["Apa kau kecelakaan?! Ayo katakan!"] seru Rebecca yang sudah panik setelah mendengar jika Arga ada di rumah sakit tanpa mengatakan apapun.
Semua itu sengaja dilakukan Arga karena dirinya tahu betul bagaimana Rebecca. Jika tadi ia mengatakan yang sebenarnya pasti Rebecca akan tertawa dan justru akan membuat ia menunggu lama lagi karena Rebecca pasti sengaja mengulur waktu.
Setelah selesai menutup gawainya, Arga mengerang kesal karena tidak ingin di sana. Berharap ada kantong ajaib Doraemon yang dapat membuat ia segera pergi dari satpam yang bertampang menjengkelkan. Namun sayangnya ia harus menunggu selama hampir satu jam lebih di dalam sana. Tidak banyak yang dapat ia lakukan kecuali menunggu dan menunggu kedatangan Rebecca.
Sementara Rebecca yang telah mendapatkan telepon dari Arga khawatir bukan main atas apa yang terjadi. Pikirannya sudah melambung tinggi memikirkan apa gerangan yang membuat adik satu-satunya itu berada di rumah sakit. Semua jadwal untuk bertemu dengan client penting telah ia undur dan meminta sekretarisnya untuk mengatur ulang pertemuan mereka. Untung saja client Rebecca itu mau dan mengerti setelah sekretaris Rebecca menjelaskan alasannya.
Dengan kecepatan penuh, Rebecca menyusuri jalan menuju rumah sakit tempat dimana Arga tengah menunggu kedatangannya. Beberapa kali Rebecca mencoba menghubungi Tania, namun sayangnya nomor telepon Tania tidak dapat dihubungi. Karena hal itu, Rebecca menghubungkan kejadian yang menimpa adik semata wayangnya itu dengan nomor telepon Tania yang tidak dapat dihubungi. 'Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Tania?' gumam Rebecca dalam hati.
Bukan tanpa alasan, Rebecca tahu betul jika Arga sangat mencintai Tania, bahkan ia berubah demi Tania. Rebecca masih berpikir jika Arga tengah melakukan hal gila pada dirinya karena Tania, "Mungkinkah mereka bertengkar, dan ... Shit! Jika itu benar dan Arga sampai nekad melakukan hal gila hingga berada di rumah sakit sekarang, itu benar-benar gila!" seru Rebecca sendiri di dalam mobil.
Tak ingin berpetualang lebih jauh dengan pikirannya, Rebecca mencoba menenangkan diri sendiri. Beberapa kali ia hampir menerobos lampu merah karena tidak konsentrasi.
Sesampainya di rumah sakit, Rebecca segera turun dari mobil dan berlari menuju pintu utama rumah sakit setelah memarkirkan mobil sesuka hati. Itu semua karena ia sudah sangat ingin bertemu dengan Arga. Melihat kondisi Arga adalah hal yang lebih penting daripada mendengarkan security rumah sakit tengah memanggil dirinya dengan sempritan berulang kali.
"Excuse me, I want to ask about the patient named Arga which room is in?" tanya Rebecca pada petugas receptions rumah sakit setelah ia berhasil tiba di dalam gedung rumah sakit dengan napas sedikit tidak beraturan.
"Wait a minute I will see the data," jawab petugas itu. Rebecca hanya mengangguk setuju. Beberapa detik kemudian, pihak receptions itu kembali mengatakan, "Sorry, but the patient on behalf of Arga is not here."
"Are you sure? he calls and says he is here. please check again," ucap Rebecca menjelaskan. Petugas itu kembali sibuk dengan layar monitor mencari nama Arga. Namun lagi-lagi tidak ada.
"Not found. please call your brother back." Pungkas petugas itu.
"Okay, thank you."
Rebecca kemudian kembali menelepon Arga dan menanyakan keberadaannya.
["Hei, kamu ada dimana? Aku sudah di rumah sakit dan sedang menanyakan keberadaan mu pada resepsionis, tapi tidak ada nama kamu, Arga. Cepat katakan kamu ada dimana!"] seru Rebecca tanpa jeda setelah Arga menjawab panggilan telepon darinya.
