"Kamu tidak perlu bertanya tentang itu, kamu hanya perlu bertingkah sebagai cucu ketiga nenekmu," tutur Tuan Tang dengan wajah yang berubah menjadi dingin.
Tang Linyan tidak menyangka, ayahnya yang selalu berperilaku baik padanya bisa berubah menjadi dingin ketika membicarakan masalah perjanjian keluarga. Mau tidak mau, dia hanya menuruti perintah ayahnya. Padahal, dia begitu kesal dan masih ingin menanyakan banyak hal, namun melihat wajah ayahnya yang berubah menjadi dingin dia tidak berani bertanya apa-apa lagi. Kemudian, dia buru-buru mengambil cermin kecil dari dalam tasnya untuk melihat bagaimana kondisi wajahnya saat ini. Apakah riasanku luntur karena rasa kesalku atau tidak ya? Batinnya.
Tang Linyan tiba-tiba terdiam, entah kenapa dia memikirkan tentang Zou Xiaomi. Saking cemasnya, dia menggertakkan gigi-giginya sampai berderit, suasana hatinya pun menjadi naik turun. Dia menggerutu tentang adik tirinya itu dalam hati tanpa bersuara sedikit pun, namu Tuan Tang seperti dapat mendengar gerutuannya.
Tuan Tang membuat janji pertemuan dengan keluarga Gu pukul 11.30 siang. Tapi, untuk menunjukkan ketulusannya, dia dan Tang Linyan sengaja datang ke tempat pertemuan lebih awal. Dia berharap keluarga Gu akan menganggap pertemuan ini penting, namun rupanya putra ketiga keluarga Gu tak kunjung datang hingga jam menunjukkan pukul 12 siang. Bukan hanya mereka yang cemas, Zou Xiaomi yang berpura-pura menjadi pelayan pun juga ikut cemas. Dia telah membayar pelayan yang posisinya digantikan olehnya sebesar 300 yuan, kalau Gu Zijun tidak kunjung datang, maka otomatis dia harus memberi komisi tambahan kepada pelayan tersebut. Untungnya, tidak lama kemudian pria yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Zou Xiaomi pun mengumpat dalam hati atas keterlambatannya.
Tang Linyan yang melihat Gu Zijun muncul di pintu masuk, tiba-tiba menjadi sumringah. Sebelum kencan buta ini, dia telah banyak mendengar kabar akan ketampanannya. Tapi memang benar, lebih baik mengenal satu sama lain secara langsung karena ketika melihatnya secara langsung, pria itu sangatlah tampan. Kini dia seolah mengetahui apa definisi sebenarnya dari seorang pria saat melihat Gu Zijun. Lalu, soal Lu Changping, dia sebenarnya masih tetap memiliki keterikatan kepadanya. Namun, jika dibandingkan dengan pria yang berdiri di hadapannya saat ini, mantan kekasihnya itu tidak ada apa-apanya, mereka sangat jauh berbeda.
"Hahaha, Menteri Gu? Halo, saya Tang Shaoren dan ini anak gadis saya, Tang Linyan. Saya telah banyak mendengar mengenai Anda, Menteri Gu," Sapa Tuan Tang. Dia melihat ke arah Gu Zijun, lalu segera berdiri dan memberikan salam penghormatan kepadanya.
Tang Linyan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ayahnya, dia segera berdiri dan tersenyum lembut kepada Gu Zijun. Senyumnya sangat lebar, menunjukkan kemurahan hati dan kepercayaan diri yang tinggi, sampai-sampai beberapa pria di sekitar tempat itu juga sempat melirik ke arahnya.
Namun…
Respon Gu Zijun sangat tidak terduga, dia hanya melirik sebentar kepada Tang Linyan dan kemudian memberi anggukan kepada Tuan Tang untuk menyapa. Dia pun duduk di kursinya dengan ekspresi yang dingin dan datar. Ini sama sekali tidak seperti kencan buta, akan tetapi lebih mirip dengan konferensi politik.
Tuan Tang sendiri tidak menyadari ada yang aneh, namun hati Tang Linyan geregetan karena sikap cuek Gu Zijun. Dia yakin sekali pria itu tidak tertarik dengannya. Hal ini tentu tidak masuk akal, belum pernah ada pria yang tidak tergoda dan tidak menatapnya ketika dia menebarkan senyum lembutnya. Namun, yang dilakukan putra ketiga keluarga Gu itu sangat berbeda, dia hanya memandangnya sekilas, itu pun seperti dia terpaksa melakukannya.
Kondisi itu rupanya membuat Tang Linyan menjadi sedikit frustasi, dia banyak memiliki pengalaman soal pria, jadi dia mengetahui kalau seorang pria sama sekali tidak menatap ke arahnya, itu berarti pria tersebut tidak tertarik kepadanya.
Gu Zijun memang sangat tampan, namun sikapnya membuat Tang Linyan benar-benar jengkel dan menjadi tidak tertarik dengannya. Bagaimana bisa Gu Zijun tidak menatapku sama sekali? Pikirnya. Kecemasan itu muncul secara instan dalam benaknya sehingga membuatnya lupa akan perjanjian keluarga yang telah diberitahukan ayahnya sebelumnya.
Tak berapa lama, Tuan Tang membuka suara, "Putra ketiga keluarga Gu ingin makan apa? Kamu pasti sangat lapar. Hari ini biar kami yang mentraktir."