webnovel

Chapter 5

Suara benturan yang cukup keras itu berasal dari Romeo dan Juliet. Alice berdecak kesal. Sedari tadi ia mencari keberadaan Juliet tapi lihatlah, begitu gadis itu muncul, ia justru kini sedang menempelkan tubuhnya di tembok kaca pemisah gedung sekolah perempuan dan laki-laki.

"My babyyyyy," teriak Romeo sembari menciumi kaca. "Sayang ...."

Sementara Juliet berakting seolah dia sedang menangis sambil melihat ke kaca, ke arah pujaan hatinya yang terpisah darinya. "Babyyyyy," panggilnya dengan manja sambil mengerucutkan bibirnya.

'I love you,' ucap Romeo menggunakan gerakan tangan dan bahasa isyarat karena memang Juliet tak akan mampu mendengar suaranya.

Romeo dan Juliet terus melakukan hal tersebut tanpa tahu malu meskipun bisik-bisik dan cibiran mulai terdengar berasal dari murid-murid yang menyaksikan mereka. Tatapan sinis dan geli pun tak terelakkan. Murid-murid memandangi mereka layaknya sedang memandangi pertunjukkan operasi di televisi. Lumayan, ada hiburan gratis di tengah-tengah kesibukan belajar para siswa. Setidaknya itulah yang ada di pikiran para murid yang menyaksikan interaksi Romeo dan Juliet saat ini.

Jujur saja jika harus melihat drama pasangan seperti ini rasanya perut Alice dan Arthur bergejolak, ingin muntah! Sepertinya Arthur dan Alice mulai menyesal karena tak memberikan hukuman berat untuk Romeo dan Juliet. Pasangan itu tak terlihat jera sama sekali. Justru sebaliknya, mereka semakin tak tahu malu untuk menunjukkan kepada dunia jika mereka adalah sepasang kekasih yang tak terpisahkan.

Alice meraih tubuh Juliet, lalu menarik tubuh Juliet untuk mengikutinya dan pergi dari sana. Awalnya ia harus bersusah payah saat melakukannya. Namun, lambat laun kaki Juliet mulai bergerak mengikutinya.

Juliet yang tak rela berteriak, "Noooo! Aku masih ingin bertemu pacarku!" Gadis itu berseru sambil melambaikan tangannya ke arah Romeo yang masih menempelkan tubuhnya pada tembok kaca.

"Juliet, ayolah. Kita harus pergi ke kelas," bujuk Alice yang tak dihiraukan oleh Juliet. Gadis itu masih sibuk memandangi Romeo tanpa rasa bosan sedikit pun. "Ayo, Juliet! Ikut aku!"

"Romeoku!" teriak Juliet dengan nada yang dilebih-lebihkan.

Astaga, mimpi apa Alice semalam sehingga ia harus menyaksikan dua sejoli yang bersikap seolah mereka tak ingin dipisahkan dengan apa pun selain kematian layaknya kisah Romeo dan Juliet di film. Oh, tentu saja mereka tak sama. Di film, segalanya terlihat romantis. Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di depan matanya saat ini.

Di seberang sana, Arthur yang mengamati drama yang diciptakan pasangan itu jadi naik pitam dibuatnya. Dengan satu gerakan cepat, Arthur menarik kerah seragam Romeo hingga laki-laki itu tak lagi menempelkan tubuhnya pada kaca. Ia juga menyuruh Romeo untuk segera melangkah pergi dari sana bersamanya.

"Romeo, berhentilah bersikap seperti anak-anak," cerca Arthur. "Ayo, kita pergi dari sini."

"Tapi ...."

"Ayo cepat!"

Mau tak mau, Romeo pun akhirnya berjalan mengekori Arthur yang terlebih dahulu melangkah di depannya. Romeo menoleh ke belakang, mendapati Juliet yang sudah menghilang dari pandangan, ia menghela napas pelan. Padahal, ia masih merindukan Juliet karena semenjak siang itu, ia belum sempat bertemu dengan Juliet. Biasanya, di malam hari mereka selalu diam-diam bertemu dan menghabiskan beberapa saat bersama. Sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak ingin memihaknya.

"Jangan mempermalukan dirimu seperti itu, Romeo!" ucap Arthur.

"Memangnya kamu tidak merasa penasaran, Arthur?"

Arthur menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Ia menatap Romeo yang juga menghentikan langkahnya dengan satu alis terangkat. "Apa maksudmu?"

