“Kita tidak seharusnya memilih kostum berwarna hitam. Seperti sedang melayat saja,” gumam Gabriella saat memperhatikan warna cerah pada pakaian tamu yang lain. “Lihatlah, semua orang jadi melihat kita.”
Pria yang berjalan di sampingnya pun tersenyum. “Mereka bukan melihat kita, tapi melihatmu.”
“Aku? Kenapa?” timpal sang wanita dengan mata bulat, sambil menghentikan langkah.
“Karena kau sangat cantik malam ini.”
Wajah Gabriella sontak berubah kaku. Rayuan sang suami terasa hambar baginya. “Aku bersedia datang ke sini bukan berarti aku sudah memaafkan kesalahanmu.”
Mendengar ketegasan itu, lengkung bibir sang pria sontak menciut. Dengan raut serius, ia mendekat ke telinga sang wanita. “Kita sedang di tengah keramaian. Tidak bisakah kau menunda kekesalanmu? Kau boleh memukulku sepuasnya sepulang dari sini.”
“Benarkah? Aku tidak akan ragu untuk mengerahkan semua tenagaku,” ancam sang wanita, sukses menerbitkan kembali senyum di wajah Max.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com