webnovel

Bab 8

TANTE S4NGEAN. 

Akan kita bahas pada artikel kali ini yang dimana merupakan pengalaman pribadi dari salah satu narasumber kita.

Saat ini tinggal seorang karyawan yg baru bekerja di kota. Pemuda itu ganteng namun pendiam. Aku lihat dari bodinya sepertinya dia aktif olah raga. Karena aku juga sering lihat dia pulang memakai celana pendek dan sepatu olahraga. Pagi ini dia terlihat habis olahraga jadi pasti di kamarnya dia sedang mandi. penghuni kamar lain pulang kampung karena yang lain mahasiswa pulang liburan. Jadi kami hanya berdua. Wah … kesempatan nih.

Karena hari ini dirumah sepi membuat diriku makin kesepian tidak ada teman bicara. Sopir dan pembantuku pulang karena ada keperluan pribadi. Sedangkan tukang kebunku tidak menginap karena rumah dia dekat dengan rumahku. Aku tidak keberatan mereka pulang karena masih ada anak kost yang tinggal jadi tidak ada masalah aku sendirian. aku Penasaran dan ingin cari teman obrolan. Aku cari alasan untuk ketemu pria itu, aku iseng dan bertanya tentang laptopku. Maka aku menuju ke kamarnya.

Karena di rumah sepi dan lagi santai aku hanya mengenakan lingerie warna hitam kesukaanku. Jika dilihat pasti kelihatan dalamannya. Pria manapun yg melihat pasti akan ter4ngsang. Aku tak ambil pusing. Jika dia memang pria sejati tak ada salahnya bercinta dengan pemuda ini. P3rj4ka lagi. Hehehe ... senyumku dalam hati. Ternyata pintunya kamarnya tidak terkunci. Pelan-pelan kuketuk pintunya kubuka pintunya dan akupun masuk dengan rasa penasaran.

Rupanya dia sedang di kamar mandi dan dia tidak menyadari kehadiranku. Kemudian aku masuk. Terlihat dia sedang berdiri menghadap bak mandi. Tubuhnya dalam keadaan telanjang sepertinya mau mandi. Secara keseluruhan dia terlihat gagah. Akhirnya kudatangi dia. Terlihat matanya terpejam menikmati apa yang sedang dilakukannya. Dari gerakan pada lengannya kutahu dia sedang mengocok 'joni'nya. Segera kutujukan mataku ke arah sel4ngk4ngannya.

Apa yang kulihat saat itu bikin aku kagum, bahkan membuat napasku sesak tersengal-sengal. Tangannya sedang menggenggam 'joni'nya, yang kelihatan besar dan panjang sekali. Ujung kepala 'joni'nya bulat, terlihat keras dan mengkilat. Seperti orangnya warnanya juga cokelat tua agak kehitam-hitaman. Dia mengocok-ngocok 'joni'nya yg mengagumkan itu. Rupanya dia sedang mandi dan membersihkan joninya. Wow ini aku suka, lelaki yang rajin membersihkan joninya. Gerakan membersihkan joninya seperti m4sturb4si membuat aku kedalam khayalan kenikmatan. Dan aku juga terbawa untuk memejamkan mataku. Terbayangkan olehku hal yang tidak-tidak yang juga membuatku ter4ngsang. Jadi ingin aku merasakannya. Ah ... pasti nikmat.

Kurasa sesuatu yg menggelegak dalam diriku. Sekali lagi aku sampai menelan ludah. Lalu kuberanikan diriku untuk menyapanya.

"Randi, besar amat sih jonimu?" Dia terlihat sangat terkejut. Tersipu-sipu ia berkata, …

"Aduh Tante kok ada di sini … !" Segera kutenangkan dia, …

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa kok." Lalu aku mendekati dia sambil mengulurkan tanganku ke arah 'joninya' aku berkata, …

"Coba Tante lihat dong! Ukurannya kok sampai sebesar ini sih?" Malu-malu dia berusaha menghindar, tapi terpegang juga olehku 'barang kepunyaan'nya.