["Aku tidak dirawat. Aku berada di rumah security rumah sakit, Rebecca. Sudahlah, lebih baik kamu datang kemari. Tanyakan saja pada petugas disana ruangannya."] jawab Arga sebelum menutup telpon. Hal itu membuat Rebecca mengerutkan dahinya karena bingung. Tapi ia mengikuti ucapan Arga dan bertanya kembali pada petugas tadi dimana letak ruangan security rumah sakit.
Setelah dijelaskan, Rebecca segera mencari ruangan itu. Berjalan sesuai dengan arahan petugas. Meski sejujurnya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Arga, namun yang paling penting bagi Rebecca adalah bertemu dengan Arga dulu untuk memastikan apakah ia baik-baik saja.
***
"Rebecca!" seru Arga memanggil kakaknya setelah melihat kedatangan Rebecca.
"Hei! Kamu kenapa ada disini? Kamu baik-baik saja, bukan?" tanya Rebecca sembari mengecek semua tubuh adiknya itu.
"Aku baik-baik saja, aku hanya ingin meminta bantuan mu untuk mengeluarkan aku dari sini,"
"Kenapa? Ada apa sebenarnya, katakan." Rebecca mulai tidak sabar untuk mendengar penjelasan Arga yang berada di ruang security.
Melihat kedatangan seseorang, salah satu security menghampiri dan meminta Rebecca ikut menemui kepala security rumah sakit untuk membahas tentang apa yang sebenarnya terjadi. Meski bingung, Rebecca mengikuti keinginan security itu. Arga pun hanya memberikan isyarat kepada Rebecca untuk ikut.
Di dalam ruangan kepala security rumah sakit, semua menjelaskan bagaimana kronologi kejadian yang terjadi pada Arga. Betapa terkejutnya Rebecca mendengar penjelasan security dan juga Arga. Setelah cukup melihat hasil pemeriksaan CCTV dan keterangan dari Rebecca, juga bukti jika wanita yang diikuti Arga adalah kekasihnya sendiri. Akhirnya kepala security itu memberikan izin untuk melepaskan Arga, mereka juga meminta maaf kepada Arga juga Rebecca karena semua harus dilakukan karena sudah menjadi tugas mereka.
"Sekali lagi, saya mewakili seluruh anggota security rumah sakit ingin memohon maaf atas segala kesalah pahaman ini Tuan Arga dan Nona Rebecca," ucap kepala security sebelum Arga dan Rebecca meninggalkan ruangan.
"Kami yang minta maaf, Pak atas ulah yang dilakukan adik saya ini," balas Rebecca sambil melihat ke arah Arga.
Setelah selesai berbincang sebentar, Rebecca dan Arga meninggalkan ruangan security dan menuju parkiran. Arga masih saja terlihat kesal meskipun sudah keluar dari ruangan itu.
Rebecca hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat ulah adik kesayangannya itu.
"Apa yang kamu lakukan kali ini sebenarnya lucu, hanya saja ... aku masih tidak dapat berpikir kenapa bisa sampai sebegitunya kamu sama Tania. Lagipula Marco itu sahabat baik Tania, kenapa juga kamu musti cemburu Arga ...."
"Aku ... Aku cuma penasaran saja. Lagipula sudah terjadi, jangan bahas lagi bisa?" ucap Arga kesal dengan ucapan kakaknya.
"Baiklah, selalu dan selalu saja merepotkan. Andai saja kamu berkata yang sebenarnya tadi di telepon. Mungkin aku tidak akan datang dan membiarkanmu berjamur disana!" balas Rebecca.
"Oh ... jadi kau tidak ikhlas, begitu? Dasar kau saudara yang menyebalkan!" hardik Arga.
"Terserah kamu saja, kau hampir saja membuat ku mati jantungan karena mendengar dirimu ada di rumah sakit. Aku bahkan membatalkan janji dengan client penting karena mengkhawatirkan adik yang selalu saja bersikap seperti anak kecil!" Suara Rebecca meninggi.
Arga melihat ekspresi kakaknya segera memeluk tubuh Rebecca erat. "Baiklah, aku yang salah dan maafkan aku cantik," ucap Arga masih memeluk tubuh Rebecca.
Rebecca tersenyum bahagia, bagaimanapun Arga membuat masalah dan selalu menyusahkan dirinya, tetap saja ia tidak bisa marah sama sekali pada Arga. Rebecca hanya mampu mengomel karena menunjukkan rasa sayangnya pada Arga, dan Arga tahu akan hal itu.