"Cie...cie...pasangan ideal nih, seperti Romeo and Juliet. Kalian betul-betul pasangan yang terasi eh serasi maksudku." kelakar Agnes sambil tertawa cekikikan berdua dengan Putri sambil berjalan kearahku. Entah kapan datangnya dua makhluk itu tiba-tiba saja mengejutkan gendang telingaku. Untung saja gendang telinga yang kaget gimana kalo jantungku ikut kaget. Kan berabe?
"Cie...cie... Jalan bareng nih, sepertinya kalian jodoh dimasa depan deh." Timpal Putri.
"Apaan sih kalian. Gak ada kerjaan banget." Jawabku kesal. Rasanya ingin kutelan saja dua sahabat tak ada akhlak tersebut.
"Kalian tau gak. Aku tadi gak dapat bus dan takut terlambat. Kebetulan ada Reno yang nawarin boncengan. Kalau bukan karena takut dihukum gak akan mau aku boncengan sama dia." Aku berusaha menjelaskan.
"Sering-sering aja gak ada bus ya kan, Put? Aku pun pengin begitu. Dapat tumpangan gratis. Yang bonceng Bambang tamvan. Ulu-ulu..so sweet banget deh." Sambar Agnes. Ah kayak petir nih anak, main sambar aja. Udah tau otak ku lagi gak rileks ditambah lagi godaan mereka berdua. Gak lucu banget.
Nampaknya Reno masih memarkirkan sepeda motonya. Semoga saja dia gak jalan bareng sama kami. Tak bisa kubayangkan bisa besar kepala tuh anak dipuja-puja terus sama Agnes dan Putri. Tapi harapan ku tidak menjadi kenyataan. Memang apes kali lah hidup ku hari ini. Ternyata Reno menyusul kami dari belakang membuat kami jalan jadi sejajar. Jalan berempat menyusuri koridor sekolah dan dia sendiri cowok yang konon katanya ganteng maksimal.
"Apa sih kalian bising-bising. Gak bisa lihat orang bahagia." Nah kan Reno dah merasa aku mau aja dibonceng sama dia.
" Kan udah ku bilang, kalian itu berjodoh. Gak percaya. Taruhan kita?" Goda Agnes lagi.
"Aamiin." Sahut Reno cepat sambil mengangkat kedua telapak tangan menengadah seperti gaya orang sedang berdoa dan suaranya seperti suara petir menyambar memekakkan gendang telinga ini.
"Gak aamiin. Amit-amit."Jawabku pun tak kalah cepat secepat cahaya kuralat ucapan Reno tadi. Huh. Berjodoh dengan Reno? Bisa gila aku kalau punya jodoh macam dia. Bisa naik darahku berantem setiap hari.
"Kalian berdua lucu banget tau? Kalau jumpa kayak kucing sama anjing. Ada saja hal yang kalian permasalahkan. Hati-hati loh. Biasanya berawal dari benci nanti lama-lama jadi cinta, ya gak, Put." Goda Agnes lagi bikin telingaku memerah dan otakku panas dengan apa yang dia bicarakan.
" Benar banget, Nes. Sering kok aku lihat kasus seperti itu. Pertama jumpa benci. Akhirnya jadi suami istri. Hehehe." Jawab Putri sambil tertawa seolah-olah dia sangat kegirangan bisa meledek aku habis-habisan. Ditelingaku tertawa dia itu persis kayak suara gondoruwo sangat tidak enak dilihat diraba dan diterawang. Eh apaan sih. 'emang suara gondoruwo gimana ya'.batinku. bertanya sendiri. Maksudku suara tawanya melempem kayak kerupuk yang sudah disiram kuah bakso.
"Ih amit-amit" jawabku sambil memutar malas bola mata.
"Jangan gitu,deh. Aku kan soulmate kamu?" Reno menatapku dengan wajah memelas sambil menjulurkan lidah seolah-olah dia mengejek aku.
"Biarpun stok lelaki dimuka bumi ini sudah habis dan cuma dia yang hidup. Aku tetap gak mau. Bagus aku jomblo seumur hidup daripada berjodoh sama dia. Makan hati punya suami macam kamu, tau?"Dengan emosi aku utarakan isi hatiku. Kesal banget deh dijodoh-jodohin terus sama Reno.
" Siapa pula yang mau berjodoh sama kamu? Diluar sana masih banyak cewek cantik tapi tidak cerewet dan temperamental kayak kamu. Akupun ngeri punya istri seram kayak singa begini. Bisa-bisa diterkam aku." Ucap Reno penuh emosi.
" Buang-buang waktu aja mencintai kamu. Tau?"Lanjutnya lagi.
