webnovel

Sebuah Peluang Dan Keberuntungan

Setelah acara selesai, Viera menghampiri Tania juga Marco kekasihnya. Viera mengenalkan Tania dengan Rebecca, fashion designer yang hari ini menyelenggarakan fashion show. Tania merasa senang dan berterima kasih. Rupanya Rebecca adalah seniornya di kampus, meski begitu keduanya tak pernah bertemu kalau bukan Viera yang memperkenalkan keduanya.

"She is my friend, Tania," kata Viera memperkenalkan.

"Hello, Tania Jovanka." Tania mempertahankan dirinya sembari mengulurkan tangan.

"Hi, I'm Rebecca Dreakel. Nice to meet you Tania," bala Rebecca dengan sangat hangat. Tak ada kesombongan yang terpancar dari diri seorang designer terkenal itu. Hal itu membuat Tania merasa beruntung bisa berkenalan dengannya.

"Nice to meet you to, Rebecca. You are so amazing to night. I like your collaction dress." Imbuh Tania lagi, ia mengungkapkan rasa kagumnya kepada Rebecca.

"Thanks you so much, anyway you'r so beautiful girl with tube dress." Puji Rebecca setelah mengamati dress yang dikenakan Tania.

Tania dan Rebecca saling memuji, kini keduanya saling bertukar nomor handphone dan berharap ada waktu luang untuk minum teh bersama. Tania merasa semua hal yang datang padanya saat ini adalah anugerah dari Tuhan setelah apa yang ia rasakan selama ini.

Rebecca begitu menyukai Tania meskipun keduanya baru saja bertemu, sehingga rasa nyaman dan akrab terjalin begitu cepat. Rebecca sendiri sebenarnya bukan asli orang London, ibunya asli orang Bali dan papanya merupakan orang London. Jadi sebenarnya Rebecca bisa berbahasa Indonesia meskipun tidak se-fasih Viera yang justru sama sekali tidak ada keturunan Indonesia. Viera memang menyukai bahasa Indonesia sejak berpacaran dengan Marco. Dirinya meminta Marco untuk mengajarkan kepadanya semua tentang Indonesia. Mulai dari bahasa dan budaya yang ada.

Setelah sampai di apartemen, Tania segera membersihkan dirinya dan siap-siap tidur. Tubuhnya merasa lelah, tapi matanya tak bisa terpejam. Seperti ada yang menggangu pikirannya, tapi Tania tak mengerti akan apa yang sedang ia pikirkan. Kemudian Tania membuka buku catatan dan mulai menulis apa yang ingin ia tulis.

"Don't give up when you still have something to give. Nothing is really over until the moment you stop trying."

"Do not take for granted the things closest to your heart. Cling to them as you would with your life, for without them, life is meaningless."

"Develop the winning edge. Small differences in your performance can lead to large differences in your results."

Tania mengakhiri tulisannya dan tertidur pulas di tempat tidur beralaskan buku catatannya itu.

***

Esoknya, Tania menghubungi Marco agar tidak menjemputnya di apartemen. Hari ini Tania ingin pergi sebentar ke sebuah tempat yang ingin ia kunjungi sedari menginjakkan kaki di London, yaitu London Eye.

London Eye, adalah salah satu tempat wisata di London paling laris yang ada di ibu kota. Objek ini berupa roda raksasa yang berputar dengan anggun. Letak nya di South Bank tepatnya di tepi sungai Thames menghadap ke istana Westminster dan Big Ben yang berada di seberang nya. London Eye termasuk ferris wheel terbesar di Eropa, dengan ketinggian 135 m, dan roda berdiameter 120 m. Terdapat 32 kapsul mewah dan nyaman yang akan berotasi di tepi sungai Thames dan akan memakan waktu 30 menit. Dengan menaiki London Eye, kita akan di sajikan dengan pemandangan kota London. Pemandangan akan lebih baik lagi jika cuaca cerah dan kita bisa melihat kota London dengan jarak pandang sampai 40 km.

London Eye, merupakan Objek Wisata Terlaris yang selalu menjadi pusat untuk petunjukan kembang api pada saat tahun baru tiba. Orang orang bisa melihat pertunjukan kembang api di sekitar London Eye dari seberang sungai Thames. Untuk menaiki London Eye, tempat wisata di London terlaris, pengunjung dikenakan tiket £20 atau sekitar 400 ribu rupiah.

Tania memang membuat list beberapa tempat yang ingin ia kunjungi selama di London. Semua sudah tertulis rapi di buku diarynya. Kali ini dirinya ingin melakukan petualangan sendiri meskipun si Marco sudah berniat untuk menemaninya namun ia menolak. Tania tak ingin terlalu membebani sahabatnya itu untuk urusan pribadi yang tidak penting. Lagipula Marco juga sibuk dengan coffee shop yang baru. Meskipun bukan milik Marco pribadi, namun karena sang pemilik coffee shop adalah sahabatnya sendiri untuk itu Marco bisa leluasa melakukan apapun.

