webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Perkotaan
Peringkat tidak cukup
404 Chs

170. PENDEKATAN

"Aku setuju denganmu, Sander. Lagi pula dari bisnis yang lain kami sudah menghasilkan banyak uang. Bisnis ini akan menjadi misi lain yang menantang. Terutama bagimu, Artik." Riky menyambut ucapan Sander penuh semangat dan menutup kalimatnya dengan mengedipkan sebelah mata pada Artik.

"Hmm ... aku kurang setuju denganmu. Bagiku bisnis dan kepentingan sosial adalah dua hal yang harus dipisahkan. Sehingga orientasi kita menjadi jelas." Artik menyampaikan pendapatnya.

Sander tersenyum miring. Dia tidak ingin berdebat tentang hal ini dengan siapa pun. Setidaknya Sander menjadi lebih mengerti seperti apa wanita yang akan mengelola rencana bisnis Riky.

"Artik, mungkin kita bisa berjalan seiring waktu. Sekarang ini aku setuju dengan Sander. Harus ada pihak yang memulai sesuatu. Selalu ada permulaan dalam segala hal. Di awal, bisnis ini pasti belum menguntungkan tapi aku setuju kita memulainya."