webnovel

CEO in Another World - Tales of Nobles

Seorang CEO muda berpindah dunia dan menolong seorang Putri Bangsawan.

jomblo_art · Fantasi
Peringkat tidak cukup
3 Chs

Awal Perubahan

 Suatu hari dibawah langit biru yang cerah…

"Kemarilah Cecillia"

"Baik Ayah! hehehe" balas anaknya dengan riang

Pria dengan rambut pirang itu menggendong anaknya di pundak sambil melihat pemandangan desa dari atas beranda.

"Lihatlah Cecillia. Semua orang yang hidup disini adalah rakyat kita dan kita ini adalah pemimpin mereka. Jadi kita wajib melindungi, mengayomi, dan mengakomodasi segala kebutuhannya"

"Iya Ayah!" mata biru Sapphire anaknya semakin berkilau

"Meskipun wilayah kita kecil, selagi Amanah masih berada di pundak kita—"

"Kita harus memenuhi semua kewajiban selaku pemimpin dan tidak boleh menyalahgunakan wewenang yang melekat pada gelar tersebut… bukan begitu Ayah"

"Waah Kamu pintar sekali Cecillia. Ayah bangga padamu"

"Hehehe"

 Belasan tahun kemudian disuatu malam dengan hujan yang lebat disertai petir yang bergejolak…

"Ugh… Cecillia…"

"Iya ayah… aku disini… ayah sudah baikan?"

"Ini… di..."

"Di kamar pribadi ayah. Tadi ayah pingsan seusai menjamu kedatangan Earl Elfernat di tempat kita" jawab anaknya dengan cemas

"Begitu ya… maafkan ayah Cecillia… lagi-lagi ayah— UGH!!! AKH!! KHHH!!!"

"Ayah?! Kenapa ayah?!"

Tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya yang duduk disampingnya, orang tua itu terlihat begitu kesakitan. Meskipun hanya lentera api redup sebagai penerang saat itu tapi keringat dingin terlihat menyelimuti sekujur badannya.

"Ayah!! Ayah ada apa?! Rarunia!! RARUNIA!! TOLONG CEPAT KEMARI!!"

Anak perempuannya panik melihat ayahnya merintih kesakitan. Seakan-akan sang ayah mencoba bernafas namun udara tidak bisa terhirup. Anaknya itu tahu bahwa ayahnya sedang sakit tapi ia tidak pernah melihat ayahnya yang seperti ini.

"A-ada apa Tuan Putri?"

"CEPAT PANGGIL TABIB ORLOF KEMARI!!"

"B-baik Tuan Putri!"

Butler itu langsung bergegas pergi seketika tahu kondisi yang dilihatnya tak peduli dengan derasnya guyuran hujan.

"Ayah bertahanlah!!"

"AGH!! GAH HAG!! KHH!"

Tiba-tiba ruangan menjadi hening yang awalnya terdengar suara pekikan rintih sekarang hanya terdengar suara rintikan hujan yang begitu deras disertai gemuruh. Orang tua itu yang mulanya meronta kesakitan ditempat tidurnya sekarang terkujur lemas tak bernyawa.

"A… Ayah…Ayah bercanda… kan?"

Anaknya yang berada di sampingnya masih tidak percaya dan tidak ingin percaya apa yang telah terjadi. Ia berkali-kali mencoba membangunkan ayahnya tetapi tidak bisa. Manyadari orang yang satu-satunya ia cintai sudah tidak lagi bisa bersamanya, ia merasa seakan-akan langit telah runtuh disambar oleh petir dengan suaranya yang menggelegar dan air matapun jatuh berucuran dari pipinya.

"AYAAAAAH!!!!!"

..

..

..

..

..

..

"AYAAAAAH!!!"

Teriak Cecillia terbangun dengan air mata membasahi pipinya

"Tadi itu… Mimpi? *hiks* Ayah… Ayah… aku rindu" sambil mengusap air mata

Meskipun ia terus mengusap matanya tetapi air mata tetap mengalir hingga beberapa saat karena luka dihatinya yang belum mengering. Tiba-tiba Cecilia disodori sebuah sapu tangan dari seseorang yang selama ini secara Cecillia tidak sadari duduk di samping tempat tidurnya.

"Te-terima kasih Raru— HWAA!!"

