webnovel

Chasing My Wife's Love

Pertemuan Maira dengan Aziza putri dari Barra berlanjut dengan Barra dan Aziza yang menginginkan Maira menjadi keluarga mereka. Perjuangan Barra untuk mendapatkan cinta seorang Maira memang tak mudah. Bahkan setelah Maira menjadi istrinya,Maira tetap bungkam dikala ditanya cinta. Akankah Barra berhasil mengejar cinta Maira atau justru ia menyerah? "Saya mencintai kamu,kamu memang bunda Ziza tapi kamu belum menjadi istriku seutuhnya" (Barra Baddiuzzaman) "Aziza cuma mau Kakak Maira jadi bunda buat Ziza dan istri buat ayah" (Aziza Putri Baddiuzzaman) "Saya terlalu jauh meninggalkan apa arti cinta" (Humaira Zahratussalamah)

Fika_Karunia · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
1 Chs

Humaira Zahratussalamah

"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu." (Ali bin Abi Thalib)

______________________________________

Perjalanan hidup seseorang memanglah tak mudah, dikala banyak hambatan dan tantangan di sanalah manusia diuji dengan kesabaran dan keikhlasan.

"Ayah...bunda? Maira mau berangkat dulu ya?" Ujar Maira,gadis berjilbab dengan tersenyum membawa tasnya.

"Iya sayang, belajar yang rajin ya? Biar kamu bisa menggapai apa yang kamu harapkan" nasehat bunda Maira.

"Iya bunda" jawab Maira menganggukkan kepalanya kemudian beralih pada ayahnya yang sedang membaca koran pagi dan mencium tangannya.

"Mau ayah antar?" Tawar ayah maira menatap putri satu-satunya.

"Ngga usah ayah, maira bisa berangkat naik bus aja. Lagipula maira mau belajar mandiri ayah" ucap maira dengan wajah menggemaskan.

"Iya-iya,ayah izinkan. Tapi kalau ada apa-apa kabari ayah ya?" Ujar ayah Maira terkekeh geli melihat tingkah putrinya.

"Siap komandan" jawab Maira dengan gerakan hormat.

"Wassalamu'alaikum ayah.. bunda" salam Maira sebelum akhirnya pergi dari halaman rumahnya.

Humaira Zahratussalamah adalah seorang mahasiswi cantik yang berjilbab. Orang-orang memanggilnya dengan Maira,putri dari Bahar dan Lina. Sepasang suami istri yang memiliki usaha di berbagai tempat yaitu kuliner. Mereka memiliki beberapa restoran dan cafe bercabang-cabang,namun dibalik apa yang mereka miliki mereka bukan seseorang yang sombong. Bahkan mereka suka mendermakan hartanya sesekali pada anak yatim di panti asuhan terdekat.

Maira bukanlah anak yang mudah bergaul dengan orang-orang baru, bahkan maira hanya memiliki dua teman yang sangat dekat dengannya yaitu Yuni dan Nara.

"Assalamualaikum.." salam Maira pada kedua sahabatnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, duduklah maira" jawab kedua sahabatnya.

Yah saat ini Maira berada di aula utama universitasnya untuk mengikuti seminar yang diadakan oleh kampusnya. Katanya ada seorang pengusaha alumni disini akan menjadi motivatornya, penasaran?

"Maira? Kamu tahu tidak?" Tanya Yuni dengan wajah semangatnya.

"Tahu apa?" Balas Maira sambil menatap Yuni dengan mengerutkan keningnya bertanya-tanya,pasti ada hal yang baru untuk dibicarakan.

"Aish..masa kamu tidak tahu si!" kata Yuni dengan nada kesalnya.

"Gimana mau tahu kalau kamu aja ngga bilang apa-apa sama aku,kamu mah aneh" tambah Maira menggelengkan kepalanya heran pada tingkah sahabatnya.

"Iya aneh,aneh kaya alien" ledek Nara menyahuti perkataan Maira pada Yuni.

"Kalian ini! Lama-lama nyebelin tahu ngga..ah! Udahlah...aku mau memberitahu kabar bagus buat kita bertiga" kata Yuni tak mau kalah, bahkan sekarang semakin bersemangat untuk menceritakan apa yang ingin ia katakan.

