webnovel

Bab 3

Dean menatap malas saat para orang kaya di dalam ruangan ini mulai saling bersahut-sahutan menawarkan harga, uang ribuan bahkan jutaan dollar tidak ada harganya di tempat ini. Dean tidak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang kaya seperti mereka. Dean sibuk memperhatikan barang yang dilelang di atas panggung, seperti informasi yang didapatkannya, ada banyak barang terlarang bahkan ada perhiasan yang seharusnya berada di museum juga dilelang di sini, Dean heran dari mana mereka mendapatkan barang-barang itu.

Dean mengambil gelas berisi wine dari pelayan yang berkeliling di ruangan, ia menyesapnya. "Bahkan wine yang disediakan di acara ini adalah wine kualitas tinggi." Dean tidak menyesal datang ke acara ini, setidaknya ia menikmati wine yang disediakan. Dean tersenyum.

Setelah senjata berkualitas yang terpajang di estalase kaca terjual dengan harga fantastis, kini giliran pelelangan manusia. Wanita dihargai lebih tinggi dibandingkan pria, Dean menghembuskan nafas kasar, rahannya mengeras saat orang-orang berhati iblis ini terus menerus memberikan harga terbaik, sungguh rasa kemanusiannya sangat diuji. Manusia dijual layaknya hewan, sungguh keterlaluan. Ia ingin cepat-cepat keluar dari tempat memuakan ini, Dean sudah tidak tahan melihatnya, tapi ia harus bertahan demi misi yang sedang ia jalani. Mencari tahu siapa bos dari acara pelelangan ilegal ini dan menangkapnya, dari tadi bos pelelangan tidak muncul dan sepertinya ia tidak akan keluar sampai acara selesai. Sekali lagi Dean menghela nafas panjang.

"Sepertinya aku akan terjebak di tempat ini sangat lama, sial!" umpatnya. Dean menyapu wajahnya kasar.

Perhatiannya teralihkan ketika wanita selanjutkan naik ke atas panggung, suara ricuh mulai terdengar. Wanita yang ditunjukan kali ini lebih cantik dari yang sebelum-sebelumnya, ia jadi sasaran empuk para pria hidung belang di ruangan ini. Penawarannya dibuka dengan harga fantastis, Dean tidak bisa berkata-kata saat angka penawaran tembus jutaan dollar. Ia merasa iba melihat gadis itu diperlakukan seperti barang dan Dean bisa melihat jika gadis itu sangat ketakutan, tubuhnya tidak berhenti gemetar. Dean ingin menolongnya, tapi ia tidak bisa, ia berharap jika gadis itu akan selamat dan baik-baik saja.

***

Kim merasa waktunya berhentu berputar ketika ia melihat orang-orang di depannya menyebutkan uang dengan nominal fantastis, ia dihargai sangat tinggi tapi itu tidak membuat dirinya bangga, justru sebaliknya, ia merasa sangat murahan. Kim terus menatap lantai, tangan sebelah kirinya memegang lengan kanannya, ia tidak berhenti bergetar sejak menginjakan kaki di panggung ini. Akankan ada kejaiban untuknya? Itulah yang Kim harapkan.

Suara orang yang saling bersahut-sahutan didepannya berhenti ketika pembawa acara menepuk palu tiga kali dan itu artinya Kim sudah dibeli. Kakinya terasa sangat lemas dan tidak mampu berdiri lagi. Belum sempat Kim melihat wajah orang yang membelinya ia sudah dibawa oleh dua orang pria menuju ruang tunggu yang berbeda, di ruangan itu berisi semua barang lelang yang telah laku. Kim merutuki nasib buruknya, ia ditinggal mati oleh orang tuanya, kakeknya pun baru saja meninggal sekitar dua bulan yang lalu, Kim tidak pernah merasakan hidup enak dan sekarang malah ia merasa hidupnya semakin berat.

Satu persatu barang dari ruangan itu dipindahkan dan tentu saja akan segera diambil oleh pemiliknya. Rasanya Kim sangat ingin mengakhiri hidupnya saja, ia tak sanggup diperlakukan layaknya barang.

"Yang itu bagaimana?" tanya salah seorang pria yang sibuk memindahkan barang.

"Dia." Pria itu pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh temannya dan ia melihat Kim yang duduk lemas sambil menunduk.