Sontak Cecillia kaget menyadari ada pria yang tidak dikenal berada didekatnya. Ia hampir saja tersungkur tapi untungnya ia ditahan oleh pria itu. Wajah mereka saling bertatap satu sama lain. Terlihatlah dengan jelas paras seorang pria yang rupawan bermata biru. Rambut berwarna hitam keabuan dengan sedikit corak biru. Kulitnya putih melebihi dari pria bangsawan yang pernah Cecillia temui yang kebanyakan putih kemerahan. Cecillia pun tertegun takjub melihat paras yang begitu mempesona tepat dihadapannya tapi ia langsung tersadar karena posisinya yang sedang dirangkul oleh pria itu.

"K-Kamu siapa?! L-lepaskan aku!!" berontak Cecillia

Pria itu tidak berbicara sedikitpun dan tidak melepaskan Cecillia. Tatapan matanya yang tajam namun menawan membuat Cecillia kembali tersipu malu.

"Si-siapa pria ini? Dia begitu… indah…" ucap Cecillia dalam hati

Akhirnya pria itu melepaskan Cecillia setelah terlihat sedikit tenang.

"Ka-kamu siapa?" Tanya Cecillia

Pria itu tetap tidak menjawab ataupun berbicara sedikitpun. Yang ia lakukan hanyalah kembali duduk dan memperhatikan Cecillia dengan seksama.

Cecillia menyadari bahwa pria yang ada dihadapannya tidak memiliki niat jahat sehingga membuatnya dapat merasa sedikit lebih tenang. Tetapi dilihat oleh pria yang begitu tampan terus menerus membuatnya semakin tersipu malu salah tingkah dan hanya bisa menundukkan pandangan. Dan dari situ ia melihat ada benda aneh seperti jarum tertancap di punggung tangan kanannya.

"Apa ini?"

Gumam Cecillia sambil ingin mencabut benda aneh itu dari tangannya tetapi langsung dihentikan oleh pria tadi. Pria itu menggelengkan kepalanya seperti mengisyarakatkan apa yang akan dilakukan oleh Cecillia itu tidak diperbolehkan. Setelah melihat Cecillia faham dengan apa yang ia maksud, Pria itu berdiri dan pergi keluar meninggalkan Cecillia.

Cecillia yang ditinggal sendiri itu hanya bisa terdiam. Ia baru menyadari bahwa ia sedang berada di dalam sebuah ruangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Perabot-perabot yang ada didalamnya banyak terlihat asing terlebih ruangannya yang begitu terang. Ia tidak mengerti mengapa ruangan itu bisa begitu terang seolah-olah hari masih siang sedangkan apabila ia melihat keluar jendela hari sudah gelap lalu akhirnya ia melihat keatas dan mendapati sumber dari cahaya itu.

"Apa itu? Matahari? Tidak mungkin… harikan sudah malam. Tapi kenapa bisa terang sekali ya? tempat apa ini sebenarnya?"

Apa yang ia lihat semua begitu asing. Tempat tidurnya yang ia tempati sekarang bahkan lebih empuk dan nyaman dari tempat tidurnya dirumah meskipun tempat tidur yang sekarang ini terlihat sederhana yang kerangkanya terbuat dari besi. Lalu jarum yang tertancap ditangannya ada selang kecil yang terhubung kesebuah botol yang menggantung disampingnya. Ada besi yang berbentuk tabung panjang disampingnya. Ruangannya juga terasa hangat tidak terpengaruh oleh dinginnya musim gugur. Dinding ruangan itu terlihat begitu kokoh. Ia merasa takjub dengan apa yang ia lihat sekaligus bingung dalam waktu yang bersamaan.

"Tunggu!! Jangan-jangan ini di dalam gedung asing! Jika begitu, aku harus bergegas menemukan anak itu!"

Cecillia beranjak dari tempat tidur dan mengambil pisau kecil yang ada di atas meja samping tempat tidur lalu berlari kearah pintu. Jarum yang tertancap ditangannya pun terlepas meninggalkan rasa sakit yang samar. Sesaat ia hampir menggapai knob pintu, pintu itu terbuka dan muncul pria tadi dengan membawa semangkok makanan berupa bubur putih. Cecillia kaget dan mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.

"H-hey dimana anak itu?! Kemana kamu bawa anak itu?!" Sahut Cecillia

"…"

Pria itu tetap terdiam meskipun saat ini dia berhadapan dengan seorang wanita dengan pisau yang dihunuskan ke arahnya. Raut wajahnya pun berubah menjadi jengkel melihat tingkah Cecillia.