"Berita apa?" Tanya Maira penasaran lalu menatap Yuni lagi begitu juga Nara.

"Hari ini yang jadi motivatornya itu ganteng,masih muda, Sholeh, mapan pokonya idaman banget lah..." Jawab Yuni sambil senyum-senyum sesekali membayangkan sosok yang akan dijadikan sebagai motivator hari ini.

"Oh...!" Seru Maira dan Nara bersamaan dengan wajahnya yang berubah datar seperti biasanya, seharusnya mereka tahu kalau apa yang akan dikatakan Yuni tak akan jauh beda dari yang biasanya.

"Kok 'oh' doang si? Masa ngga ada tanggapan lain gitu?" Rengek Yuni terlampau kesal pada kedua sahabatnya yang bersikap biasa saja.

"Terus harus gimana?" Tanya Maira dan Nara bersamaan dengan wajah polosnya.

"Aish... udahlah!" sungut Yuni kesal kemudian membalikkan badannya menghadap depan.

Sedangkan Maira dan Nara hanya saling menatap menyalurkan kebingungan kemudian mengangkat bahu bersamaan. Tak selang beberapa waktu acara seminar dimulai dari penyambutan pada seluruh tamu, dosen, peserta seminar dan masih banyak lagi. Saat yang ditunggu-tunggu oleh Yuni pun datang dimana seorang pria tinggi badan proporsional tampak menawan diusia 25 tahun,mapan dan tampan. Banyak mahasiswi berbisik-bisik tentang seorang lelaki itu.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Barra Baddiuzzaman salah satu alumni jurusan management bisnis di universitas ini" kata lelaki itu mengenalkan dirinya pada semua orang yang datang.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab seluruh peserta seminar yang beragama Islam.

"Pada kali ini saya Barra akan memberikan beberapa kata motivasi yang semoga saja akan membangkitkan rasa semangat dan pantang menyerah pada kalian semua" lanjutnya dengan wajah serius nan wibawa.

°°°°

Acara seminar telah selesai beberapa menit yang lalu. Mahasiswa dan mahasiswi mulai meninggalkan tempat duduknya untuk melanjutkan jadwal selanjutnya, termasuk Maira. Maira bersama ketiga temannya pergi ke perpustakaan yang berada dekat dari ruangan aula tadi.

"Assalamu'alaikum" salam seorang mahasiswi pada Maira,Nara dan Yuni.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab mereka bertiga.

"Diantara kalian bertiga siapa yang namanya Humaira Zahratussalamah?" Tanya perempuan itu pada ketiganya.

"Saya kak" jawab maira sopan sambil menganggukkan kepalanya

"Oh kamu,kamu dipanggil sama pak Diaz ke ruang dosen katanya ada sesuatu yang harus dibicarakan" kata perempuan itu memberitahukan kedatangannya.

"Iya kak,pak Diaz memang sedang berada dimana sekarang?" sahut Maira tersenyum tipis.

"Pak Diaz ada di ruang dosen ke 3, kamu langsung kesana aja ya? Saya ada urusan lainnya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" pamit pulang wanita tadi sebelum akhirnya pergi meninggalkan ketiganya.

"Iya kak, terimakasih. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Maira dengan kedua sahabatnya yang masih berada disana.

Perginya perempuan tadi membuat ketiganya kebingungan, pasalnya Maira bukanlah gadis yang suka bermasalah pada dosen maupun kakak tingkat. Bahkan Maira juga jarang sekali ikut dalam suatu organisasi atau kegiatan penting di kampusnya.

"Yuni? Nara? Aku pamit ya mau keruangan dosen dulu" pamit Maira pada kedua sahabatnya.

"Iya sana, kita tunggu di kantin fakultas aja ya" jawab Yuni menganggukkan kepalanya begitu juga dengan Nara.

"Siap, wassalamu'alaikum" salam Maira sebelum akhirnya pergi meninggalkan sahabatnya untuk menemui salah satu dosennya.

"Wa'alaikumsalam" jawab Yuni dan Nara bersamaan kemudian berjalan berlawanan dari arah Maira untuk pergi ke kantin universitas.

