"Kita akan berjuang, Rin. Tolong jangan pesimis!" tukas Azka. Nada suaranya sangat tegas meyakinkan Sabrina agar tak putus Azka.
"Aku tidak cinta sama, Paula. Aku hanya cinta sama kamu, Rin!" Imbuhnya kembali lirih.
"Baiklah kita lanjutkan perjuangan kita. Semoga dalam waktu satu bulan ini perjuangan kita tak sia-sia."
Setelah mereka berdua sama-sama sepakat dengan komitmennya untuk memanfaatkan waktu satu bulan yang tesisa kini sambungan telepon itu berkahir begitu saja.
Sabrina mau pun Azka sama-sama luruh di kamarnya masing-masing dengan perasaan resah mencoba menyemangati diri, menggantungkan harap semoga akan ada keajaiban untuk kisah cintanya.
Keesokan harinya di rumah, Paula. Terlihat Juna tengah berdiri di depan pintu rumah Paula, berdiri dengan raut wajah tegang tak ada goresan senyuman seperti biasanya.
Saat pintu rumah dibuka, Paula nampak terperangan melihatnya. "Mau ngapain kamu kesini?" tanyanya acuh tak acuh.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com