webnovel

Bab 8

Suara sirine tanda peringatan berbunyi sangat nyaring. Lalu ledakan kedua terdengar membuat kapal pesiar mewah itu sedikit terguncang. Para penumpang berlarian panik, suara teriakan terdengar jelas dari lantai lima dan enam. Van menghentikan tembakannya dan melihat ke belakang.

"Suara apa itu?" tanya Madam.

Van tidak menjawab, ia mendapatkan laporan dari salah satu bodyguard. "Ada bom yang meledak di ruang mesin, kapal ini berhenti beroperasi dan ada kebocoran di ruang itu," jelas Van.

"APA?!" Madam membelalakan matanya. "Kapal ini akan segera tenggelam Van, kita harus menyelamatkan diri. Perintahkan mereka untuk mengeluarkan semua barang lelang."

"Baik, Madam."

Van langsung memerintahkan semua bodyguard untuk mengeluarkan barang lelang dan keluar dari kapal pesiar ini dengan kapal yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ia dan Madam bergegas menuju ke lantai empat, tempat kapal mereka berada. Ledakan ketiga pun terdengar, kapal berguncang lebih keras dari yang tadi. Madam hampir terjatuh jika tidak berpegangan pada dinding.

"Beberapa jam lagi, kapal ini akan tenggelam," ucap Madam. "Kurang ajar!" Madam memukul dinding di sampingnya dengan tangan terkepal.

***

"Kita kehilangan gadis itu, bagaimana sekarang?"

"Aku melihat gadis itu kabur dengan menggunakan speedboat bersama lelaki tinggi itu," ucap pria yang tertembak.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya. tenanglah."

"Awas, biar aku yang menanganinya."

Pria yang menyuruh rekannya menyingkir mengeluarkan kotak obat darurat di mana peralatan medis juga ia simpan di sana. Ia melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari bahu rekannya. Peluru itu tidak mengenai organ vital jadi tidak ada yang perlu dicemaskan, ia menyuntikan obat bius dan memulai operasinya.

"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Tenang. Semua akan baik-baik saja, pelurunya tidak terlalu dalam. Aku bisa mengeluarkannya dengan cepat. Lukanya harus segera dijahit agar ia tidak kekurang darah."

"Cepatlah, kita tidak punya waktu lagi."

"Beri aku setengah jam," ucapnya. "Lebih baik siapkan kapal pelarian kita dan tunggu tepat di bawah."

"Baiklah, biar aku saja yang pergi."

Rekan yang datang bersamanya tadi langsung menuju ke tempat kapal mereka di sembunyikan. Dua puluh menit kemudian ia sudah berada tepat di bawah tiga rekannya yang lain. Ketua kelompok mereka menurunkan senjata yang mereka gunakan menggunakan tali yang ia simpan dibalik rompinya. Sepuluh menit kemudian operasi kecil itu telah selesai dan mereka bertiga melompat bersamaan lalu naik ke atas kapal.

***

Madam mengumpat kesal, ia tidak menyangka ada bom yang meledak di kapal ini. Ia dan Van sampai kesulitan menghindari penumpang yang lari ketakukan, suara jeritan dan tangisan membuat kepalanya ingin pecah. Para penumpang itu di arahkan berkumpul di lantai lima dan antri untuk naik ke sekoci, anak-anak dan wanita diutamakan.

Kerusuhan terjadi di lantai lima, banyak yang tidak sabar untuk segera menaiki sekoci dan petugas kapal sangat kesulitan mengatur penumpang yang tidak mau bersabar itu. Di lain tempat sekoci yang dipersiapkan khusus untuk orang-orang penting mulai terisi, Mr. Postman sudah berada di sekoci tersebut bersama dua orang anak buahnya.

Ketika semua barang pelelangan sudah diamankan, Madam dan Van langsung menaiki kapal. Kapal-kapal itu berada di ruang besar yang terletak di sudut belakang lantai empat. Para bawahan Madam yang mengeluarkannya satu persatu dan mengaitkannya dengan katrol. Dua belas kapal sudah diturunkan, Madam berserta anak buahnya sudah turun satu persatu. Tersisa beberapa orang untuk menurunkan kapal-kapal itu, hanya kapal yang Madam naiki dengan Van yang berbeda, mereka menaiki speedboat dan Van yang mengemudikannya. Madam sudah tidak ingin mengejar Kim lagi, saat ini yang terpenting adalah nyawanya, masalah Mr. Postman nanti akan ia bicarakan lagi.