Maira pergi dari perpustakaan menuju ke salah satu ruang dosen. Sesekali ia berpikir dan mengingat apa yang telah ia lakukan hingga dosennya memanggil dirinya,dia memang jarang berinteraksi pada teman satu kelas tapi bukan berarti ia sombong atau malas. Namun itu adalah kepribadiannya,ia tidak suka berbicara banyak kecuali memang ada yang perlu dibahas bersama.

"Assalamualaikum pak Diaz" salam Maira sambil mengetuk pintu ruangan dosen itu

"Wa'alaikumsalam maira,masuk saja" jawab pak Diaz yang berada di mejanya namun ia tidak sendirian ia bersama seorang pria di ruangannya.

Maira pun masuk perlahan-lahan sambil membuka pintu sedikit lebar kemudian berjalan mendekati meja pak Diaz yang tidak berada jauh dari pintu masuk.

"Maaf sebelumnya Maira,pak Diaz mengganggu waktunya. Pasalnya ada sesuatu yang harus kakak katakan pada kamu" ujar pak Diaz tersenyum pada Maira.

"Tidak masalah pak, memang ada perlu apa pak?" Tanya Maira yang masih berdiri di depan pak Diaz yang terhalang meja besar.

"Kamu duduklah dulu" ujar pak Diaz mengijinkan maira duduk. Maira pun duduk di kursi depan meja pak Diaz namun pandangannya masih menghadap bawah.

"Sebelumnya perkenalkan dia Barra Baddiuzzaman, motivator di acara seminar tadi dan Barra kenalkan dia Maira salah satu mahasiswi yang ikut dalam beasiswa tahun ini" ujar pak Diaz mengenalkan keduanya dengan singkat.

"Salam kenal Maira" kata Barra sambil menangkup kedua tangannya pada Maira.

"Salam kenal juga pak Barra" balas Maira yang juga menangkup kedua tangannya.

"Suatu hari nanti maira akan magang di perusahaan Barra,jadi maka dari itu bapak ingin kalian saling mengenal dulu agar lebih mudah kedepannya" ujar pak Diaz menjelaskan maksud memanggil Maira untuk datang ke ruangannya menemui keduanya.

"Apa yang membuat bapak ingin saya magang di perusahaan pak Barra?" Tanya Maira yang merasa dirinya tak sebanding dengan perusahaan Barra yang terkenal akan standar yang cukup tinggi bahkan dalam urusan magang.

"Karena kamu adalah salah satu mahasiswi yang cerdas, cekatan dan mudah belajar. Mungkin kamu sulit beradaptasi pada lingkungan baru tapi anggap saja ini adalah pembelajaran kamu untuk kedepannya. Pengetahuan dan mempraktekkan itu sangat penting bagi mahasiswa di universitas ini,jadi saya ingin kamu mengikuti keduanya pada tahun berikutnya" jelas pak Diaz pada Maira yang nampak merendahkan dirinya.

"Baik pak,saya akan berusaha" jawab Maira menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju.

Setelah itu maira berpamitan untuk menemui kedua sahabatnya yang telah menunggunya di kantin fakultasnya. Tapi saat ia ingin pergi meninggalkan ruangan dosen, Barra memanggilnya.

"Maira? Bisakah saya bicara sebentar?" Pinta Barra yang sudah disamping Maira.

"Silahkan pak" ujar maira mengangguk namun masih menundukkan pandangannya.

"Saya harap kamu mempertimbangkan ini kedepannya,saya tahu kamu berbakat dalam urusan bisnis. Saya tahu juga kamu memiliki toko kue di daerah xxx bukan?" Kata Barra yang membuat Maira langsung menatap lelaki itu.

"Bapak tahu dari mana?" Tanya maira terkejut dengan perkataan yang baru saja diucapkan oleh barra.

"Saya tahu dari pak Diaz,saya mohon pikirkan kembali" ujar Barra serius dengan apa yang tengah ia katakan.

"Baiklah pak,kalau begitu saya permisi. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" jawab Maira pergi meninggalkan Barra yang masih menatap kepergian Maira.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" balas barra saat Maira mulai beranjak pergi menjauh.