Tania bersiap diri untuk pergi, sebenarnya papa Tania menyediakan mobil untuk dirinya di London, tapi bukan Tania jika tidak melakukan sesuatu yang menantang. Melakukan kunjungan dengan menaiki transportasi umum adalah hal terbaik yang dilakukan seorang wisatawan, bukan begitu?

***

"Dua hal yang membangkitkan ketakjubanku, langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya."

Kalimat itu benar adanya, dibalik semua kesedihanku, ada hikmah yang aku dapat. Tuhan lagi lagi membuat ku takjub akan takdir yang dituliskan untuk ku. Ujian setiap manusia berbeda bentuk dan cara penyelesaian nya. Tapi akan ada hadiah bagi mereka yang mampu melewati semua ujiannya itu. Setelah hujan memang tak selalu ada pelangi, tapi ada udara sejuk yang datang bersama kepergian hujan.

Hari ini, aku berdiri di depan sebuah bangunan cukup megah, inilah butik ke dua ku. Hasil dari semua tangis, waktu, usaha dan pikiran ku kini menjadi sebuah bentuk nyata. Tanpa bantuan sedikit pun dari papa, aku bisa menjadi perempuan sukses di negara orang. Aku bangga akan pencapaian ku ini. Ternyata aku mampu melewati semua ujian yang Tuhan berikan lewat kamu.

Tania menutup buku diarynya setelah seseorang mengetuk pintu.

"Iya, Siti. Ada apa?" Tania bertanya kepada salah satu karyawannya itu.

"Ada tamu, Mbak. Katanya mau pesan beberapa baju untuk acara pemotretan dan pertunangannya," terang Siti dengan sopan.

"Apakah dia pelanggan baru? Sudah kalian layani, kah?" Tania kembali bertanya.

"Iya, Mbak. Kita semua baru pertama kali melihat orang ini. Tapi memang bentuknya seperti model, kita sudah menunjukkan semua koleksi kita tapi dia ingin bertemu langsung dengan Mbak Tania." Siti menjelaskan situasi apa yang terjadi di bawah.

"Baiklah kalau begitu suruh masuk saja. Terimakasih Siti," ucap Tania pada karyawan yang bernama Siti itu. Tania selalu memperlakukan karyawannya dengan baik.

Tak lama kemudian Siti mempersilahkan perempuan itu untuk masuk keruangan Tania.

"Hi, I'm Tania. Owner of this boutique," Tania memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya. Lalu mempersilahkan perempuan yang tengah berdiri di depannya duduk.

"Hai, aku Tara. Aku sudah banyak tahu tentang karyamu. Untuk itu aku jauh-jauh kesini menemui mu secara langsung. Sungguh luar biasa, masih muda tapi keren sekali sudah punya dua butik!" puji perempuan itu membalas dengan bahasa Indonesia membuat Tania sedikit terkejut.

"Sorry, saya kira anda bukan orang Indonesia," ucap Tania mengulas senyum.

"It's okay, memang banyak yang mengira aku bukan orang indo. Tapi aku keturunan Indonesia kok, bay the way ... cukup aku kamu aja. Kita sepantaran, kok. Usia kita rasanya tidak jauh berbeda."

"Tentu, Tara. Nama kita juga hampir mirip, ya? Oh, iya. Ada yang bisa aku bantu?" Kali ini Tania menanyakan tujuan Tara.

"Aku ingin kamu membuatkan aku beberapa gaun untuk acara pesta pertunangan aku. Juga membuatkan aku baju untuk pemotretan, masalah design aku ikut kamu aja, aku tahu selera kamu bagus. So ... kita bisa mulai bicarakan pembayarannya," ucap Tara dengan begitu santainya.

"Maaf, Tara. Aku tersanjung dengan apresiasi kamu tentang karyaku, tapi aku ingin setiap client ikut serta untuk menentukan keinginan baju yang diinginkan. Karena aku yakin ada moment penting di setiap gaun yang dikenakan." Tania menjelaskan apa yang menjadi visi dari butiknya.

"Oke. Kalau begitu buatkan aku sketsanya, aku akan memberi tahu mu apa yang aku inginkan!" seru Tara bersemangat.

"Baiklah, apa yang kamu inginkan?" tanya Tania sambil bersiap menggambarkan design gaun untuk Tara.

"Aku mau gaun untuk acara pertunangan aku bak seorang princess yang sexy tapi anggun, sedangkan untuk acara pemotretan aku mau semua bagian tubuh aku terekspos dengan baik tapi tetap elegan, bisa?" Tara mengajukan pertanyaan.

Tania menggambarkan sketsa di notenya lalu menunjukkan kepada Tara. Betapa terkejutnya Tara ketika melihat gambar Tania sama persis dengan apa yang ia inginkan. Tara benar benar senang, dirinya tak salah pilih designer. Tania juga merasa senang melihat ekspresi Tara yang puas akan hasil designnya.

Mermaid Dress dan Bodycon Dress adalah pilihan Tania untuk Tara. Tania memberikan pilihan warna untuk kedua dress itu, Tara meminta warna bold agar terlihat mendominasi. Untuk itu Tania memberikan pilihan black and maroon. Tara menyetujui dan mulai melakukan ukur. Setelah semua transaksi selesai, Tara meminta untuk segera menghubungi nya.