"Biarkan saja dulu, tadi tuannya mengatakan akan menjemputnya setelah pesta selesai." Pembicaraan mereka selesai sampai di situ dan mereka kembali fokus dengan pekerjaannya.

Tidak ada gunanya ia menangis sekarang, tidak akan ada yang membantunnya. "Aku tidak bisa terus menangis seperti ini," Kim menghapus sisa air matanya. "Aku akan melarikan diri."

***

"Bagaimana?"

"Ia dibeli oleh seorang konglomerat yang sangat kuat." Lapornya.

"Kenapa kau melepaskannya?" Suaranya terdengar sangat dingin.

"Maafkan saya, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia dibeli dengan harga yang sangat tinggi."

Orang itu mengumpat. "Culik dia dan pastikan dia tidak terluka sedikit pun. Kalau sampai ia terluka, tamatlah riwayatmu," ancamnya tidak main-main.

"Baik. Saya akan melakukan yang terbaik." Sambungan telpon itu langsung terputus.

***

Pelelangan akan berakhir sebentar lagi, pikiran Dean melayang pada gadis tadi, ia tidak bisa menghapus bayang-banyangnya. Dean mengacak rambut dengan wajah gusar dan sepertinya ia harus menyelamatkannya, ia tidak tega melihat gadis itu tersiksa. Acara pelelangan selesai tepat tengah malam, setelah ini akan ada pesta yang akan berlangsung sampai pagi. Dean duduk dipinggir ballroom, tempat itu cukup jauh dari keramaian, ia memperhatikan orang-orang yang berada di sana.

Dean mengeluarkan note kecil berisi data tamu undangan yang sering datang ke acara pelelangan dan semua datanya cocok. Mereka pasti akan ditangkap pihak berwajib, Dean yang akan memastikannya. Sambil mengamati sekelilingnya ia berbicara pelan dengan salah satu anggota organisasinya melalui headset bluetooth yang biasa ia gunakan.

"Tolong arahkan kamera ke sebelah kiri," titahnya.

Dean langsung mengikutinya, ia merubah posisinya agak condong ke sebelah kiri agar rekannya bisa mengambil gambar dan video yang jelas dari kamera kecil yang dikamuflasekan menjadi sebuah bross kecil berbentuk perisai yang terbuat dari emas. Bross itu menggantung di saku tuxedo yang Dean gunakan. Dean bersembunyi di balik tiang saat ia menagkap dua bodyguard yang berjaga di depan pintu tadi.

"Kenapa kau bersembunyi? Aku belum selesai," protesnya.

"Sebentar, ada bodyguard yang mencegatku di depan pintu tadi. Aku tidak ingin menarik perhatian di sini," jelasnya.

Setelah kedua bodyguard itu pergi, Dean kembali mengikuti instruksi rekannya itu. Sekarang ia berjalan menuju meja yang penuh dengan makanan. Di sana ada beberapa pria dan seorang wanita yang terlihat cukup muda, ia berpenampilan modis dan ada sebatang rokok yang menggantung di sudut bibirnya. Tanpa diperintah Dean mendekati mereka.

"Terima kasih, Madam. Kau selalu memberikan yang terbaik," puji salah satu lelaki.

"Tidak. Ini semua bukan karena diriku, tapi mereka yang bekerja keras untuk mendapatkan barang berkualitas tinggi." Ia menghembuskan asap dari mulutnya.

"Hahaha… Madam selalu saja seperti ini."

Dean akhirnya tahu siapa bos dari acara pelelangan dan ia adalah seorang wanita, Dean cukup takjub dengan keberaniannya mengadakan acara seperti ini dan caranya mengamankan bisnisnya dengan menghabisi setiap orang yang mengulik informasi acara pelelangan.

"Aku sudah mendapatkan semua data mereka dan sekarang kau bisa keluar."

Dean menjauh dari meja itu dengan segelas wine ditangannya. "Jika aku menyelamatkan seseorang apa diperbolehkan?"

"Hah?! Apa yang kau lakukan? Kau hanya akan menggali lubang kuburan sendiri." Gendang telinga Dean sakit mendengar suaranya.

"Pelankan suaramu, kau mau membuatku tuli?"

"Jangan lakukan tindakan gegabah!" ancamnya.

"Selagi aku melakukannya dengan rapi, tidak masalah, kan."

"Terserah kau saja. Aku lelah menghadapi kekeras kepalaanmu." Dean tersenyum miring. Ia akan menyelamatkan gadis yang menarik perhatiannya.