'jika kita dipertemukan kembali berarti ada maksud lain dari pertemuan nantinya' batin Barra tersenyum tipis melihat punggung Maira pergi menjauh.

5 tahun kemudian...

Pagi yang cerah datang menemani kehidupan seluruh umat manusia. Termasuk Humaira,gadis cantik yang memiliki kesibukan dengan toko kuenya. Dia memutuskan untuk membuka toko saat usianya mencapai 18 tahun,pada saat itu ia masih dibantu oleh bundanya dan sekarang ia sudah bisa mengelola bisnisnya ini.

"Sinta? Apa semua kue yang dipesan sudah siap?" Tanya maira pada salah satu pegawainya. Di toko kuenya ia memiliki 4 orang pegawai yaitu 2 pembuat kue dan sisanya melayani pembeli.

"Sudah kak,kapan akan diantarkan?" Tanya Sinta pada maira yang sibuk dengan catatan penjualannya.

"Nanti siang pukul 12" jawab Maira yang sesekali melihat sekeliling.

"Baik kak,Sinta mau membantu mengemasi kuenya dulu" kata Sinta dengan ramahnya.

"Iya,kamu panggilkan Asep untuk datang kesini ya?" pinta Maira yang nampak sibuk mengecek kue-kue yang akan diantar hari ini.

"Iya kak,Sinta akan panggilkan Asep" jawab Sinta meninggalkan ruangan Maira.

Maira bukanlah gadis manja yang suka menggantungkan hidupnya dengan orang lain. Semenjak ia menginjak dunia mahasiswa dia memutuskan untuk meminjam uang kedua orangtuanya dijadikan modal usaha. Ternyata usahanya tak mengkhianati hasil, usahanya bisa sebesar sekarang bahkan dia mendirikan berbagai cabang di kota ini.

Terkadang ia tersenyum puas melihat usahanya yang tidak sia-sia,banyak pencapaiannya yang patut ia syukuri ini berkat Allah SWT. Maha pengasih lagi maha penyayang,itulah Allah.

"Neng Maira?" Panggil Asep dari arah samping kanan maira.

"Oh mang Asep, maira mau minta tolong buat antarkan kuenya ke alamat ini" sahut maira memberikan selembar kertas bertuliskan alamat kue yang akan diantarkan oleh Asep.

"Siap neng,mang Asep pamit ya. Wassalamu'alaikum" pamit mang Asep.

"Iya mang, wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Maira menggelengkan kepalanya melihat tingkah mang Asep yang terkadang diluar nalar manusia normal.

Setelah kepergian mang Asep dari ruangan Maira,maira memilih pergi ke ruangan yang ia gunakan untuk salat. Waktu sudah memasuki waktu salat Dzuhur,sesibuk apapun maira akan melaksanakan shalat wajib dan sunahnya. Salat Dzuhur empat rakaat yang ia kerjakan selesai diakhiri dengan doa dan berdzikir kepada Allah SWT, ucapan syukur dan ampun terus ia panjatkan melalui doa dan salatnya.

Maira membuka mukena yang ia gunakan dan melipatnya. Suara gaduh dari depan tokonya membuatnya teralihkan. Maira berjalan menuju tempat keributan itu,tidak mungkin ada pelanggan yang ribut jika ada suatu masalah yang mengganggunya bukan?

"Ada apa ini?" Tanya maira dengan nafas tersengal-sengal.

"Maaf kak,mba ini memesan kue tapi ia ingin sekarang juga padahal jumlah kue yang ia inginkan lumayan banyak" jelas Sinta menatap Maira.

"Pokoknya saya mau kue itu jadi malam ini,katanya toko kue kelas tinggi. Masa kaya gini aja ngga bisa" decih perempuan itu dengan sinis.

Maira yang mendengarnya mencoba tersenyum memaklumi,ia tidak boleh terbawa emosi. Kemudian ia menatap perempuan dengan pakaian terbuka dihadapannya ini tampaknya perempuan ini angkuh dan suka seenaknya. Bisa dilihat dari cara bicara dan perilakunya.

