webnovel

Masih Damai

Elena sampai ke rumah (kos-kosan) dengan Anko yang pergi meninggalkannya. Tidak ada alasan bagi Anko untuk mengunjungi kediaman Elena. Dari pada ke sana dan mengganggu, dia memilih pulang ke tempat tinggalnya sendiri.

"Naruto, aku pulang!" salam Elena ketika masuk ke dalam ruang tamu.

Saatnya tidak ada jawaban dari dalam rumah. Ruangan masih terlihat sepi, tanpa ada yang membalas salam atau seseorang yang terlihat di dalam sana.

"Eh? Naruto?" tanya Elena ketika dia tidak mendapatkan jawaban. "Aku rasa pintunya tidak dikunci. Seharusnya dia masih ada di dalam sini, 'kan? Tidak mungkin adikku akan seceroboh itu sampai tidak mengunci pintu saat keluar."

Elena mencari-cari di mana Naruto berada. Dia tidak memakai Penerawangan karena rumah ini tidak terlalu luas, selain itu dia juga memiliki sangat banyak waktu luang. Jika memakai kemampuan terlalu banyak untuk hal-hal yang sia-sia, Elena malah akan merasa terlalu mudah dan tidak ada hal yang benar-benar perlu dilaksanakan dalam kehidupan ini.

*Ceklak!*

Elena membuka kamar Naruto, dan menemukan adiknya yang sedang asyik membaca buku yang ditemukannya pagi tadi. Saking asyiknya, dia tidak mendengarkan suara pintu yang terbuka atau salam Elena yang sebelumnya terdengar cukup keras.

'Yah, ada baiknya aku tidak mengganggunya saat sedang belajar dengan serius. Noctis memang pernah menjadi guru, tapi beberapa penjelasannya cukup sulit dan berbelit-belit. Sebelum menjadi guru, Noctis memang merupakan ilmuwan yang menyendiri, jadi dia tidak memiliki kemampuan komunikasi yang tidak cukup baik.'

*Ceklak!*

Elena menutup pintu kamar dan pergi ke ruangan lain. Sebagai kakak yang baik, bukankah tidak baik jika kita mengganggu adik yang sedang belajar dengan sangat sungguh-sungguh?

"Baiklah, karena Naruto sedang belajar, Sasuke sedang melatih kontrol chakra (dilihat menggunakan Penerawangan, dan Sakura sedang latihan tidak jelas (dilihat menggunakan Penerawangan), apa yang bagusnya aku lakukan, ya?" tanya Elena pada dirinya sendiri.

'Bagaimana kalau kamu pulang kampung? Sudah lama kamu tidak mengunjungi mereka, 'kan? Selain itu, aku yakin mereka sudah sangat merindukan kamu.'

"Sepertinya itu adalah ide yang bagus. Tapi, author novel ini tidak ingin aku ketemu mereka karena novel originalnya masih belum tamat A.K.A ongoing. Bukankah itu namanya spoiler jika kita menunjukkan suasana terbaru kerajaan Pulchrasia?"

'Hmm, benar juga. Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan?'

"Aku rasa aku akan bermain Bandori (BanG Dream: Girl Band Party!). Sudah lama aku tidak main game itu."

'Ini bukan No Game No Life. Jangan mengubah genre novel ini atau authornya akan marah. Lagi pula, author novel ini, 'kan, jarang main game tradisional dan tidak bagus dalam menulis novel bertemakan game.'

"Oke, cukup bercandanya. Begini-begini aku masih harus kembali ke dunia asalku untuk menemui Noctis dan menanyakan dunia dengan energi alam yang melimpah. Kamu juga harus tahu, saat ini tubuhmu hanya setengah dari aslinya. Jika kita tidak memiliki energi penggantinya, kamu tidak akan bisa kembali ke wujud dengan kekuatan prima."

*Whirl!*

Sebuah portal hitam terbuka berputar di hadapan Elena. Aliran listrik sesekali menyambar keluar dari pusat portal tersebut. Mungkin beberapa orang akan tahu karena aliran listrik yang menyambar, namun itu hanya skin dan tidak memiliki efek samping apapun.

"Baiklah, saatnya mengunjungi tempat yang sudah lama tidak kudatangi!"