Kemudian Reno berlalu dari hadapan kami dan tinggal kami bertiga yang hanya melongo mendengar ucapan Reno. Sangat menyakitkan ditelingaku atas penghinaan yang dia lakukan.
"Sabar ya, Ra. Kami gak tau bakal diginiin sama Reno..Padahal kami hanya bercanda."Agnes dan Putri memelukku dengan penuh penyesalan. Posisiku ditengah diapit oleh dua sahabatku yang selalu setia dalam suka dan duka.
"Mungkin itu salahku juga karena aku duluan yang menghina dia." jawabku penuh penyesalan. Rasanya air mata sudah menumpuk disudut mata tapi tetap kutahan supaya tidak keluar.
" Udahlah. jangan sedih." Kemudian Agnes dan Putri menggandeng tanganku dan kami berjalan ke kelas dengan pikiran gamang.
"Sesampai dikelas kami duduk dibangku masing-masing. Karena gak tahan akhirnya aku ke bangku Agnes dan Putri. Untuk bercerita dan curhat supaya mood belajarku kembali lagi.
"Kami minta maaf ya, Ra." Dengan lembut Agnes dan Putri menggenggam tanganku. Mereka merasa sangat bersalah. Dari bercanda akhirnya begini kan.
" Gak apa-apa. Gak usah diambil kehati kali lah. Kalian pun. Entah apa-apa yang kalian bilang. Kan sudah ku bilang jangan suka menjodohkan aku dengan Reno. Sakit banget hatiku mendengarkan penuturan dia tadi." Rajukku pada kedua sahabat yang membuat mereka terdiam dan gak bisa berkata apa-apa lagi."
" Iya deh. Sorry."
" Lagian kamu sih Clara. Kenapa kamu sangat membenci Bambang tamvanku?" Tanya Putri untuk kesekian kali.
" Entahlah. Aku gak tau. Aku gak suka dia, semenjak dihukum lari keliling lapangan karena aku terlambat masuk. Dia tuh sok tegas. Biar dibilang disiplin sama semua guru. Mulutnya lemes banget. Pokoknya aku gak suka aja."
" Tapi dia ganteng kan,, Nes. Aku dengar dia idola cewek-cewek disekolah kita. Nilai akademik dia bagus. Dia cowok berprestasi loh. Herannya kamu gak terpengaruh sedikitpun., Ra."
" Ganteng? Dari mana kalian lihat dia itu ganteng. Coba jelaskan padaku dari sudut mana kamu melihat sehingga menyimpulkan kalau Reno itu ganteng?" Tanyaku dengan kumonyong-monyongin mulut mengejek.
" Ya Tuhan, Clara. Cowok ganteng aja kamu gak bisa bedain ya masih pula bertanya dari sudut mana kami melihatnya. Kamu saja yang sudah tertutup mata dan hati sehingga tidak ada sisi positif nya dari Reno. Kau lihat mukanya ganteng terawat, badan atletis, perawakan macho, rambut cepak. Pokoknya kece badai. Kalau aku jadi pacarnya kurasa hidup ku sudah sempurna. Akulah manusia paling bahagia di muka bumi ini." Analisa Agnes dan disambut dengan anggukan dari Putri seolah dia mengiyakan juga.
" Terserah kalian, deh. Aku gak pernah melihat dia ganteng. Entahlah. Ish...menyebalkan kali. Aku balik ajalah duduk dibangku sendiri. Bicara sama kalian bikin otakku beku."
"Iya..iya deh. Dia gak ganteng dimata mu gak apa-apa lah. Berkurang satu orang sainganku untuk mendapatkan lelaki idamanku. Lelaki idaman sejuta ummat." Lanjut Putri.
"Wih, sejuta ummat." Aku ikut tergelak dengan celoteh Putri.
"Kalo almarhum ustadz idola aku pantas mendapat julukan ustadz sejuta ummat. Ceramahnya menangkan jiwa. Tentram hati ini mendengar tausiah dia. Nah Reno apa? "
"Dia juga menangkan jiwa setiap kali aku memandangnya hatiku tentram." Hahaha kami tergelak bersama.
"Ada-ada saja Putri. Dahlah. Aku balik kebangku sendiri saja. Pusing pala berbie."
Rasanya sudah capek untuk melanjutkan lagi perdebatan itu. Hari ini sungguh sangat melelahkan. Akhirnya aku menuju ke tempat duduk ku yang beda hanya beberapa bangku dari Agnes dan Putri.
Tak berapa lama suara bel berbunyi pertanda akan masuk pelajaran pertama. Terdengar suara operator yang mengintruksikan kepada para siswa dan siswi untuk melaksanakan senam kesegaran jasmani.