"Jika anda memang ingin memesan bisakah menggunakan nada sopan? Kami memang tidak bisa melayani pesanan kue dengan mendadak,selain waktu dan pekerja seadanya. Kami tetap mengutamakan kualitas dan cita rasa kue kami itu. Apakah sekarang anda paham?" Jelas maira sopan namun penuh ketegasan. Pasalnya ia tidak suka seseorang selalu merendahkan dan berbicara tidak sopan padanya,itu bukan hal yang patut ditolerir olehnya.

"Ck..tidak usah mengajari ku,bilang saja kau tidak mampu untuk menerima pesanan saya!" balasnya dengan nada tinggi pada maira.

"Sudah saya bilang kalau anda bicara gunakanlah sopan santun. Jika kami mampu sekalipun,kami tetap akan menolaknya" imbuh Maira tak kalah tajam,dia tidak suka dipermalukan apa lagi direndahkan oleh orang lain.

"Kau! Saya ini pembeli, pembeli adalah raja. Seharusnya kau memperlakukan saya dengan baik" ujarnya dengan menunjuk-nunjuk maira tepat didepan wajahnya.

"Saya sudah sangat sabar menghadapi anda dari tadi. Jika tujuan anda hanya ingin berbicara seperti ini, sebaiknya anda pergi sebelum saya memanggil keamanan" kata maira yang terlampau kesal dengan perilaku wanita ini. Bicara saja tidak menghormati lalu untuk apa ia juga menghormatinya.

"Kau!" Marah wanita itu pergi meninggalkan maira dan beberapa karyawannya.

Setelah wanita itu pergi maira mencoba tersenyum pada pembeli lainnya dan meminta maaf atas ketidak nyamanan.

"Kak maira?" Panggil Sinta dari samping Maira.

"Yah? Ada apa?" Sahut Maira yang tengah mencoba mengatur nafasnya yang sempat memburu karena perdebatan tadi.

"Sebentar lagi kita akan merayakan anniversary toko kue kita" kata Sinta dengan wajah gembiranya.

"Iya, sekitar satu Minggu lagi. Ngga kerasa kita udah lama kerja bareng" jawab Maira terkekeh melihat tingkah Sinta yang memang selalu bersemangat jika mengenai acara anniversary toko kuenya.

"Iya kak,aku juga merasa ini kaya baru kemarin buka toko eh... tahu-tahunya udah mau yang ke 7 tahun. Kak punya rencana apa buat merayakannya?" Ujar Sinta semangat.

"Kak si penginnya undang anak-anak yatim buat tasyakuran. Kita ngaji bersama terus dilanjutkan makan-makan" kata Maira memberi usulan.

"Boleh banget kak,udah lama kita ngga ajak anak-anak yatim ngaji bareng. Apa aja yang harus disiapkan kak?" Jawab Sinta tak kalah bersemangat.

"Nanti kak kasih tahu kamu,kakak mau diskusikan sama bunda dan ayah dulu" imbuh Maira tersenyum lembut.

"Siap kak! Yasudah,Sinta mau kedepan lagi ya?" Pamit Sinta.

"Iya sin,kalau kalian repot bisa minta bantuan kakak" kata Maira penuh kelembutan.

"Siap kak!" Seru Sinta sebelum meninggalkan ruangan kerja Maira. Bagi Maira, Sinta itu seperti adiknya sendiri. Dia gadis yang masih muda tapi penuh semangat dan kerja keras,Sinta bukan anak yang dapat hidup bersenang-senang selayaknya gadis lain. Sinta adalah anak pertama dari 2 bersaudara,dia memiliki adik perempuan yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama kelas 3 sebentar lagi akan menuju sekolah menengah atas. Maira sangat salut pada perjuangan dan kegigihan dari seorang Sinta yang tak kenal badai terpaan, sungguh gadis tangguh.

°°°

Siang ini Maira membantu salah satu pekerjanya untuk mengemasi kue dan melayani pembeli. Hari ini banyak sekali pembeli datang dan memesan kue untuk acara-acara di hari mendatang.

"Maira?" Panggil Yuni dari arah depan sambil menghampiri Maira.

"Yah? Ada apa?" Jawab maira menatap Yuni.

"Ada Bu Ani yang ingin ketemu kamu sekarang" ujar Yuni memberitahukan maksudnya.

"Bu Ani? Siapa?" Tanya Maira yang tidak tahu siapa ibu Ani ini.