Setelah terpegang dia tidak terus berontak, malah dibiarkannya aku mengusap-usap 'alat kejantanan'nya itu. Setelah aku usap-usap dia terlihat sudah mulai mampu menguasai diri lagi. Malah rupanya keberaniannya timbul. Dengan gaya lugunya dia bertanya, …

"Tangan tante lembut sekali."

"Eh ngomong-ngomong mau diterusin nggak?" Dengan manis dan lugu bengong, …

Setengah bertanya.

"Maksud Tante?"

"Mau saya bantuin nggak?" Terlongo dia memandangku dan bertanya, …

"Emangnya bantu apa tante?" Sambil tersenyum genit aku berkata kepadanya, …

"Kalau kamu mau, tak bantu bersihin jonimu … !" Bukan pakai sabun, tapi pakai lidah tante. Dijamin enak loh ... kataku.

Dia tidak perlu menjawabnya toh tetap aja aku akan memaksanya. Karena aku sudah memegang joninya. Lalu kulepas dasterku.

"Kebetulan aku belum mandi, sekalian mandi disini boleh dunk". Mandi asik bareng dia pasti asik.

"Kamu mau aku ajarin nggak?" kataku setengah bertanya.

Kalaupun di bilang tidak mau, tetap akan aku paksa. Karena aku sudah tak tahan lagi.

"Ajarin apa tante" …Tak perlu aku jawab akhirnya kugarap joninya.

"Aduh tante, geli banget dan enak!" Erang Randi.

"Panggil aja aku Neng aja ya".

Kedua lengannya mengencang menygga tubuhnya, sampai terlihat otot-ototnya menonjol gagah.

"Randi! Randi! Besar amat ya kepunyaan kamu ini," kataku.

Beberapa saat hening tanpa ada suara, sementara aku terus mengocok-ngocok lembut 'barang kepunyaan' Randi. Sampai akhirnya terdengar lagi Randi bertanya, …

"Tante, katanya kalau orang bule seneng hisap pake mulut yah?" Pertanyaan ini kurasa semakin menjurus dan membuatku terusik oleh keinginan terpendam yg ada di hatiku.

Dengan singkat kujelaskan padanya, …

"Ah bukan orang bule aja, orang Indonesia juga mau. Emang kamu pikir aku nggak mau. Bodohlah aku jika tidak mau menghisap jonimu. P3rj4ka lagi."

Ya iyalah …. rasanya beda gitu loh …. yang biasa aku pegang …. Berkahku hari ini aku sebentar lagi merasakan sp3rm4 p3rj4ka …. wow … pasti nikmat … Sambil sesekali joninya aku cepit dengan dadaku dan kugesek-gesekan sambil kuciumi dan kujilati ujung joninya.

"Sarat sebagai laki-laki ya ITU-nya bisa bangun, besar, panjang, keras samakuat." Aku sedikit menggurui. Kembali Randi nampak bersemangat, …

"Oh kalau itu sih Randi mampu …"

Aku membisikkan kesediaanku. Lalu Randi berkata dengan penuh keseriusan, …

"Aduh mau tante, !"

Pada saat bibirku mendarat di atas 'kepala kem4luan'nya dan mengecupnya Randi mendes4h, …

"Aduh geli tante, enak."

Apalagi waktu mulai kujilat-jilat dengan lidahku, ia betul-betul merasakan nikmatnya.

Tubuhnya mengejang keras, …

"Aduh Tante geli sekali."

Begitu kumasukkan 'ujung kemaluan'nya yg seperti 'topi baja' itu ke mulutku, lalu mulai aku hisap, Randi mengerang panjang. Karena keenakan dia sampai menekan kepalaku ke bawah. Dipenuhi oleh 'ukuran kejantanan' lelaki yg sebesar itu aku sampai sulit bernapas. Untung aku sudah cukup berpengalaman dalam hal 's3ks or4l,' sehingga dengan mudah aku bisa menyesuaikan gerakan bibir, lidah dan mulutku.

