuang banyak untuk bisa mencapai kelas."

Guru sejarah Anggun, Pak Iswara sontak terperangah. Dia tidak tahu cerita mana yang harus dia bayangkan lebih dulu. Karena kronologi kejadian yang Anggun ceritakan begitu semraut dan tumpang tindih.

Pak Iswara mengernyit hebat.

"Jadi, kisahmu pagi ini sangat beragam?! Kamu seolah sedang mendongeng. Atau mungkin juga sedang mempresentasikan karya ilmiahmu!"

Anggun nyengir lebar.

"Memang terlihat begitu, Pak?" tanya Anggun sok polos.

Pak Iswara menahan keinginan besarnya untuk melampiaskan kemarahannya. Dia mengulas senyum tipis. Dia biasanya lebih banyak bicara baik-baik daripada marah-marah secara berlebihan.

"Lalu, darimana Bapak bisa tahu tentang kebiasaan burukmu yang jarang menyeleting tas punggungmu itu? Apa Bapak juga harus sampai memberikan perhatian lebih untuk hal itu?"

***

Anda Mungkin Juga Menyukai

Setelah Perceraian, Mantan Miliarder Menemukan Aku Hamil

Leonica bertanya dengan tatapan tajam kepada suaminya yang menjijikkan dan selingkuhannya, 'Gabriel Bryce, bagaimana bisa kau begitu tidak tahu malu?' Ini adalah rumah yang dihadiahkan oleh nenekku, namun kau berani membawa wanita lain ke sini? Bukankah kau takut kalau nenek akan kecewa dengan perbuatanmu...?' Kata-katanya terhenti ketika Gabriel yang marah mengayunkan tangannya ke udara, menampar pipi kirinya dengan penuh kekuatan. Leonica memegang pipi yang berdenyut, matanya lebar dan berlinang air mata saat dia menatap suaminya yang menatapnya dengan pandangan garang. 'Berani sekali kau menyebut nenekku. Kau tidak berhak untuk itu!' dia meludah, mengambil langkah maju dan menusukkan jarinya yang sakit ke pundaknya, membuatnya mundur beberapa langkah. 'Ingat ini baik-baik, Leonica Romero, kalau bukan karena keinginan nenekku yang telah tiada, aku lebih memilih mati daripada berhubungan dengan seseorang sepertimu.' *~*~* *~*~* Leonica Romero selalu menyimpan perasaan pada Gabriel Bryce, CEO of Bryce Empire dan tiran bisnis Norwegia. Beruntung, atas permintaan nenek Gabriel yang sakit, keluarga yang merupakan teman lama, Leonica mendapat kesempatan untuk menikahi orang yang dicintainya. Merasa senang, dia meninggalkan posisi dan pekerjaan impiannya di rumah tangga Romero dan menjadi istri rumah tangga yang sederhana untuk Gabriel. Namun, tiga tahun kemudian, pada hari pemakaman nenek Gabriel, Leonica terkejut saat dia menuntut perceraian, karena mantan kekasihnya Angelina Fernandez tiba-tiba kembali, menyatakan cinta abadinya kepadanya. Namun itu bukan satu-satunya kejutan yang diterima Leonica hari itu. Beberapa jam setelah Gabriel menyatakan keinginan untuk bercerai, Leonica terbangun di rumah sakit dengan berita mengejutkan. Dia hamil dua bulan. Dan Gabriel sama sekali tidak tahu tentang hal itu!

Khira · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
227 Chs

Pulangnya Sang Pewaris yang Terbuang dengan Gaya

Begitu dia membuka matanya, Bai Lian mendapati dirinya berada dalam tubuh seorang gadis muda yang terkenal dan manja. Dia mendengar ayahnya adalah bintang baru dan sedang naik daun di Beicheng, mandiri dengan reputasi yang luas; Kakak tirinya yang lebih tua adalah seorang jenius yang telah menduduki puncak ujian kota dan pergi ke Universitas Jiangjing; Adik tiri perempuannya dari kelas internasional yang bersebelahan adalah kecantikan sekolah yang berbakat banyak, lembut dan sopan; Tunangannya adalah bintang emas di bidang keuangan, idola akademis di sekolah yang bahkan tidak pernah melihatnya dengan benar… Dan dia hanya orang biasa tanpa ciri khas dengan kecerdasan rendah, orang biasa, diusir dari rumah sejak awal. Bai Lian: Baiklah, maka dia hanya harus belajar keras dan berusaha menjadi orang biasa~ Semua orang (dengan wajah tersenyum misterius): ...kamu yakin tentang itu?? Gadis muda yang dikirim ke Xiangcheng tanpa latar belakang, tidak tahu apa-apa, semua orang bisa menginjaknya... tetapi mereka tidak bisa menggerakkannya??? [Protagonis wanita yang unik memukau, malas dan manja yang menghancurkan siapa pun yang melawannya vs. protagonis pria yang mulia, keren, dan mendominasi dengan IQ yang mengalahkan semua orang yang ada] PS: Baik pemeran utama pria maupun wanita sangat menawan. Cerita ini sepenuhnya tentang kepuasan membaca tanpa banyak logika, jadi tolong jangan terlalu mendalam ke dalam logika, terima kasih. Pesan: Cintai belajar, jadilah orang baik.

Road of Flowers · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
687 Chs
Indeks
Jilid 1

peringkat

  • Rata-rata Keseluruhan
  • Kualitas penulisan
  • Memperbarui stabilitas
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • latar belakang dunia
Ulasan-ulasan
Disukai
Terbaru

DUKUNG