"Kau tidak penasaran dengan perempuan-perempuan yang ada di sana? Siapa tahu ada perempuan yang akan menarik perhatianmu dan membuatmu jatuh cinta."

"Dan berakhir dihukum seperti kamu dan Juliet?" seloroh Arthur.

Romeo terbahak. Ungkapan Arthur benar-benar berhasil menikamnya secara tepat sasaran. Meskipun Arthur terkenal sebagai sosok keren yang tak terlalu sering melemparkan humor yang lucu, namun selorohan penuh nada sarkastik khas lelaki itu selalu dapat menghibur Romeo.

"Aku mungkin penasaran dengan apa yang ada di sana," imbuh Arthur setelah beberapa saat terdiam. "Tapi aku tak akan melakukan apa yang kamu lakukan hanya karena rasa penasaran. Terlalu beresiko, Romeo. Apalagi, saat ini aku sudah menjabat sebagai ketua OSIS. Aku harus bisa memberikan contoh yang baik untuk murid yang lainnya."

"Jadi, kamu sebenarnya juga penasaran?" tanya Romeo yang tak digubris oleh Arthur. "Kamu bisa menemui perempuan yang kamu suka secara diam-diam."

Arthur memilih untuk tidak menanggapi ucapan Romeo. Laki-laki itu justru mengalihkan pembicaraan mereka ke arah topik yang lain. "Jangan lupa sore ini kita ada latihan basket untuk persiapan turnamen," ucapnya sembari menepuk bahu Romeo dua kali, sebelum akhirnya melenggang pergi.

"Lalu kapan aku bisa bertemu dengan Juliet??!" pekik Romeo. Arthur tak lagi mendengarkan apa yang diucapkan oleh Romeo. Laki-laki tersebut memilih untuk berjalan santai menuju kelas sambil bersenandung pelan, menyanyikan lagu kesukaannya.

Sementara itu, di tempat lain di saat yang bersamaan, Juliet terlihat sedang menelungkupkan wajahnya di meja. Sesekali ia mendesah dan menatap Alice dengan tatapan memelasnya. Namun Alice tak memperdulikannya sama sekali. Gadis itu terlihat sedang sibuk membaca materi ilmu komputer yang sedang dipelajarinya.

"Apakah kamu tidak pusing daritadi membaca materi itu?"

Alice terkekeh. "Kamu tahu aku tidak terlalu menguasai materi ini. Maka dari itu aku sedang mempelajarinya."

"Kenapa kamu tidak meminta bantuan Arthur saja? Kata Romeo, dia sangat menguasai ilmu komputer." Juliet mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja. "Siapa tahu kalian bisa menjadi teman dekat."

"Aku tidak ingin membuat masalah sama sepertimu. Kamu pasti tahu jika peraturan di sekolah ini melarang murid perempuan dan laki-laki untuk terlalu dekat ... Apalagi sampai pacaran seperti kamu dan Romeo," jawab Alice tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku.

Juliet mencebikkan bibirnya. "Oh, ayolah. Kenapa orang-orang bersikap seolah apa yang kulakukan adalah kesalahan yang fatal?" tanyanya, lupa diri. Padahal baru kemarin ia merengek dan meminta tolong kepada Alice agar ia tak dikeluarkan dari sekolah. Namun hari ini, gadis itu justru bersikap seolah ia tak melakukan kesalahan apa pun.

"Well, begitulah kenyataannya."

"Kami hanya jatuh cinta dan memilih bersama, itu saja," sanggah Juliet tak mau kalah. Menurut gadis itu, tak ada yang salah dengan mencintai dan dicintai. Berbeda cerita jika dirinya memaksa Romeo untuk mencintainya. Tapi di sini, tidak ada pemaksaan dalam bentuk apa pun. Jadi, rasanya sah-sah saja, bukan?

"Memangnya kamu tidak pernah jatuh cinta?" tanya Juliet, penasaran.

"Tidak."

"Tidak?"

"Yup, tidak."

Juliet menepuk dahinya. Pantas saja selama ini Alice tidak pernah membicarakan tentang laki-laki selain ayahnya. Ternyata, gadis itu memang belum pernah mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis.

"Kamu harus mencobanya."

"Mencoba apa?"

"Jatuh cinta."

"Aku tidak tertarik," jawab Alice tanpa berpikir dua kali.