"Itu pelanggan beberapa Minggu lalu,udah temuin dulu" kata Yuni menggandeng Maira untuk menemui Bu Ani.

Maira pun hanya bisa menganggukkan kepalanya kemudian berjalan beriringan bersama Yuni untuk menemui seseorang yang tadi dikatakan oleh Yuni saat di ruangannya.

Mereka bisa melihat seorang ibu bersama salah satu bodyguard nya duduk di kursi bagian pojok kanan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"salam Maira tersenyum lembut.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,kamu Maira?" Jawab Bu Ani sambil menatap Maira sambil tersenyum simpul,ada tatapan kagum dari Bu Ani pada Maira.

"Iya saya maira,ada apa ya Bu?" Balas maira sopan lalu tersenyum simpul.

"Kamu duduk dulu" kata Bu Ani dengan senyum keibuannya.

"Baik Bu" Sahut Maira kemudian berjalan mendekati meja yang ditempati oleh Bu Ani untuk duduk disana.

"Ibu ingin memesan kue sama kamu,bisa?" Tanya Bu Ani.

"Insyallah bisa Bu, untuk kapan ya Bu?" Balas Maira sopan.

"Buat Sabtu depan bisa?" jawab Bu Ani berharap Maira bisa.

"Bisa Bu,memang kue apa saja yang ingin ibu pesan?" Tanya Maira lembut.

"Ibu ingin yang ini,ini,ini sama yang ini" Sahut Bu Ani menunjuk kue yang ingin ia pesan.

"Baiklah, saya catat dulu. Tolong ibu tulis nomor telepon dan alamatnya Bu" ujar Maira memberikan pulpen dan buku pada Bu Ani.

"Iya sini"

Setelah selesai berbincang-bincang tentang kue yang akan dipesan dan pembayaran.

"Ibu boleh tanya sesuatu sama Maira?" Izin Bu Ani dengan hati-hati agar Maira tidak tersinggung.

"Silahkan Bu" kata Maira mengijinkan.

"Kamu sudah memiliki calon suami atau seseorang yang spesial?" Tanya Bu Ani dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Untuk sekarang belum Bu" jawab Maira sopan.

"Umur kamu berapa ya nak?" tanya Bu Ani lagi yang cukup tertarik dengan latar belakang Maira ini.

"Umur maira akan menginjak 25 tahun bulan depan" jawab Maira lagi dengan sopan tanpa merasa ragu.

"Kamu anak yang Sholehah, baik, mandiri dan sopan. Ibu ingin kamu berkenalan dengan anak ibu,mau?" Imbuh Bu Ani menjelaskan maksudnya.

"Gimana ya Bu? Maira belum kepikiran untuk mengenal seseorang. Tapi jika ada waktu, Maira akan usahakan" jawab Maira sedikit ragu.

"Baiklah ibu tunggu ya? Kalau begitu ibu pamit ya? Mau jemput cucu ibu dulu. Wassalamu'alaikum" pamit Bu Ani pada Maira.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,Bu" jawab Sahut Naira tersenyum simpul.

Sebelum pergi Bu Ani memeluk maira dan mengecup kening maira dengan perasaan gembira. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia rencanakan

"Cie...kita mau dapet undangan nih Ra" kata Yuni sambil menyenggol lengan Nara yang berada disampingnya.

"Ho'oh, kira-kira ganteng ngga ya anaknya Bu Ani?" Goda Nara dengan sesekali terkekeh.

"Ya haruslah! Secara Maira itu cantik, Sholehah,kalem dan lemah lembut" kata Yuni menggoda maira.

"Aish kalian ini! Udah...ayo lanjut kerja" sela Maira dengan wajah memerahnya.

"Hahahaha...maira..maira" kekehan Yuni dan Nara melihat tingkah Maira yang menggemaskan.

••••

Toko maira sebentar lagi akan tutup sekitar pukul 7 malam, dengan dibantu Yuni, Sinta, Nara dan Asep untuk menutup toko. Disaat mereka sibuk membereskan dan menutup toko,ada seseorang masuk menghampiri maira yang berada di meja kasir bersama Yuni.

