webnovel

Ke rumah Naomi

Sepulang sekolah, aku dan Naomi duduk di bangku dekat pos satpam sambil menunggu jemputan dari papa Naomi. 

"Tumben papa kamu belum datang, Nom? Biasanya jam segini udah nunggu di depan sekolah."

"Sebentar, aku kirim pesan sama papa dulu, Sya."

Naomi mengambil ponselnya dari saku rok, dan mengirimkan pesan tersebut pada papanya. 

"Sya, kayaknya papa nggak bisa jemput deh, dia masih ada kerjaan di kantor," kata Naomi setelah melihat balasan pesan yang diterimanya.

"Yaudah, gimana kalau kita jalan kaki aja?"

"Nggak mau, Sya, kamu pengen kulit kita gosong kena panas matahari siang bolong begini?"

"Yaudah kita naik angkutan kota aja," ajakku sambil menggandeng tangan Naomi menuju tempat pemberhentian angkutan kota.

Jarak rumah Naomi ke sekolah cukup jauh, beruntung ada angkutan kota yang bisa menuju ke arah rumahnya. 

"Naik angkot, Sya? Kamu yakin bakalan betah?"

"Aku sudah terbiasa naik angkot, Nom. Jangan-jangan kamu nggak pernah naik angkot, ya?"

"Sya, tuh angkotnya datang," kata Naomi sambil menunjuk ke arah depan jalan.

Karena keasyikan mengobrol aku tak menyadari jika ada angkutan kota yang sudah berhenti di hadapan kami. Aku dan Naomi segera memasuki angkutan kota tersebut sebelum penuh dengan penumpang.

Aku dan Naomi duduk berdampingan tepat di belakang sopir angkot. Berulang kali Naomi mengibaskan tangannya kegerahan. 

"Pak, buruan jalan dong! Panas tau!" titah Naomi pada sopir angkot.

"Tunggu penumpang penuh ya, Neng," jawab sopir angkot itu.

"Baru pertama kali naik angkutan umum, ya, Neng?" ledek salah seorang penumpang yang ada dalam angkot tersebut.

Naomi hanya membalasnya dengan senyuman tipis sambil mengalihkan pandangannya ke arah sopir angkot.

Aku mencolek bagian pinggang Naomi, memberitahunya jika ada Axel yang sedang menuju angkot yang kami tumpangi.

"Nom, lihat tuh, ada Axel, kayaknya dia mau naik angkot deh."

Naomi langsung memutar bola matanya ke arah Axel dan langsung memanggil ketua osis itu.

"Axel!" Naomi melambaikan tangan ke arahnya.

"Akhirnya ada juga yang bikin adem di angkot ini," celetukku saat melihat Naomi mengarahkan pandangannya ke Axel.

Beberapa saat setelah itu, Axel memasuki angkot yang sama dengan kami. 

"Halo, Nom, Sya, kalian naik angkot juga?" 

"Iya," jawab Naomi segera.

"Rumah kamu di mana?" tanya Naomi pada Hyun Bin KW itu.

"Di jalan jendral sudirman, kamu sendiri di mana, Nom?"

"Di jalan kerukunan, Xel," jawab Naomi lagi.

Beberapa saat setelah itu, penumpang mulai penuh dan sopir angkot menjalankan mesinnya.

"Kalau rumahmu di mana, Sya?" 

Belum sempat ku jawab pertanyaan Axel, Naomi langsung menjawabnya.

"Syafira mau main ke rumahku, Xel."

Axel menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Naomi. 

"Boleh nggak kapan-kapan aku main ke rumahmu, Nom?" tanya Axel.

"Boleh banget, sekarang juga boleh kalau kamu mau," jawab Naomi kegirangan.

"Lain kali aja, ya, Nom, nanti aku kabari jika ada waktu luang."

"Siap, nanti kirim pesan aja kalau mau main."

Tak terasa, angkot itu sudah sampai di jalan sudirman, Axel turun terlebih dulu. Sementara aku dan Naomi harus menunggu beberapa saat lagi hingga sampai di jalan kerukunan.

"Udah nggak kepanasan lagi, Nom?" 

"Hehehe, nggak, Sya, asyik juga ya naik angkot."

"Pantas saja si Neng betah, kan tadi ada pacarnya," celetuk ibu-ibu dengan tas yang dijinjingnya.

Naomi mengaminkan doa si ibu itu. Dia sangat berharap jika perkataan si ibu bisa menjadi kenyataan.

"Pak, berhenti di depan, ya," kata Naomi pada sopir angkot.

Akhirnya aku sampai di depan rumah Naomi. Rumah yang terletak di pinggir jalan dengan cat berwarna abu-abu itu tampak sepi.