Ketika ujung 'tongkat kejantanan'nya menyentuh langit-langit mulutku, aku merasakan lonjakan gairah yg membawa nikmat. Manis sekali pria ini, akupun jadi semakin menyukainya. Langsung kuperhebat hisapanku, sampai aku sendiri semakin ter4ngs4ng. Sewaktu aku sudah mulai hanyut, ternyata masih juga kudengar permintaan Randi. "Neng," … panggilnya, … "Tante."

Karena sudah ter4ngs4ng dari tadi, terutama setelah mulai mengemut 'joninya', beberapa usapan saja sudah cukup untuk membawaku ke puncak rasa jasmaniku. Aku mengaduh, merintih dan mengerang sambil terus menjilati 'barang kepunyaan' Randi. Laki-laki itu sampai melihat aku dengan pandangan agak heran. Tapi tidak kuperdulikan lagi dirinya. Terus aku hisap 'joni' Randi di mulutku, sampai gelora rasaku mereda. Setelah itu yang aku sadar adalah betapa pegalnya rahang mulutku, karena dari tadi mengemuti kepunyaan Randi dengan tanpa henti.

Sedikit-sedikit mulai ada rasa jengkel juga karena daya tahan kejantanan lelaki itu kuat sekali. Hampir aku sentak dia ketika sekali lagi kudengar suaranya berbicara kepadaku.

"Ah ...," katanya.

"Tante."

"Saya hampir keluar tante."

Rasa gairah semakin mer4ngs4ng diriku, semakin keras juga aku mengemut dan mengisap 'alat kem4luan' Randi.

Hingga akhirnya seluruh tubuh Randi mengejang keras, begitu juga batang kejantanannya di mulutku.

"Ahh … ahh … tante … tante … ahh … Aduhhh … aaahhhhh …," … Randi mengerang keras dan panjang.

Rupanya dia sedang mengalami puncak kenikmatannya di mulutku. Semburan demi semburan sp3rm4 Randi memasuki rongga mulutku. Inilah sp3rm4 rasa p3rj4ka, benar-benar nikmat apalagi masih hangat.

Banyak sekali, kental, dan asin rasanya. Supaya tidak terselak kutelan sebisa-bisanya. Tapi setelah aku tidak tahan lagi kubiarkan sebagian tertumpah dari mulutku dan terjatuh ke tubuh Randi. Kujilati sp3rm4 yang menempel di tubuhnya hingga tak tersisa. Beberapa saat kemudian keadaan mulai mereda. Kudengar suara napas Randi lembut. Alat 'kejantanan'nya yang masih berada dalam genggamanku ternyata masih keras juga. Sengaja tak aku keluarkan semua sp3rm4nya agar dapat menikmati lebih lama di v4ginaku.

Ber-or4l s3ks di kamar mandi membuat kami kedinginan aku merasakan sp3rm4 pemuda lebih nikmat menghilangan rasa dingin. Joninya masih aja tetap ngaceng sehingga ini membuat aku ingin menungganginya dan memasukkan dalam v4gina. Lalu kuambil handuk yang sudah kubasahi dengan air panas dan kubersihkan seluruh tubuhnya.

Kutarik tangannya dan menuntunnya kembali ke kamar tidur. Kuarahkan supaya ia duduk di atas ranjang, lalu aku menelungkup di hadapannya. Kedua tanganku mulai mengusap-usap 'batang kejantanan' Randi. Ukurannya memang luar biasa. Tadi dalam keadaan Randi berdiri, kalau 'batang keras'nya ditegakkan sepertinya panjangnya sampai ke pusarnya. Sekarang dalam keadaan dia duduk panjangnya jelas meliwati pusarnya itu.