"Assalamualaikum Maira" sapa pria itu dengan pakaian formalnya,bisa dilihat lelaki ini pekerja kantoran.

"Wa'alaikum salam mas Reza" jawab Yuni dengan wajah senangnya.

"Wa'alaikum salam" jawab Maira yang masih sibuk menulis penghasilan hari ini di bukunya.

"Tokonya mau tutup ya? Kamu pulang naik apa?" Tanya Reza yang tersenyum manis menatap Maira

"Saya bisa pulang sendiri" jawab Maira tanpa melihat Reza.

"Mau saya antar?" Tawar Reza yang sepertinya tidak ingin menyerah untuk mendekati Maira dengan senyum hangatnya.

"Tidak usah, terimakasih" jawab Maira tanpa ekspresi.

"Kenapa kamu selalu menolak ku? Apa yang tidak aku miliki sehingga kamu menolak ku?" Cecar Reza yang tidak habis pikir dengan penolakan Maira berkali-kali padanya,dia merasa tidak ada hal yang buruk padanya.

"Saya hanya ingin menjaga batasan sebagaimana semestinya,saya mohon hormati keputusan saya" Jawab Maira tegas.

"Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan kamu,kamu hanya milikku Humaira Zahratussalamah" ujar Reza tegas sebelum akhirnya pergi meninggalkan toko kue Maira.

'sampai kapan aku harus menghindari dia? Apa aku turuti saja kemauan ayah untuk menikah?' batin maira yang terdiam melihat kepergian Reza.

Reza Wardana, seorang lelaki yang selalu mengejar cinta Maira dari kuliah hingga sekarang. Maira tahu kalau Reza adalah pengusaha sukses tapi bukan itu yang Maira cari. Maira hanya ingin memiliki imam yang baik untuknya dan keluarga kecilnya nanti.

"Yuni, Nara, Shinta...aku pamit pulang ya?" Ujar Maira sambil mengambil tasnya kemudian beranjak pergi dari toko.

"Iya Maira, hati-hati dijalan" jawab Yuni dan Nara menatap sahabatnya.

"Iya kak, hati-hati dijalan juga" kata Sinta yang baru saja selesai beres-beres di dapur.

"Pasti! Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" ujar Maira pergi meninggalkan toko kuenya.

Maira pergi masuk ke mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Namun saat dijalan mobilnya berhenti tiba-tiba hingga membuatnya khawatir dan panik, hingga..

Tok..tok...

"Keluar Lo!" Teriak seorang lelaki dengan tampang sangar bersama kedua temannya. Maira yang melihatnya pun semakin takut dan gugup.

'Ya Allah...Tolong selamatkan hamba dari malapetaka dan marabahaya' doa maira dalam hati.

"Woy! Turun lo! Kalau ngga mau turun gue pecahin kaca mobil lo!" Ancam orang itu lagi dengan mengetuk-ngetuk jendela mobil Maira dengan tak sabaran.

Maira yang mendengarnya sontak keluar dari mobilnya dengan harapan ada seseorang yang menolongnya.

"Keluar juga elo! Semua barang-barang berharga elo serahin ke kita!" Kata lelaki itu sambil menodongkan pisau di dekat Maira.

"Ta-tapi-"

"Ngga usah tapi-tapian atau elo gue bunuh" ancam orang itu lagi.

"I-iya saya serahkan" jawab Maira dengan wajah takutnya.

Maira yang ingin menyerahkan dompetnya pun seakan terhenti ketika seseorang dari arah belakangnya meneriaki orang-orang tadi.

"Jangan pengecut kalian! Beraninya sama perempuan. Kalau berani lawan saya" Teriak seorang lelaki yang baru saja turun dari mobilnya.

"Nantangin gue?! Oke siapa takut"

Terjadilah saling pukul memukul-mukul dari mereka. Maira yang berusaha melepaskan genggaman dari perampok tadi pun tak menyerah dengan diawali bismillah ia memukul orang itu dengan tangannya. Maira memang sempat belajar taekwondo saat ia masuk sekolah dasar hingga menengah pertama hanya saja ilmu yang dipelajari belum terlalu tinggi.

