Di kamarnya yang temaran itu Seira hanya memainkan ponselnya, menggulir layar untuk melihat kenangan demi kenangan yang terabadikan di sana. Ada rasa bahagia menyusup hatinya, membuat senyumannya terbit bagai bulan sabit di indahnya malam bersama gemintang.
Ibu jarinya mengusap wajah seseorang lalu berucap, "kangen."
Berulang kali menzoom layar untuk melihat dengan jelas wajah itu yang tersenyum cukup lepas dan bahagia, bukan senyum kaku yang pura- pura semua baik- baik saja seperti yang sering dia lihat di layar ponsel ketika melakukan panggilan vidio. Mereka tak bertemu beberapa minggu saja tampak jelas bila ada tekanan yang membuat senyumnya menghilang.
"Kamu baik- baik di situ, ya," katanya berbicara lagi pada sosok itu.
Tidakkah Seira sadar bila apa yang dia lakukan itu mulai membuka pintu hatinya walaupun dia belum tentu bisa menerima lagi luka yang akan terjadi suatu saat nanti ketika dia benar- benar membuka hatinya untuk cinta.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com