"Nom, papa dan mamamu ada di rumah nggak?"

"Kalau papa udah pasti masih di kantor si, tapi nggak tau kalau mama, mungkin ada di dalam, Sya, sebaiknya kita masuk aja dulu," ajak Naomi.

Setelah sampai di teras rumah Naomi, aku melepas sepasang sepatu yang kupakai.

"Assalamualaikum, Ma, aku pulang," kata Naomi dari teras rumahnya sambil melepas sepatu yang dipakainya.

Krek. Pintu rumah Naomi terbuka, aku melihat sosok mama Naomi dengan daster berwarna pink yang dikenakannya.

"Waalaikumsalam, anak Mama sudah pulang. Ada Syasya juga di sini, tumben pulang sekolah ke rumah Naomi?" tanya tante Mala-mama Naomi kepadaku.

Karena Tante Mala tidak bisa mengucapkan huruf F, untuk itu beliau memanggilku dengan sebutan Syasya.

"Iya, Tante, sebenarnya tujuanku ke rumah Naomi untuk menanyakan sesuatu pada Tante."

"Boleh, boleh, ngadem dulu di dalem yuk! Nanti Tante buatkan jus mangga, pasti kalian haus, kan?"

"Haus banget, Ma, gara-gara papa nggak jemput, aku terpaksa deh naik angkot sama Syafira," gerutu Naomi.

"Maaf, ya, Sya, Naomi baru pertama kali naik angkot," ucap Tante Mala lalu pergi menuju dapur.

"Sya, ke kamarku, yuk! Sambil nunggu mama bikin jus," ajak Naomi sambil membawa tas gendong menuju kamarnya.

Aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di kamar Naomi, kurebahkan tubuhku di atas kasur, sementara Naomi menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian seragamnya.

Tok … tok … tok … suara ketukan terdengar dari balik pintu. Ternyata tante Mala datang dengan membawa dua gelas jus mangga di tangannya.

"Sya, ke mana Naomi?" 

"Lagi ganti baju, Tan," jawabku sambil membangunkan tubuhku dari atas kasur.

"Oh ya, bukankah tadi kamu ingin menanyakan sesuatu pada Tante?" Tante Mala meletakkan jus mangga itu di atas meja belajar Naomi.

"Iya, Tante. Aku mau nanya, apa benar Naomi mau masuk pondok pesantren? Terus pondok pesantren mana, Tan?"

"Nama pondoknya Tante lupa, Sya, yang jelas ada di kota Bandung. Memang kenapa, Sya?"

"Ibu dan bapak sudah mendaftarkan aku di pondok pesantren, Tan. Tapi aku ragu, Tante. Memang sekolah di pesantren enak, ya, Tan?" 

Tante Mala tersenyum mendengar pertanyaanku. 

"Syasya sayang, kenapa harus ragu? Beruntung kedua orang tuamu sudah mendaftarkannya, jangan sia-siakan itu, Sya, hidup di pesantren itu melatih kemandirian juga kedisiplinan. Lambat laun kamu pasti betah kok."

"Oh gitu ya, Tan. Semoga aja nanti sekolah pesantrenku berbarengan dengan Naomi."

"Apa nih bawa-bawa namaku?" kata Naomi yang baru saja berganti pakaian.

"GeeR banget ya, Tante, anaknya," kataku sambil mengambil segelas jus mangga di atas meja belajar Naomi.

Naomi mengernyitkan dahinya mendengar jawabanku.

"Awas aja loh, Sya! Nanti aku cari tau kalau kamu udah pulang."

Tante Mala tersenyum melihat kami berdua. Kemudian tante Mala keluar dari kamar Naomi.

"Nom, kayaknya aku mau pulang sekarang aja deh."

"Yaelah, belum juga ngobrol udah mau pulang aja, Sya," Naomi menggerutu sambil mengambil jus mangga lalu duduk di kursi yang ada di meja belajar itu.

"Emang mau ngobrol apa lagi sih, Nom? Kalau mau ngobrolin Axel mending ntar aja deh, aku udah bosan dengernya."

Naomi kesal mendengar perkataanku sehingga membuatnya melemparkan buku yang berada di meja tersebut ke arahku. Beruntung aku bisa menangkapnya dengan tepat.

"Apa-apaan sih, Nom? Gimana coba kalau kena mukaku?"

"Kamu sih, Sya, belum juga ngomong, udah mikir yang nggak-nggak!"

"Memang aku salah, Nom? Hehehe, maaf ya."

"Salah banget, Sya, aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu."

"Sesuatu? apa itu, Nom?"