***

Kim membuka bungkus plastik makanan ringan sejenis bar, di dalam kantong plastik itu juga ada kripik serta coklat, lalu minuman botol. Kim benar-benar terpukau dengan kepintaran Dean, lelaki itu benar-benar telah memperhitungkan segalanya, berbeda dengan dirinya yang terkadang tidak berfikir panjang. Dean memberhentikan speedboatnya untuk melihat keadaan kapal pesiar Sun Night dari kejauhan, ia bisa melihat sudah ada beberapa sekoci yang mengapung tidak jauh dari Sun Night. Dean mengambil teropong dari dalam tasnya dan melihat jika Madam dan bawahannya berhasil menyelamatkan diri. Ia berdecak kesal.

"Aku penasaran bagaimana caramu menurunkan speedboat ini?"

Dean melirik Kim di sampingnya. "Jujur saja kapal ini sudah dipersiapkan sebelumnya oleh orang lain dan kemarin sebelum aku ke acara pelelangan, aku meminta mereka untuk menurunkannya, aku memang berencana langsung meninggalkan Sun Night setelah pekerjaanku selesai."

"Ah begitu rupanya." Kim mengalihkan padangannya pada kapal pesiar di depannya. "Sangat disayangkan, kapal sebagus itu harus hancur."

"Perusahaan yang membuat kapal itu sangat kaya, mereka bisa membuat kapal yang jauh lebih megah lagi dari Sun Night."

"Pengalaman pertamaku naik kapal mewah sangat buruk." Kim tersenyum miring.

"Lain waktu kau akan menikmati liburan di kapal tak kalah mewah dari Sun Night."

"Ya. Kalau aku mempunyai banyak uang nanti," ucap Kim, Dean menatap Kim iba.

Sun Night mulai tenggelam, masih banyak penumpang yang belum menyelamatkan diri. Beberapa dari mereka ada yang nekat terjun ke laut lalu berpegangan pada tepi sekoci yang telah diturunkan dari Sun Night. Madam dan anak buahnya meninggalkan Sun Night, ia tidak mempedulikan kapal itu akan tenggelam atau tidak yang ia pedulikan adalah barang miliknya yang belum terjual, nanti ia akan memikirkan tempat dirinya akan membuka acara pelelangan dan itu sangat mudah selama orang-orang yang mendukungnya dari balik layar masih ada.

Saat Madam lengah sebuah tembakan mengenai tangki bahan bakar speedboat yang ia tumpangi dan meledak. Dean melihat kejadian itu dan ia terkejut, Dean mengarahkan teropongnya pada kapal asing dengan empat orang di dalamnya, ia melihat satu orang yang mengejarnya tadi.

"Sebenarnya apa yang mereka rencanakan." Dean mengerutkan dahinya.

"De-Dean i-itu?" Kim menarik lengan baju Dean sambil menunjuk kapal yang terbakar.

"Itu mereka." Pria yang menembak speedboat Madam melihat Dean dan juga Kim.

"Kejar." Pria satunya langsung menjalankan mesin dan mendekati Dean.

Dean yang melihat kapal asing itu mendekati dirinya langsung menghidupkan mesin dan pergi dari sana. Ia mempercepat laju speedboat-nya ketika empat orang asing itu semakin mendekatinya. Pria yang duduk di sebelah kemudi mengarahkan pistol pada kapalnya.

"Pegangan yang kuat dan merunduklah. Aku akan menambah kecepatan menjadi maksimal." Perintah Dean pada Kim, Kim langsung merunduk saat itu juga.

Dean terus menghindari peluru yang ditembakan oleh pria itu dan mereka pun saling adu kecepatan di tengah lautan. Di belakang speedboat mereka ada beberapa bodyguard Madam yang ikut mengejar, mereka menembaki speedboat Dean dan empat pria misterius itu. Salah satu dari pria misterius yang duduk di belakang menembaki para bodyguard Madam. Suara tembakan terdengar saling bersahutan di tengah laut. Dean ingin ikut memeriahkan tapi sayangnya ia tidak bisa, ia harus fokus melarikan diri dari kejaran mereka semua.

"Sial! Mereka banyak sekali," umpatnya.

"Aku akan membantu," ucap pria yang menembaki Dean tadi. Ia mengganti sasarannya menjadi bodyguard dari pelelangan.