"Hey katakan!! K-kemana kamu bawa anak dari rakyatku?!" Sahut Cecillia lagi

Keringat dingin keluar dari tangan Cecillia. Ia tidak bisa beladiri terlebih saat ini ia menghunuskan senjata tajam kearah manusia untuk pertama kali membuatnya semakin gugup. Tapi demi rakyatnya ia telah membulatkan tekad untuk melakukan yang terbaik hingga titik darah penghabisan.

"… Rakyat? pemimpin ini desa kau?" Tanya pria itu

Sambil meletakkan bubur di meja yang ada disamping pintu, akhirnya pria itu berbicara tetapi ditelinga Cecillia kata dan ucapannya terdengar berantakan. Serasa seperti pria itu baru belajar berbicara.

"J-jika benar kenapa?! Kembalikan anak itu!!"

"… Kembali ranjang kau"

"Tidak! Kamu harus Kembalikan anak itu! J-jika tidak—"

Pria itu tiba-tiba mendekat lalu merenggut pisau yang ada digenggaman Cecillia. Gerakannya begitu cepat seolah-olah badannya sudah terlatih untuk bertarung. Ia pun menggenggam lalu mengunci tangan Cecillia ke belakang punggungya.

"Aduduh Lepaskan!! Apa yang kau perbuat—KYAA!!"

Lalu pria itu menggendong Cecillia layaknya seperti menggendong seorang tuan putri dan membawanya kembali ke tempat tidur.

"H-hey apa yang kau lakukan?! Tidak sopan!! Jangan sentuh aku! Turunkan aku!!" Cecillia berontak

"… Tenang. Kau sakit. Aku sembuhkan kau"

"… Ha?"

Mendengar perkataan pria itu, Cecillia heran dengan apa yang dimaksud "sembuhkan" karena penyakit yang ia dan rakyatnya derita adalah sebuah kutukan. Apabila kutukan telah menlanda suatu kaum maka kaum itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu kutukan itu hilang dengan sendirinya.

Cecillia menyadari ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia tidak lagi merasakan keram diperutnya serta sakit yang ada dikepalanya. Ia merasa tubuhnya lebih baikan dari sebelumnya. Ia pun menjadi penasaran apakah yang dikatakan oleh pria itu memang benar atau tidak. Untuk sementara, Cecillia memutuskan untuk menuruti perintah pria itu. Jarum infus yang terlepas diganti baru dan dipasangkan kembali ke tangan Cecillia. Rasa ngeri dan takut tampak diwajah Cecillia saat melihat jarum infus itu menusuk kulit punggung tangannya.

"… Makan" Sambil menyodorkan sesendok bubur kepada Cecillia

"E-eh? Tunggu a-aku bisa makan sendiri—"

"Jangan banyak gerak!" Tegas pria itu

Pria itu menggelengkan kepala sambil menunjuk ke jarum infus tersebut yang mana darah Cecillia merembes masuk kedalam selang kecil infus tersebut. Cecillia faham maksud dari pria itu bila ia terlalu banyak bergerak maka darahnya akan semakin banyak merembes masuk. Cecillia pun mengalah dan dengan malu-malu melahap sesendok bubur yang disuapkan oleh pria itu. Aroma harum dan hawa hangat dari bubur membuat selera makan Cecillia naik.

"… E-enak…" Cecillia terkejut ada bubur bisa seenak ini

"…" Pria itu tetap diam

"… A-anu… a-apa kamu orang j-jahat?" Tanya Cecillia dengan cemas

"… Theos" Ucap pria itu

"A-apa?"

"Nama… Theos Putra… CEO Hellios Group"

"… Hellios?" Gumam Cecillia

Cecillia tertarik dengan nama Hellios karena ia pernah mendengar nama itu tapi tidak ingat kapan dan dimana. Lagi, Theos kembali menatap dan memperhatikan Cecillia dengan seksama.

"A-aku Cecillia…"

"Cecillia?"

"Y-ya aku pemimpin dari desa ini"

"Desa?"

"I-iya... desa ini bernama Desa Carvella"

"… Sudah kuduga" ucap Theos

"Eh?"

"Bahasa yang kau gunakan adalah bahasa yang diajarkan turun temurun dikeluargaku"

"M-maksudnya? Cecillia bingung

Cecillia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Theos dan tiba-tiba saja Theos cara bicaranya mendadak berubah menjadi sangat fasih.

"Bahasa dari 4500 tahun yang lalu… Bahasa suatu Kerajaan kuno yang telah lama runtuh" Ucap Theos

"… 4500 t-tahun yang lalu? Kerajaan runtuh? M-maksudnya?"

"Walau hanya sedikit, setidaknya aku mengerti apa yang telah terjadi"