Bibirnya kuhisap,

"Hmmmhhhh… hmmhhhhhh…" dia mendes4h-des4h.

Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya makin kebawah lalu kuciumi dadanya.

"Hmmmhhhhhh… aduuhhh enak .." rintihnya.

Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya joninya yg sudah tegang berat kupegang dan kukocok-kocok,

"Ahhhhh… Hhhh…. Hmmhmh… Ohhh …"

Dia cuman bisa mendes4h doang. Joninya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meremas-remas rambutku saking enaknya.

"Ehmm… Ehmm…" Mungkin sekitar 5 menitan aku hisap joninya, kemudian aku bilang.

"Randi… sekarang giliran kamu yah?"

"Gantian apa tante?" Dia setengah tersentum.

"Gantian jilati v4gina ku" kataku.

Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku. kemudian mulai menciumi leherku sementara tangannya meraba-raba dadaku dan diremasnya.

"Hmhmhhm… Hmhmhmh…" ganti aku yg mendes4h keenakan.

Apalagi ketika dia menjilati pentilku yg tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku dan kemudian langsung menciumi v4ginaku dengan penuh napsu, otomatis pahakku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati v4gina dan pen tilku.

"Ahh.. Ahhhh…" aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar "slurrp… slurrp…" dia menyedot v4ginaku yg sudah mulai basah itu.

"Ahhhh… om… Enak …" des4h4nku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun-ubun, dia kutarik untuk segera menancapkan joni besarnya di v4ginaku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake joni.

Tak sabar aku melihat, segera aku pingin merasakan nikmatnya joni gedenya. Kemudian aku pegang joninya dan kumasukkan ke dalam v4gina dan setelah itu kunaiki dia.

"Auwwww ... luar biasa enaknyaaa …."

"Ahhhhhhh …" setengah berteriak aku merasakan kenikmatan.

Sambil duduk di ujung tempat tidur. Kugenjot v4ginau dan aksiku kubarengi dengan teriakan-teriak keras khas kenikmatan yang membuat aku mandi keringat.

Lama di atas staminaku drop juga, lalu kuminta dia ganti posisi. Kucabut joninya kemudian aku terlentang. Pelan-pelan dia memasukkan joninya ke dalam v4ginaku dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh joninya dalam v4ginaku.

"Uh… uhhh…. Ahhhhhhh…nikmat banget" desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan joninya dalam v4ginaku.

Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya joninya di v4ginaku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe,

"Ah... sepertinya mau… ahhh…" dia malah mempergencar enjotan joninya div4ginaku,

"Bareng nyampenya ya, aku juga dah mau keluar", katanya terengah.

Kakiku kunaikkan ke pundaknya yang kokoh hingga joninya terasa mentok menyentuh rahimku. Nikmat yg kurasakan sungguh luar biasa. Dari penyebab awalnya dimana norma sopan dan adab tak lagi dijadikan batasan membuat aku juga bisa berlaku saenakku, kini kurenggut kepalanya yang berambut cepak itu. Kudekatkan ke wajahku dan kuciumi bibirnya sambil kukasari kepalanya. V4ginaku yg gatalnya semakin nggak ketulungan membuat aku jadi buas, bin4l dan liar… suatu peristiwa yang tak pernah terjadi saat aku bersanggama dengan suamiku selama ini. Mungkin ini pengaruh dari tubuhnya yang atletis itu, atau aroma keringatnya yang maskulin itu, atau nikmatnya di3ntot dengan joninya yang dahsyat itu? Aku tak tahu ….

Aku menggelinjang-gelinjang dengan sangat hebatnya. Aku berteriak histeris tertahan sebagai wujud pelampiasan nafsu birahiku yg tak terkendali ini. Aku ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku berguling ke atas. Dengan rambutku yang telah lepas terurai dari ikatannya dan dengan keringat yang semakin membasah mengucur dari tubuhku, aku tumpakin tubuhnya. Aku desakkan habis-habisan v4ginaku ke joninya untuk menggaruk lebih keras kegatalan birahi di dalamnya. Aku sangat gelisah dan resah menunggu hadirnya org4smeku.