Semua perampok itu kalah oleh lelaki yang menolong maira. Maira yang masih ketakutan pun berjalan menjauhi lelaki itu,namun lelaki itu berjalan mendekatinya dengan wajah khawatir sekaligus menahan sakit di beberapa anggota tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya lelaki itu bernada tinggi nan wajah tampan yang nampak khawatir melihat Maira ketakutan.

"I-iya saya baik-baik saja" jawab Maira yang masih ketakutan.

"Alhamdulillah kamu baik-baik saja" Sahut lelaki tersenyum bernafas lega.

"Terimakasih sudah membantu saya,maaf merepotkan" kata maira dengan menangkup kedua tangannya.

"Tidak apa-apa,sesama manusia memang harus tolong menolong bukan?"

"Iya kamu benar, sekali lagi saya mengucapkan terimakasih" ucap Maira yang nampak begitu berterimakasih pada lelaki yang telah menolongnya ini.

"Iya sama-sama,apa ada masalah dengan mobil mu?" Tanya lelaki itu seakan tahu keadaan maira.

"Iya, tiba-tiba mobil saya mati. Terus ada orang-orang itu datang dan ingin merampok saya" ujar Maira menjelaskan alasan kenapa dirinya terjebak dijalanan sepi ini.

"Kamu naik mobil saya saja,saya akan antarkan aku hingga rumah. Bagaimana? Nanti mobil kamu akan saya masukkan ke bengkel" tawar lelaki itu dengan senyuman hangatnya.

"Tidak usah,saya tidak ingin merepotkan kamu lagi" jawab Maira yang tak enak hati.

"Tidak merepotkan sama sekali,ayo saya antar. Kebetulan ada keponakan saya di mobil,jadi tidak akan menimbulkan fitnah nantinya" kata lelaki itu dengan senyuman hangatnya.

"Baiklah, saya ikut kamu. Sekali lagi terimakasih"

"Iya,ayo masuk kedalam" ajak lelaki itu membukakan pintu mobilnya.

"Terimakasih"

Selama diperjalanan hanya ada keheningan karena keponakan dari lelaki itu sedang tertidur pulas.

"Maaf sebelumnya,kita belum berkenalan. Nama kamu siapa?" tanya lelaki itu dengan melirik Maira kemudian menatap kedepan lagi

"Nama saya Humaira Zahratussalamah,kamu bisa memanggil saya maira" jawab Maira tersenyum tipis.

"Nama yang bagus,saya Rahman Sulaiman. Biasa dipanggil Rahman" kata Rahman memperkenalkan dirinya pada Maira, sedangkan Maira hanya menganggukkan kepalanya.

"Alamat rumah kamu dimana?" tanya Rahman pada Maira.

"Jalan Indah nomor 7" jawab Maira singkat.

"Baiklah"

Sesampainya didepan rumah maira, Maira maupun Rahman sama sama turun.

"Mau mampir?" Tanya Maira yang tak enak hati.

"Tidak usah, ngga enak malem-malem ke rumah perempuan akan menimbulkan fitnah pastinya. Kalau begitu saya permisi" jawab Rahman melihat sekeliling yang semakin gelap karena hari akan larut.

"Iya mas, sekali lagi saya mengucapkan terimakasih banyak. Maaf merepotkan mas" ucap Maira tulus.

"Tidak masalah,untuk mobil kamu nanti akan diantar oleh anak buah saya ke rumah ini besok"

"Iya mas, terimakasih" ucap Maira lagi dengan kata terimakasih.

"Kamu suka sekali mengucapkan terimakasih,saya tidak merasakan keberatan membantu kamu malah saya suka. Yasudah saya pamit, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" sahut Rahman tersenyum manis pada Maira.

"Iya ma, wa'alaikum salam warahmatullahi. Hati-hati dijalan"

"Iya Maira"

'aku harap ada kesempatan lain untuk mengenalmu lebih dekat' batin Rahman yang akan membuka pintu mobil lalu menjalankannya menuju rumahnya.

Perginya Rahman dari rumah maira, Maira memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya lalu menceritakan kejadian tadi pada ayah maupun bundanya.

______________________________________

Hidup penuh kejutan seperti takdir yang perlu kita tahu akan menentukan akhir dari sebuah kisah nantinya.

***

To Be Continue...