Melihat tingkah Madina, Aqsa hanya menggelengkan kepala dengan wajah datar lalu kembali lagi melihat ponselnya.
"Aku harus pergi ke rumah sakit. Ada pasien darurat. Operasi hernia, aku harus membantu Dokter Asif. Doakan semoga sukses. Tunggu saja nanti di restoran depan, aku akan menemanimu setelah salat magrib. Nanti kamu telepon saja," jelas Aqsa dan kemudian bergegas mengambil kemeja dan jasnya.
Madina berdiri di depannya. "Kenapa lagi?" tanya Aqsa yang terlihat kesal. Tanpa berkata apapun terima segera meraih tangan kanan Aqsa dan menciumnya.
"Aku akan mendoakanmu." Madina tersenyum sangat manis, pipinya merona, dengan pandangan bercahaya yang dihiasi dengan bulu mata lentik dan alis hitam, menunjukkan dia sangat cantik membuat dia benar-benar sangat cantik jelita.
"Jangan senyum-senyum sendiri!" seru Aqsa sebelum pergi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com