Setiap kali aku mendongak dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris. Tangan-tanganku mencekal bukit otot di dadanya hingga kuku-kukuku menancap dalam ke dalamnya. Randi seakan tak mau kalah. Dia membenamkan wajah tampannya ke buah dadaku untuk menyusui kedua belah buah dadaku yang ranum itu sepuasnya. Sementara di bawah sana, rasa gatal yg sangat nikmat mendesaki v4ginaku. Aku tahu ini sebagai tanda bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah ruah. Aku sudah demikian lupa diriku. Enjotan joninya makin cepat saja, sampai akhirnya,

"Randi, aku nyampek aah", badanku mengejang karena nikmatnya, terasa v4ginaku berdenyut meremas joninya sehingga diapun menyodokkan joninya dengan keras.

"Ahhh, aku aah", terasa semburan p3junya yg deres div4ginaku.

Akhirnya kami sama-sama mencapai kepuasan puncak kami. Cairan hangat yg menyemprot dari joni Aldi ke dalam v4ginaku langsung disambut dengan muntahan berlimpah cairan birahi v4ginaku. Aku langsung tersungkur sementara kedutan-kedutan joninya belum sepenuhnya usai.

Untuk sesaat kami memang beristirahat. Namun nafsu b1r4hi yang masih berakar kuat di tubuh kami masing-maisng mendorong kami untuk melakukannya lagi dan lagi. Siang hari itu kami habiskan bak pengantin baru. Kami bercinta sepuasnya dalam berbagai gaya, diakhiri dengan gaya belakang yang spektakuler di ranjangku.

Sebelum tertidur Randi sempat memandangku mesra. Katanya lirih, …

"Tante, Terima kasih!" Akupun tidur di ranjang bersamanya.

Sambil kupegang joni dan bersandar dadanya.

Kami berpelukan dengan mesranya, sambil dia mencium rambutku. Indah sekali.

Sebelum tengah malam kami terbangun. Saat aku terbangung pemandangan tubuh telanjang Randi, yang sebagiannya telah terbungkus selimut, mengantarku ke dunia mimpi. Sekali lagi aku tak bisa membiarkan joni tegang dibiarkan begitu saja. Tentu saja mulutku gatel untuk ngisap dan jilat. Sebelum dia sempat bertanya lebih jauh lagi kuminta ia terlentang di ranjang.

Kesempatan ini tak kusiakan untuk menggarapnya sekali lagi. Tak sempat dia menolak kuemut dan kumainkan joninya dengan tanganku. Setelah itu malam ini kita bertempur lagi dengan suasana lebih romantis yang menggairahkan. Karena aku mengajak dia bercinta di halaman dalam rumahku. Sungguh suasana yang tak pernah aku lakukan. Di bawah sinar bulan aku beraksi sesuka hati, sementara dia pasrah pada apa yang aku lakukan termasuk mengajari gaya favourtiku gaya belakang, woman on top dan kuda liar kulakukan dan dia hanya bisa menurut apa yang aku perintahkan. Bagiku yang penting aku menikmati kepuasan, sesuatu yang lama tak aku dapatkan.

Bahkan kali ini lebih special karena bercinta dan merasakan sp3rm4 dengan seorang p3rj4ka. Sungguh suatu kenikmatan yang tiada tara. Walaupun aku harus menuntunnya, tapi aku puas menikmati joni dan sp3rm4 seorang pemuda. P3rj4ka lagi. Malam ini aku menikmati pergumulan di taman rumahku.

Akhirnya kami sama-sama terkapar dan tel4njang dengan peluh dan keringat keluar deras, walaupun sebetulnya hawanya dingin. Beberapa kali ke depan, setidaknya aku akan menikmati dan merasakan bercinta dengan daun muda ini.