*Tap!* *Zlab!*

Elena melompat masuk ke dalam portal Dengan ringannya, kemudian portal kembali tertutup setelahnya, meninggalkan ruangan sunyi dengan Naruto yang masih sangat fokus membaca buku di dalam kamar.

---

*Tap!*

Di sisi lain portal, Elena disambut dengan udara bersih dan pemandangan asri. Dia muncul di tengah hutan lebat dengan dengan beberapa semak belukar tinggi sampai pahanya.

"Sigh, tempat ini masih sama seperti biasanya, ya. Tidak ada yang merawat hutan ini, sehingga tumbuhan di sini terlalu lebat. Orang-orang di desa ini memang sedikit pemalas, sih. Lebih tepatnya, mereka adalah tipe orang-orang yang santuy."

*Tap!* *Srash!* *Srak!*

Elena melompat ke sebuah dahan pohon dan menyusuri hutan sambil memotong semua dedaunan yang menutupi jalurnya. Hutan lebat tidak hanya pada permukaan tanah, namun dedaunan di atas pohon juga menghalangi laju Elena.

Memerlukan waktu cukup lama memang, akan tetapi Elena akhirnya berhasil keluar dari hutan yang sangat lebat. Saat ini, di hadapannya adalah sebuah rumah kayu tradisional bergaya jepang dengan halaman luas dihiasi oleh rumput hias. Rumah tradisional + lokasi sekitar yang asri. Hmm, sungguh kombinasi yang sangat pas, ya. Author sampai iri dengan tempat tinggal yang lumayan sepi seperti itu.

Di teras rumah tersebut, terlihat sesosok wanita sedang duduk santai dengan segelas teh hijau di sebelahnya.

Perempuan itu terlihat berumur 28 tahun, memiliki rambut merah, dan mata amber. Yang membedakan dia dengan wanita biasa, adalah dia memiliki telinga rubah di kepalanya dan dua ekor rubah. Ia memakai kimono berwarna merah dengan pola api di punggung dan ujung lengan. Perempuan itu memancarkan perasaan tenang dan damai di sekitarnya, serta dia terlihat pasif dan tidak memiliki banyak pekerjaan.

"Lama tidak jumpa, Ayaka? Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja hari ini? Apa sudah mendapatkan motivasi hidup?" sapa Elena sambil tersenyum ramah.

"Entah kenapa aku merasa tersinggung dengan pertanyaan terakhirmu." Ayaka menatap Elena dengan malas.

'Pst, Elena, siapa dia? Kenapa dia memiliki ciri yang hampir sama denganku?'

'Namanya Hoshiyori Ayaka. Dia sebenarnya adalah siluman rubah berekor sembilan, yang mana jumlah ekornya akan bertambah satu setiap 100 tahun. Karena saat ini dia memiliki 2 ekor, jadi kamu bisa menebaknya sendiri jika dia berumur 200 tahun lebih.'

"Jadi ada apa kamu datang ke sini? Apa kamu ingin mengambil peliharaanmu? Aku rasa itu adalah ide yang bagus karena kamu tidak pernah memberikannya biaya makan padanya." Ayaka menatap tajam pada Elena, mengingatkan kembali pada hewan peliharaan Elena.

"Tidak, tidak, aku ke sini karena urusan lain. Selain itu, bukankah peliharaanku itu cukup banyak membantumu di tempat ini?" Elena menggelengkan kepalanya saat memberikan penyangkalan.

"Huft, kalau bukan karena dia yang cukup berguna, aku sudah lama menelantarkannya." Ayaka menghela napasnya dengan lelah.

"Sudah, sudah, lagi pula senang kalau kamu masih mengurusnya dengan baik. Pokoknya, aku ingin kamu lebih lama lagi mengurusi peliharaanku itu."

"Ngomong-ngomong, aku sudah menyadarinya sejak tadi. Tapi siapa dia? Jangan bilang kalau kamu mau menitipkan dia ke tempatku." Ayaka menunjuk ke arah Elena, lebih tepatnya pada Kurama yang ada di dalam tubuh Elena.

Kurama terdiam sambil berkeringat dingin mengetahui jika wanita di depannya telah mengetahui keberadaannya. Dia tidak menyangka jika wanita di depannya akan dapat mengetahui eksistensinya saat dia sama sekali tidak memasang kewaspadaan.